Di tahun 2026 Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) meminta tambahan anggaran sekitar Rp 17 triliun untuk 2026 dalam rapat Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) di Komisi I DPR, Rabu (9/7).
Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin usai rapat yang digelar tertutup. Dengan penambahan itu, Sjafrie menyebut kebutuhan anggaran Kemenhan pada 2026 total mencapai Rp 184 triliun.
"Saya tadi bilang kita butuh Rp184 triliun," kata Sjafrie di kompleks parlemen, Jakarta.
Sjafrie mengaku tak ingat rincian dari total kebutuhan jumlah tersebut. Namun, dia menilai besaran pagu indikatif yang ditetapkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sekitar Rp 167 triliun belum cukup.
Menurut Sjafrie, jumlah anggaran tersebut tak bisa diukur dengan harga kedaulatan negara. Selain itu, anggaran nantinya juga akan dialokasikan untuk kesejahteraan prajurit mulai dari tamtama, bintara, maupun perwira.
"Ini tidak bisa kita bandingkan dengan membeli sesuatu peralatan militer, ini sangat mahal untuk menjalin kedaulatan negara," kata Sjafrie.
Dari total kebutuhan itu, dia menyebut setengahnya akan digunakan untuk belanja pegawai. Sedangkan sisanya akan dialokasikan untuk belanja modal termasuk alutsista.
"Memang kita membutuhkan alutsista itu cukup besar. Tapi anggaran yang dialokasikan cukup kecil. Kita tahu belanja pegawai sekarang itu sudah 50 persen. Sedangkan belanja modal untuk alutsista masih setengahnya," kata dia.
Kemenkeu sebelumnya telah menetapkan anggaran pagu indikatif untuk total 98 lembaga dan kementerian. Dari total jumlah tersebut, Kemenhan tercatat memiliki pagu indikatif terbesar kedua dengan Rp 167,4 triliun.
Sedangkan, di posisi pertama ada Badan Gizi Nasional (BGN) yang bertanggung jawab pada program makan bergizi gratis sebesar Rp 217,8 triliun. Di posisi ketiga ada Polri dengan Rp 109,6 triliun. (thr/kid)
⚓ Bawa side scan sonar (SSS) ke Titik Laka KRI Pulau Fanildo-732, Kapal pemburu ranjau TNI AL (DispenaI)
Operasi pencarian dan penyelamatan korban KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali telah memasuki hari ketujuh pada Selasa (8/7/2025).
Berbagai komponen dikerahkan untuk mendukung pencarian, termasuk unit pencarian dan penyelamatan (SRU) darat, SRU laut, dan SRU udara.
Salah satu unsur yang mendukung SRU laut adalah KRI Pulau Fanildo 732.
Kompas.com berkesempatan bergabung dengan tim pencarian KRI Fanildo yang menuju titik lokasi kecelakaan KMP Tunu Pratama Jaya dengan membawa alat deteksi bawah air, side scan sonar (SSS).
Alat ini memiliki panjang sekitar 10 meter dan berperan penting dalam pencarian.
Perjalanan menuju area tengah Selat Bali untuk membawa SSS pun penuh perjuangan.
"Kami ke area lokasi kecelakaan pertama kali KMP Tunu Pratama Jaya dengan radius 4 NM dari daratan," ujar Komandan Gugus Tempur Laut Koarmada II, Laksma TNI Endra Hartono.
Perjalanan dimulai dengan mendatangi lokasi KRI Fanildo yang bersandar di Dermaga Pusri, Kecamatan Kalipuro, berjarak sekitar 1,8 kilometer dari Pelabuhan Ketapang Banyuwangi.
Jarak tersebut dapat ditempuh hanya dalam waktu enam menit menggunakan kendaraan roda dua.
Sesampainya di dermaga, kapal sepanjang 61,4 meter itu terlihat gagah dengan latar belakang laut dan langit Selat Bali yang cerah.
Di geladak kapal perang jenis penyapu ranjau tersebut, terlihat kesibukan personel TNI AL yang bersiap berangkat ke titik referensi nomor 7 dan nomor 4.
Kapal berangkat pada pukul 14.00 WIB dan melaju dengan tenang.
Namun, kurang dari sepuluh menit setelah bertolak dari Dermaga Pusri, kapal mulai menghadapi gelombang tinggi.
Buih-buih putih pecahan gelombang tampak di sekeliling kapal, tetapi kapal tetap melaju dengan gagah.
