⚓ Ilustrasi Latihan bersama Rusia (detik)
Rusia dan Indonesia akan melakukan latihan gabungan angkatan laut bulan depan, November 2024.
Demikian dilontarkan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, kepada kantor berita Rusia, TASS, Sabtu (19/10).
Tolchenov mengatakan itu adalah latihan bersama antara angkatan laut Rusia dan TNI AL.
Dia mengatakan tiga kapal korvet angkatan laut Rusia akan diterjunkan dalam latihan tersebut.
"Di November, sekelompok kapal dari Armada Pasifik akan melakuka kunjungan persahabatan ke pelabuhan di Surabaya. Akan ada tiga korvet modern kita," kata Tolchenov. "Di November nanti, terkait kunjungan tersebut, juga akan dilakukan latihan bersama skala besar angkatan laut Rusia dan Indonesia," imbuhnya.
Tolchenov mengatakan latihan skala besar bersama angkatan laut Rusia dan TNI AL itu juga akan menjadi perhatian, "Akan dilihat baik oleh kawan kita dan para musuh."
CNNIndonesia.com belum mendapatkan pernyataan resmi dari TNI AL soal latihan bersama angkatan laut Rusia itu.
Jet tempur Su-35
SU 35 (Ist)
Bukan cuma itu, pada kesempatan tersebut, Tolchenov juga membicarakan soal kontrak jet tempur Sukhoi, Su-35 antara Rusia dan Indonesia. Dia mengatakan Rusia berasumsi bahwa kontrak pasokan pesawat tempur Su-35 ke Indonesia akan dilaksanakan meskipun telah dibekukan oleh Jakarta.
"Bukan dibatalkan atau dihentikan, tapi dibekukan. Kami asumsikan cepat atau lambat akan dilaksanakan. Kapan dan bagaimana - ini menjadi pertanyaan bagi pemerintah Indonesia selanjutnya, akan mengambil keputusan. Sejauh yang kami pahami, ada masih tertarik pada peralatan penerbangan Rusia," kata Tolchenov.
Dia juga mencatat 'tidak ada penjelasan jelas' yang diberikan mengenai mengapa kontrak tersebut dibekukan. Namun, katanya, hal itu mungkin disebabkan kesulitan dalam perhitungan.
Pada Maret 2020 silam, pemerintah Indonesia memutuskan untuk membatalkan rencana pelaksanaan kontrak dengan Rusia untuk pasokan Su-35. Hal itu terjadi karena kondisi kurangnya dana dalam anggaran negara yang disebabkan pandemi virus corona. Di sisi lain diduga ada ancaman Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia berupa sanksi jika kontrak ini dipenuhi.
Dua tahun lalu, pada 2022 silam, CNNIndonesia.com memberitakan rencana pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia yang dilontarkan sejak 2017 tak menemui titik terang. Ancaman sanksi Amerika Serikat diduga jadi penghambat.
Media asing melaporkan Indonesia berpotensi batal membeli pesawat tempur itu karena ancaman sanksi dari Amerika Serikat.
Rumor pembatalan ini muncul setelah seorang pejabat Indonesia yang tak ingin disebutkan namanya menuturkan pihak AS telah menegaskan bahwa pemerintahan Indonesia bisa kena sanksi jika terus melanjutkan kontrak dengan Rusia.
Pejabat itu memaparkan bahwa pejabat AS dengan gampangnya hanya menjawab bahwa itu adalah kebijakan Negeri Paman Sam.
Amerika memang memiliki undang-undang yang dapat menjatuhkan sanksi terhadap negara lain, terutama negara mitra, jika kedapatan menjalin transaksi alat utama sistem pertahanan (alutsista) dengan musuh AS.
Undang-undang itu dikenal dengan Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA). UU itu berlaku bagi Rusia dan beberapa negara lain yang juga dianggap AS ancaman seperti China.
Akhir Desember 2021, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) saat itu, Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, mengatakan rencana pembelian Sukhoi Su-35 tak akan dilanjutkan.
Hal itu seiring dengan langkah Indonesia membeli pesawat tempur generasi 4,5, yakni Dassault Rafale buatan Perancis, dan F-15 EX buatan Amerika Serikat.
"Sukhoi Su-35 dengan berat hati ya kita harus sudah meninggalkan perencanaan itu karena kan kembali lagi dari awal kita sebutkan bahwa pembangunan kekuatan udara sangat bergantung dari anggaran," kata Fadjar kala itu.
Awal Februari 2022, Kemenhan pun melakukan penandatanganan kontrak kerja sama pembelian enam unit Dassault Rafale.
Penandatanganan kontrak itu disaksikan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto saat menerima kunjungan Menteri Angkatan Bersenjata Republik Prancis H.E. Mrs. Florence Parly beserta delegasi di Kemhan, Jakarta, Kamis (10/2/2022).
Pembelian Rafale itu semakin membuat gelap rencana pembelian Sukhoi-35. Di saat yang sama, ada momentum invasi Rusia ke Ukraina, yang ditentang keras oleh Amerika Serikat dan sekutu hingga saat ini. (Antara/kid)
Rusia dan Indonesia akan melakukan latihan gabungan angkatan laut bulan depan, November 2024.