Personel TNI AL meninjau proses scaning bawah air dari KRI Fanildo dalam upaya mencari titik tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali. (KOMPAS.COM/FITRI ANGGIAWATI)
Para personel TNI AL tetap tenang sambil memantau pendeteksian dan mempersiapkan penurunan SSS dengan cekatan.
"Side scan sonar ini untuk memetakan dasar laut dan mendeteksi objek di bawah air," ujar Endra.
Setelah SSS berhasil diturunkan, kapal mulai melakukan pendeteksian dan beberapa kali melakukan manuver sesuai tujuan mereka.
Namun, manuver tersebut tidaklah mudah karena gelombang tinggi menerjang kapal, menyebabkan air menyembur ke geladak.
Beruntung, para personel TNI AL telah memasang tenda anti-air sehingga peralatan deteksi mereka tetap aman dari cipratan air laut.
Gelombang yang kuat tidak hanya membuat air menyiprat ke geladak, tetapi juga mengakibatkan kapal terombang-ambing.
Momen ini menciptakan ketegangan bagi orang awam, sementara para personel TNI AL tampak santai.
"Ombak dan arus lumayan kencang, kira-kira tinggi gelombang 3,5 meter," ujar Endra.
Sebelumnya, BMKG telah memperingatkan potensi gelombang tinggi yang ternyata benar-benar dihadapi oleh tim SAR gabungan.
Endra menjelaskan bahwa kuatnya arus dan tingginya gelombang sedikit mengganggu proses pemindaian bawah air yang dilakukan oleh KRI Fanildo.
Proses pemindaian ke utara berjalan baik, namun pemindaian ke arah selatan menemui hambatan.
"Kami bolak-balik untuk mendapatkan hasil terbaik, pemindaian hampir 2 jam di sekitar titik LKK," tambahnya.
Setelah proses pemindaian selesai, kapal mulai merapat kembali ke Dermaga Pusri sekitar pukul 17.10 WIB.
Hasil pemindaian kemudian disampaikan kepada pihak-pihak terkait seperti Basarnas.
Endra menekankan bahwa hasil pemindaian bawah air tersebut untuk memperkuat hasil yang sebelumnya telah diperoleh terkait objek yang diduga KMP Tunu Pratama Jaya.
KRI Spica juga akan memperkuat pemindaian bawah air dengan peralatan yang sama namun dengan kualitas yang lebih baik.
"Diharapkan dengan adanya tambahan alat, hasil akan lebih maksimal," tandasnya.
Korea Aerospace Industries (KAI) telah mengusulkan untuk mendirikan jalur perakitan untuk pesawat latih KT-1B Woong-Bee di Indonesia, yang akan memproduksi rangka pesawat bagi pelanggan global jenis pesawat tersebut.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh perwakilan dari KAI saat diwawancarai Janes di pameran Indo Defence 2025, yang berlangsung di Jakarta dari tanggal 11 hingga 13 Juni.
Penawaran ini merupakan bagian dari proposal yang telah diajukan oleh KAI kepada pemerintah Indonesia sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk menjual lebih banyak pesawat latih KT-1B kepada Angkatan Udara Indonesia, kata perwakilan tersebut.
Saat ini Indonesia mengoperasikan armada yang terdiri dari 16 pesawat latih KT-1B, dan pesawat pertama diterima pada tahun 2003. Pesawat tersebut dioperasikan oleh Skuadron Latih ke-102 Angkatan Udara Indonesia.
Pada bulan Maret 2025 KAI mengumumkan bahwa mereka telah menerima kontrak senilai USD 64 juta untuk memperbarui rangka pesawat tertentu dari armada ini.
Janes telah menerima konfirmasi dari KAI di Indo Defence 2025 bahwa pembaruan tersebut hanya berlaku untuk 12 rangka pesawat, dan akan melibatkan penguatan badan pesawat dan sayap sehingga dapat terbang selama 15.000 jam lebih.
Saat ini, KAI tengah berupaya menjual 12 unit KT-1B lagi ke TNI AU, yang akan memenuhi kebutuhan pelatihan dasar bagi kadet pilot TNI AU saat ini.
Selain itu, KAI juga tengah berunding dengan beberapa negara, termasuk Amerika Selatan, yang telah menyatakan minatnya untuk mengakuisisi pesawat jenis ini.
Indonesia diberitakan media La Tribune akan menambah pesawat Rafale ketika Prabowo kunjungi Paris. (Dassault Aviation)
Pejabat militer dan intelijen Prancis menuduh China mencoba menggagalkan penjualan jet tempur Rafale secara global. Caranya, Beijing mengerahkan kedutaan besarnya untuk menyebarkan keraguan tentang kinerja jet tempur itu setelah pertempuran udara antara India dan Pakistan pada Mei lalu.
Kantor berita Associated Press (AP), mengutip para pejabat Prancis, melaporkan pada hari Minggu bahwa Beijing berupaya merusak reputasi dan penjualan pesawat tempur andalan Prancis.
Para pejabat Prancis mengatakan mereka telah menemukan bahwa kedutaan besar China mencoba merusak penjualan Rafale dengan membujuk negara-negara yang telah memesan jet tempur tersebut, terutama Indonesia, untuk tidak membelinya dan malah memilih jet tempur buatan China.
Laporan AP, Minggu (6/7/2025), mengatakan temuan tersebut dibagikan oleh seorang pejabat militer Prancis dengan syarat tidak disebutkan namanya.
Pertempuran udara India-Pakistan selama empat hari pada bulan Mei merupakan konfrontasi paling serius dalam beberapa tahun terakhir antara kedua negara tetangga bersenjata nuklir tersebut, yang mencakup pertempuran udara yang melibatkan puluhan pesawat dari kedua belah pihak.
Pejabat militer dan peneliti sejak itu telah menggali rincian tentang bagaimana perangkat keras militer buatan China milik Pakistan—khususnya pesawat tempur dan rudal tempur udara—bernasib buruk terhadap persenjataan yang digunakan India dalam serangan udara terhadap target-target Pakistan, terutama jet tempur Rafale buatan Prancis.
Penjualan Rafale dan persenjataan lainnya merupakan bisnis besar bagi industri pertahanan Prancis dan membantu Paris untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara lain, termasuk di Asia, di mana China menjadi kekuatan regional yang dominan.
India Mengonfirmasi Kerugian
Pakistan mengatakan Angkatan Udara-nya menembak jatuh lima pesawat India selama pertempuran, termasuk tiga Rafale. Pejabat Prancis mengatakan hal itu memicu pertanyaan tentang kinerja mereka dari negara-negara yang telah membeli jet tempur tersebut dari produsen Prancis; Dassault Aviation.
India mengakui kerugian pesawat tetapi tidak mengatakan berapa jumlahnya. Kepala Angkatan Udara Prancis Jenderal Jerome Bellanger mengatakan dia telah melihat bukti yang menunjukkan hanya tiga kerugian pesawat—Rafale, Sukhoi buatan Rusia, dan Mirage 2000, yang merupakan jet generasi awal buatan Prancis.
Itu adalah kerugian tempur pertama Rafale yang diketahui, yang dijual Prancis ke delapan negara. "Tentu saja, semua negara yang membeli Rafale bertanya pada diri mereka sendiri," kata Bellanger.
Pejabat Prancis telah berjuang untuk melindungi pesawat dari kerusakan reputasi, melawan apa yang mereka duga sebagai kampanye terpadu untuk mencela Rafale dan disinformasi daring dari Pakistan dan sekutunya, China.
Mereka mengatakan kampanye tersebut mencakup unggahan viral di media sosial, gambar yang dimanipulasi yang memperlihatkan puing-puing Rafale, konten yang dibuat oleh AI, dan penggambaran video game untuk mensimulasikan pertempuran.
Lebih dari 1.000 akun media sosial yang baru dibuat saat bentrokan India-Pakistan pecah juga menyebarkan narasi tentang keunggulan teknologi China, menurut peneliti Prancis yang mengkhususkan diri dalam disinformasi daring.
Klaim Versi Prancis
Para pejabat militer di Prancis mengatakan mereka belum dapat menghubungkan penghinaan daring terhadap Rafale secara langsung dengan pemerintah China.
Namun, dinas intelijen Prancis mengatakan atase pertahanan kedutaan China menyuarakan narasi yang sama dalam pertemuan yang mereka adakan dengan pejabat keamanan dan pertahanan dari negara lain, dengan alasan bahwa jet Rafale India berkinerja buruk dan mempromosikan persenjataan buatan China.