Demikian dilontarkan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, kepada kantor berita Rusia, TASS, Sabtu (19/10).
Tolchenov mengatakan itu adalah latihan bersama antara angkatan laut Rusia dan TNI AL.
Dia mengatakan tiga kapal korvet angkatan laut Rusia akan diterjunkan dalam latihan tersebut.
"Di November, sekelompok kapal dari Armada Pasifik akan melakuka kunjungan persahabatan ke pelabuhan di Surabaya. Akan ada tiga korvet modern kita," kata Tolchenov. "Di November nanti, terkait kunjungan tersebut, juga akan dilakukan latihan bersama skala besar angkatan laut Rusia dan Indonesia," imbuhnya.
Tolchenov mengatakan latihan skala besar bersama angkatan laut Rusia dan TNI AL itu juga akan menjadi perhatian, "Akan dilihat baik oleh kawan kita dan para musuh."
CNNIndonesia.com belum mendapatkan pernyataan resmi dari TNI AL soal latihan bersama angkatan laut Rusia itu.
Jet tempur Su-35
SU 35 (Ist)
Bukan cuma itu, pada kesempatan tersebut, Tolchenov juga membicarakan soal kontrak jet tempur Sukhoi, Su-35 antara Rusia dan Indonesia. Dia mengatakan Rusia berasumsi bahwa kontrak pasokan pesawat tempur Su-35 ke Indonesia akan dilaksanakan meskipun telah dibekukan oleh Jakarta.
"Bukan dibatalkan atau dihentikan, tapi dibekukan. Kami asumsikan cepat atau lambat akan dilaksanakan. Kapan dan bagaimana - ini menjadi pertanyaan bagi pemerintah Indonesia selanjutnya, akan mengambil keputusan. Sejauh yang kami pahami, ada masih tertarik pada peralatan penerbangan Rusia," kata Tolchenov.
Dia juga mencatat 'tidak ada penjelasan jelas' yang diberikan mengenai mengapa kontrak tersebut dibekukan. Namun, katanya, hal itu mungkin disebabkan kesulitan dalam perhitungan.
Pada Maret 2020 silam, pemerintah Indonesia memutuskan untuk membatalkan rencana pelaksanaan kontrak dengan Rusia untuk pasokan Su-35. Hal itu terjadi karena kondisi kurangnya dana dalam anggaran negara yang disebabkan pandemi virus corona. Di sisi lain diduga ada ancaman Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia berupa sanksi jika kontrak ini dipenuhi.
Dua tahun lalu, pada 2022 silam, CNNIndonesia.com memberitakan rencana pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia yang dilontarkan sejak 2017 tak menemui titik terang. Ancaman sanksi Amerika Serikat diduga jadi penghambat.
Media asing melaporkan Indonesia berpotensi batal membeli pesawat tempur itu karena ancaman sanksi dari Amerika Serikat.
Rumor pembatalan ini muncul setelah seorang pejabat Indonesia yang tak ingin disebutkan namanya menuturkan pihak AS telah menegaskan bahwa pemerintahan Indonesia bisa kena sanksi jika terus melanjutkan kontrak dengan Rusia.
Pejabat itu memaparkan bahwa pejabat AS dengan gampangnya hanya menjawab bahwa itu adalah kebijakan Negeri Paman Sam.
Amerika memang memiliki undang-undang yang dapat menjatuhkan sanksi terhadap negara lain, terutama negara mitra, jika kedapatan menjalin transaksi alat utama sistem pertahanan (alutsista) dengan musuh AS.
Undang-undang itu dikenal dengan Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA). UU itu berlaku bagi Rusia dan beberapa negara lain yang juga dianggap AS ancaman seperti China.
Akhir Desember 2021, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) saat itu, Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, mengatakan rencana pembelian Sukhoi Su-35 tak akan dilanjutkan.
Hal itu seiring dengan langkah Indonesia membeli pesawat tempur generasi 4,5, yakni Dassault Rafale buatan Perancis, dan F-15 EX buatan Amerika Serikat.
"Sukhoi Su-35 dengan berat hati ya kita harus sudah meninggalkan perencanaan itu karena kan kembali lagi dari awal kita sebutkan bahwa pembangunan kekuatan udara sangat bergantung dari anggaran," kata Fadjar kala itu.
Awal Februari 2022, Kemenhan pun melakukan penandatanganan kontrak kerja sama pembelian enam unit Dassault Rafale.
Penandatanganan kontrak itu disaksikan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto saat menerima kunjungan Menteri Angkatan Bersenjata Republik Prancis H.E. Mrs. Florence Parly beserta delegasi di Kemhan, Jakarta, Kamis (10/2/2022).
Pembelian Rafale itu semakin membuat gelap rencana pembelian Sukhoi-35. Di saat yang sama, ada momentum invasi Rusia ke Ukraina, yang ditentang keras oleh Amerika Serikat dan sekutu hingga saat ini. (Antara/kid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.