Atase pertahanan memfokuskan lobi mereka pada negara-negara yang telah memesan Rafale dan negara-negara pelanggan potensial lainnya yang sedang mempertimbangkan pembelian, kata dinas intelijen tersebut. Disebutkan bahwa pejabat Prancis mengetahui pertemuan tersebut dari negara-negara yang didekati.
Kementerian Angkatan Bersenjata Prancis mengatakan Rafale menjadi sasaran “kampanye disinformasi besar-besaran” yang berusaha untuk mempromosikan keunggulan peralatan alternatif, terutama rancangan China.
“Rafale tidak menjadi sasaran secara acak. Ini adalah jet tempur yang sangat mumpuni, diekspor ke luar negeri dan ditempatkan di teater yang sangat terlihat,” tulis kementerian tersebut di situs webnya.
Ketika diminta oleh AP untuk mengomentari dugaan upaya untuk merusak daya tarik Rafale, Kementerian Pertahanan Nasional China Beijing mengatakan: “Klaim yang relevan adalah rumor dan fitnah yang tidak berdasar. China secara konsisten mempertahankan pendekatan yang bijaksana dan bertanggung jawab terhadap ekspor militer, memainkan peran konstruktif dalam perdamaian dan stabilitas regional dan global.”
Dassault Aviation telah menjual 533 Rafale, termasuk 323 yang diekspor ke Mesir, India, Qatar, Yunani, Kroasia, Uni Emirat Arab, Serbia, dan Indonesia. Indonesia telah memesan 42 pesawat dan sedang mempertimbangkan untuk membeli lebih banyak lagi. (mas)
Jadi Rp 245 TriliunMeriam Caesar Armed TNI AD, media La Tribune memberitakan TNI akan menambah meriam Caesar berserta alutsista lainnya pada kunjungan Prabowo ke Paris. (TNI AD)
Pemerintah mengubah alokasi anggaran belanja pertahanan pada 2025 menjadi Rp 245,2 triliun. Angka ini melonjak 47,62% dibandingkan dengan target Rp 166,1 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Perinciannya, realisasi belanja pertahanan sudah mencapai Rp102,2 triliun pada semester I 2025. Angka ini sudah mencapai 61,6% dari target APBN 2025. Sementara itu, prognosis belanja pertahanan pada semester II 2025 adalah Rp143 triliun.
"Melihat perkembangan pelaksanaan anggaran fungsi pertahanan dalam semester I-2025, dan langkah-langkah kebijakan hingga akhir tahun 2025, maka prognosis realisasi anggaran fungsi pertahanan pada semester II-2025 sebesar Rp 143 triliun atau 86,1% dari pagu APBN 2025," dikutip melalui Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan APBN Semester Pertama Tahun Anggaran 2025, dikutip Minggu (6/7/2025).
Dengan demikian, outlook fungsi pertahanan sampai akhir 2025 diperkirakan sebesar Rp 245,2 triliun atau 147,7% dari pagu APBN 2025
Dalam dokumen tersebut, dijelaskan bahwa anggaran fungsi pertahanan dalam prognosis semester II-2025 akan dimanfaatkan untuk mencapai target pembangunan di bidang pertahanan antara lain untuk pengadaan alutsista; pemeliharaan/perawatan/peningkatan alutsista; pembangunan rumah dinas prajurit; dan pembangunan pengadaan sarana prasarana pertahanan.
Secara keseluruhan, sebenarnya prognosis belanja pemerintah mengalami penurunan pada tahun ini. Mulanya, belanja pemerintah ditargetkan Rp 2.701,4 triliun pada APBN 2025. Namun, angkanya diproyeksikan turun 1,41% menjadi Rp 2.663,4 triliun.
Dalam dokumen tersebut, anggaran belanja yang diproyeksikan turun adalah pelayanan umum sebesar 14,08% menjadi Rp 730,3 triliun; ekonomi turun 5,43% menjadi Rp 707,5 triliun; perlindungan lingkungan hidup turun 1,18% menjadi Rp 8,4 triliun; perumahan dan fasilitas umum turun 3,03% menjadi Rp 19,2 triliun; dan perlindungan sosial turun 0,04% menjadi Rp 272,9 triliun.
Sementara itu, anggaran belanja yang diproyeksikan naik adalah ketertiban dan keamanan naik 9,22% menjadi Rp 229,7 triliun; kesehatan naik 0,16% menjadi Rp 124,7 triliun; pariwisata naik 7,69% menjadi Rp 2,8 triliun; dan pendidikan naik 8,52% menjadi Rp 309,5 triliun. (lav)
🤝 Kerjasama dengan LIG Nex1 maupun PT SAS Aero Sishan Rudal Poniard/K-LIG Nex1 (LIG Nex1) 🚀
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) saat ini terus mengembangkan sistem roket dan senjata terintegrasi bekerja sama dengan LIG Nex1 Korea Selatan dan PT SAS Aero Sishan dari Indonesia.
Menurut Direktur Niaga, Teknologi dan Pengembangan PTDI, Moh Arif Faisal, berbagai kerja sama ini menegaskan komitmen PTDI dalam memperkuat kemandirian industri pertahanan nasional dan membangun sinergi global demi mendukung sistem pertahanan yang tangguh dan berdaya saing.
"Kerja sama dengan LIG Nex1 dari Korea Selatan maupun PT SAS Aero Sishan dari dalam negeri merupakan bagian dari upaya memperluas jejaring aliansi teknologi, membuka peluang transfer teknologi, serta memperkuat rantai pasok nasional. Dalam rangka peningkatan TKDN, kami ingin memastikan bahwa setiap langkah yang diambil dapat memberi nilai tambah bagi ekosistem industri pertahanan nasional dan berkontribusi langsung terhadap penguatan kapasitas teknologi dalam negeri," ujar Arif dalam siaran medianya ditulis Bandung, Selasa (1/7/2025).
Untuk penandatangan kerja sama dengan perusahaan pertahanan dari Korea Selatan LIG Nex1, disaksikan oleh Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Donny Ermawan Taufanto, di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat pada 12 Juni 2025 lalu.
Dalam kerja sama itu disepakati kerja sama strategis yang mencakup kegiatan joint marketing, penjualan, produksi bersama, serta integrasi sistem senjata, meliputi torpedo ringan dan rudal anti kapal selam, sonobuoy, roket berpemandu kaliber 70 mm, roket berpemandu kaliber 130 mm, serta bom berpemandu GPS Korea (Korean GPS-Guided Bomb).
"Seluruh kegiatan pemasaran dan penjualan bersama sistem senjata ini akan difokuskan di wilayah Indonesia dan kawasan Asia Tenggara (ASEAN)," kata Arif.
Perjanjian ini dikukuhkan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU), yang dilakukan secara simbolis langsung oleh Arif dan Executive Vice President Global Business Group – LIG Nex1, Paik Hyung Shik, dalam gelaran Indo Defence 2024 Expo & Forum hari kedua.
Kolaborasi ini sebut Arif, mempertegas eratnya hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan dalam pengembangan sistem pertahanan moderen yang saling menguntungkan dan berorientasi ke masa depan.
"PTDI juga telah sepakati MoU dengan PT SAS Aero Sishan untuk pengembangan unit peluncur roket 70mm dan pengadaan roket uji, serta pengembangan, produksi, pemasaran dan pemeliharaan roket FFAR 70 mm dan Guided Rocket Merah Putih," ungkap Arif.
Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas integrasi sistem senjata secara lokal guna memperkuat rantai pasok industri pertahanan nasional, serta mendorong terwujudnya kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Rekam Jejak Alutsista PTDI
Roket FFAR PT DI (PT DI)
PTDI memiliki rekam jejak panjang dalam pengembangan roket dan telah memiliki lisensi resmi dari Thales Belgium untuk memproduksi motor rocket berkaliber 70 mm.
Sejak tahun 1985, PTDI telah berhasil memproduksi dan mengirimkan lebih dari 43 ribu unit Folding Fin Aerial Rocket (FFAR) dan Wrap Around Fin Aerial Rocket (WAFAR) 70 mm dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai sekitar 20-40 persen, dimana untuk kapasitas produksinya sendiri mampu mencapai 10 ribu unit per tahun.
Sedangkan untuk warhead, PTDI telah berhasil memproduksi lebih dari 40 ribu unit dengan TKDN mencapai 60-85 persen, yang kapasitas produksinya mampu mencapai 5.000 unit per tahun.
Seluruh program pengembangan roket ini dilakukan di Kawasan Produksi 3, Tasikmalaya, yang telah ditetapkan sebagai Centre of Excellence untuk munisi roket udara kaliber 70 mm dan akan terus dikembangkan dengan teknologi terbaru seperti guided rocket, anti-drone warhead dan sistem sejenis lainnya.
Dalam hal sertifikasi, pada tahun 2019 PTDI memperoleh Military Air Weapon Type Certificate (TC) dari Indonesian Defence Airworthiness Authority (IDAA) untuk beberapa komponen strategis, seperti Smoke Warhead WD-703 dan Motor Rocket RD-7010, dimana pada tahun 2021 kembali memperoleh sertifikasi yang sama untuk Motor Rocket RD-702 dan Motor Rocket RD-701.
Sertifikasi ini menjadi bukti bahwa produk roket PTDI telah memenuhi standar keamanan dan kualitas, serta layak digunakan untuk mendukung TNI dalam menjaga kedaulatan negara.
💻 📡Dengan Sistem Manajemen Tempur ADVENTADVENT CMS (Havelsan)
Pada pameran Indo Defence 2025 yang diadakan di Jakarta dari tanggal 11 hingga 14 Juni, perusahaan teknologi pertahanan Turki HAVELSAN memamerkan solusi angkatan laut terbarunya. Selama acara tersebut, Bapak Şevket Ünal, Wakil Presiden Pengembangan Bisnis Internasional HAVELSAN, berbicara dengan Naval News dan berbagi wawasan tentang proyek-proyek perusahaan yang sedang berlangsung dan keterlibatannya yang semakin meningkat di sektor pertahanan Indonesia.
Pada pameran Indo Defence 2025 yang diadakan di Jakarta, HAVELSAN, salah satu perusahaan teknologi pertahanan terkemuka di Turki, memamerkan sistem angkatan lautnya, yang menggarisbawahi komitmennya untuk mendukung modernisasi pertahanan Indonesia. Dengan kehadiran yang semakin berkembang di Asia Tenggara sejak 2018, HAVELSAN terus memposisikan dirinya sebagai mitra strategis di kawasan tersebut, tidak hanya melalui penawaran produk, tetapi dengan mendorong kolaborasi jangka panjang, memungkinkan transfer teknologi, dan berkontribusi pada pengembangan kemampuan lokal.
Dalam wawancara eksklusif dengan Naval News, Bapak Şevket Ünal, Wakil Presiden Pengembangan Bisnis Internasional HAVELSAN, berbagi wawasan tentang tujuan strategis perusahaan di Indonesia, integrasi Sistem Manajemen Tempur ADVENT ke dalam platform Angkatan Laut Indonesia, dan lintasan masa depan ADVENT.
Naval News: Apa signifikansi strategis dari partisipasi HAVELSAN dalam pameran Indo Defence?
Bapak Şevket Ünal: Indo Defense adalah salah satu pameran industri pertahanan paling bergengsi di Asia Tenggara. Sejak 2018, HAVELSAN telah berpartisipasi aktif dalam platform ini untuk memperkuat kehadiran strategis kami di kawasan tersebut. Indonesia memiliki potensi besar dalam hal keamanan maritim, transformasi digital, dan teknologi pertahanan. Kehadiran kami di sini bukan hanya tentang memamerkan produk—ini tentang membangun kemitraan strategis jangka panjang, memungkinkan transfer teknologi, dan membina kerja sama yang berkelanjutan. Bagi kami, Indo Defense lebih dari sekadar pameran dagang; ini adalah platform strategis untuk menumbuhkan hubungan yang berdampak. Naval News: Bisakah Anda menjelaskan lebih lanjut tentang peran HAVELSAN dalam kerja sama yang sedang berlangsung dengan Angkatan Laut Indonesia?
Tn. Şevket Ünal: Kolaborasi kami dengan Angkatan Laut Indonesia mencakup berbagai inisiatif, termasuk integrasi Sistem Manajemen Tempur ADVENT ke dalam kapal perang yang baru dibangun melalui galangan kapal lokal. Selain itu, kami terlibat dalam modernisasi platform angkatan laut yang ada, meningkatkan kemampuan komando dan kendali mereka. Hingga saat ini, lebih dari 10 platform angkatan laut telah dilengkapi dengan ADVENT. Integrasi ini tidak hanya meningkatkan kemampuan taktis tetapi juga berkontribusi pada strategi transformasi pertahanan digital Indonesia yang lebih luas.
Naval News: Bagaimana Anda mengevaluasi posisi ADVENT di pasar pertahanan global, dan apa yang membuatnya unik?
Tn. Şevket Ünal: ADVENT saat ini digunakan di seluruh platform angkatan laut di 9 negara berbeda, menjadikannya salah satu sistem manajemen tempur tercanggih yang diekspor oleh Turki. Kekuatannya terletak pada arsitektur yang berpusat pada jaringan, akses berbasis peran, desain sistem terbuka, dan interoperabilitas multi-platform. Fleksibilitas ini memungkinkan adaptasi cepat terhadap kebutuhan khusus pengguna dan memastikan koordinasi yang lancar dalam operasi gabungan dengan pasukan sekutu. ADVENT bukan sekadar produk—ini merupakan filosofi pertahanan komprehensif yang berakar pada kemampuan beradaptasi, integrasi, dan kemampuan berwawasan ke depan.
Naval News: Apa peran kecerdasan buatan dalam visi masa depan ADVENT?
Tn. Şevket Ünal: AI (Artificial intelligence) merupakan komponen penting dari evolusi ADVENT. Melalui upaya R&D yang intensif, kami mengubah ADVENT dari sistem yang hanya mengumpulkan data menjadi sistem yang menafsirkan dan menindaklanjutinya. ADVENT yang disempurnakan AI (Artificial intelligence) mendukung analisis ancaman waktu nyata, pembuatan skenario, pengoptimalan sumber daya, dan dukungan keputusan. Sistem ini tidak hanya menyediakan data bagi para komandan, tetapi juga saran dan opsi cerdas, yang memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan akurat di bawah tekanan. Sistem ini pada dasarnya menjadi pikiran digital yang meningkatkan efektivitas operasional dan kesiapan misi.
Naval News: Kemampuan baru apa yang Anda hadirkan di Indo Defence 2025, dan apa peta jalan jangka panjang untuk ADVENT?
Tn. Şevket Ünal: Di Indo Defence 2025, kami memamerkan modul ADVENT terbaru yang terintegrasi dengan AI. Modul ini tidak hanya mencakup peningkatan operasional tetapi juga alat pemeliharaan cerdas, asisten digital, dan dukungan pelatihan berbasis simulasi. Pengunjung dapat merasakan inovasi ini secara langsung melalui demo langsung dan tampilan interaktif. Ke depannya, ADVENT akan terus berkembang di bidang-bidang seperti modularitas, integrasi multi-platform, peningkatan keamanan siber, dan interoperabilitas yang lebih baik dengan angkatan laut internasional. Misi kami adalah memposisikan ADVENT bukan hanya sebagai sistem masa kini, tetapi juga sebagai tulang punggung yang tak tergantikan bagi angkatan laut masa depan. (Tayfun Ozberk)
Hadapi Kondisi Geopolitik Indonesia diberitakan La Tribune, akan menambah pesawat Rafale ketika kunjungan Prabowo ke Perancis. (Dassault)
Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin memberi dukungan penuh pada TNI terkait urusan alat utama sistem senjata (Alutsista). Apalagi guna menjaga kedaulatan tanah air.
“Kebutuhan-kebutuhan alutsista yang dibutuhkan oleh TNI Angkatan Darat dan TNI Angkatan Laut serta TNI Angkatan Udara ini, ini dipasok tanpa pembatasan,” ujar Sjafrie kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (2/7).
Meski begitu, Sjafrie mengatakan, Indonesia sebagai negara yang menganut asas non-blok, pengadaan alutsista yang dilakukan saat ini tak ada tarikannya dengan akan mendukung pihak-pihak tertentu.
“Kita sebagai negara yang menganut politik bebas aktif dan berada pada garis nonblok itu tidak mempunyai restriksi apa apa terhadap pengadaan alutsista,” ungkapnya.
“Jadi kebutuhan pengguna dan pembina kekuatan ini kita fasilitasi untuk memperkuat kekuatan matra darat, laut, dan udara,” tambahnya.
Selain itu, Menhan Sjafrie juga mengungkapkan, Indonesia memang saat ini masih terkena sanksi Caatsa sehingga tidak dapat membeli jet tempur Sukhoi dari Rusia. Indonesia, pada saat era Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melakukan pembelian jet tempur Rafale dari Prancis.
“Kita tahu bahwa kita juga ada Caatsa yang menjadi ketentuan dari Amerika, tetapi sampai dengan saat ini kita bisa melakukan satu upaya yang kita lakukan dari dalam negeri, untuk memperbaiki alutsista Sukhoi 27 dan Sukhoi 30 yang memerlukan perbaikan,” paparnya.