Sabtu, 04 Juli 2015

[World] Singapore Launches First Independence-class Littoral Mission Vessel

The RSN's first-of-class LMV, Independence, during its launch ceremony on 3 July 2015. (IHS Jane's)

S
ingapore has launched the first of eight Littoral Mission Vessels (LMVs) on order for the Republic of Singapore Navy (RSN).

The vessel, Independence , was launched on 3 July at ST Marine's shipyard in Benoi in a ceremony presided over by Singapore's defence minister Ng Eng Hen.

Singapore's Ministry of Defence (MINDEF) signed a contract for the LMVs in January 2013, with the ships replacing the RSN's 11 Fearless-class patrol boats (which have been in service since the mid-1990s). The LMV has been jointly designed by Saab Kockums AB and ST Marine, and is being built in Singapore by ST Marine. Singapore's Defence Science and Technology Agency (DSTA) is the overall manager and systems integrator for the programme.

The Independence class is fitted with one Oto Melara 76 mm main gun, two Oto Melara Hitrole 12.7 mm remote-controlled weapon stations (one each on the port and starboard sides), and a stern-facing Rafael 25 mm Typhoon gun system. Protection against hostile aircraft and missiles is provided by MBDA's VL Mica anti-air missile system deployed via a 12-cell vertical launching system (VLS) in the forward section.

The platform's non-lethal options are provided by two water cannon and two remote-controlled long-range acoustic device (LRAD) system turrets with integrated xenon lights.

The sensor suite includes the Thales NS100 3D surveillance radar, Kelvin Hughes' SharpEye navigation radar, and an electro-optical director and 360° surveillance system supplied by Stelop (a business unit of ST Electronics). In response to a question from IHS Jane's , the RSN confirmed that the LMV does not have an anti-submarine warfare (ASW) capability.

The 1,250-tonne ship has a length of 80 m, a beam of 12 m, and a draught of 3 m. It has a top speed in excess of 27 kt and a range of 3,500 n miles on an endurance of 14 days.
The LMV's launch-and-recovery system, located at the stern, can accommodate up to two RHIBs or the Protector unmanned surface vessel (USV). (IHS Jane's)

The LMV can embark a medium-lift helicopter on its flight deck. It also features a launch-and-recovery system (provided by Norwegian Deck Machinery) that can accommodate at the stern two rigid hull inflatable boats (RHIBs) or the Protector unmanned surface vessel (USV). The LMV has a baseline crew complement of 23, including five officers.

A concept that is being proven out in the RSN for the first time is the LMV's integrated command centre, which co-locates the ship's bridge, combat information centre (CIC), and machinery control spaces.

"The integrated command centre integrates and synergises the management of navigation, engineering, and combat functions to achieve greater operational effectiveness and efficiency, especially during maritime security operations", said MINDEF. This approach mirrors that adopted on the US Navy's Independence-class Littoral Combat Ship (LCS).

Also fitted is a remote monitoring system that allows for real-time reporting of serviceability data. "The ship's platform and combat systems' health status can also be transmitted back to shore for centralised monitoring and prognosis of the systems to detect anomalies and plan for pre-emptive maintenance," said MINDEF.

To maximise versatility, the LMV has been configured to deploy a range of containerised mission packages such as a medical module to support humanitarian assistance and disaster relief (HADR) operations. The platform can also deploy unmanned systems for surveillance and mine countermeasures (MCM) operations.

Following the launch, Independence will undergo a combat system installation period, and will then start sea trials. The vessel is scheduled for delivery in 2016 and is expected to be fully operational by 2017. All eight LMVs are expected to achieve full operational capability by 2020.
Comment Concepts such as the integrated command centre exemplify the RSN's service-wide effort to reduce manpower requirements. In an interview in the Singapore Armed Forces' publication Pioneer in May 2015, chief of navy Rear Admiral Lai Chung Han highlighted the republic's dwindling birth-rate as a challenge facing the service.

Other recent efforts to ease the manpower burden include the deployment on board RSN vessels of unmanned systems, such as the Scan Eagle unmanned aerial vehicle (UAV) and the REMUS autonomous underwater vehicle (AUV).

The LMV's lack of organic ASW capability, in contrast to its sonar-equipped predecessors, suggests that the RSN is now relying on its Formidable-class frigates as the service's main submarine prosecutors. It could also be an indication that the RSN may employ helicopter-based submarine prosecution capabilities for the LMVs.

  Jane's  

[World] Pantsir-M, Surface Ship Air Defense

Perusahaan KBP Instrument Design Bureau (berbasis di Tula, Russia) menampilkan Sistem Pertahanan Udara Pantsir-S1 yang terkenal, untuk varian angkatan laut, dalam Pameran Pertahanan Maritim IMDS 2015 yang diselenggarakan di St Petersburg, Rusia.

Managing director KBP, Dmitry Konoplev, mengatakan “Kementerian Pertahanan Rusia menunjukkan minat yang besar untuk Pantsir-S1 varian angkatan laut dan elah diputuskan bahwa beberapa kapal perusak dan kapal perang besar lainnya akan dimodernisasi untuk mengakomodasi system ini”.

Pantsir-M didasarkan pada Pantsir-S1 yang berbasis di darat, namun memiliki sistem artileri yang berbeda seperti, termasuk dua senjata enam-barel GSH-6-30K / AO-18KD 30mm, seperti yang ditemukan di Kasthtan CIWS. Pantsir-M juga dilengkapi dengan sistem radar tambahan, terpisah dari satu yang dipasang ontop dari turret yang ada. [Navyrecognition]

  JKGR  

Jangan Sampai Prajurit Siaga Jadi Prajurit Niaga

Proses Retrofit tank AMX Pindad [Tempo]

D
irektur Utama PT Pindad, Silmy Karim, mendukung kesejahteraan prajurit TNI. Silmy menyindir jangan sampai prajurit TNI yang harusnya siaga justru jadi prajurit niaga.

Kata Silmy membangun kekuatan pertahanan yang profesional, harus berbanding lurus dengan kesejahteraan prajurit.

"Kesejahteraan terjamin. Jangan prajurit niaga bukan siaga. Ini beda-beda tipis," ujar Silmy dalam diskusi bertajuk 'Hercules dan Ironi Alutsista TNI' di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (4/7/2015).

Terkait pengambangan alutsista TNI, Silmy mengungkapkan pemerintah belum menjamin atau memberikan dukungan penuh kepada PT Pindad.

Silmy mengungkapkan, negara-negara di luar negeri sangat mendukung pengembangan alulsista buatan dalam negeri.

Di Indonesia, lanjut Silmy, industri pertahanan layaknya semacam broker. PT Pindad memproduksi alutsista, tapi tidak tahu kapan dibeli pemerintah. Silmy juga mengkritisi kebijakan pertahanan yang tidak up to date.

Silmy mencontohkan mengenai patroli wilayah atau menggunakan pesawat tempur / kapal perang atau cukup menggunakan pesawat tanpa awak semacam drone.

Kata Silmy, banyak kapal fregat Indonesia dalam patroli ketinggalan saat melakukan pengejaran.

"Apa benar kita perlu kapal patroli? Itu mahal lho. Apakah itu cepat? Di luar negeri kecepatannya 40 knot. Jangan heran yang mau ditangkap itu lebih cepat dari kita," tukas Salim.

  Tribunnews  

Komandan Korps Marinir Resmikan Puslatpur Lampon Banyuwangi

Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Buyung Lalana bersama sejumlah perwira baret ungu. (Sertu Kuwadi / Dispen Korps Marinir)

K
omandan Korps Marinir Mayor Jenderal TNI (Mar) Buyung Lalana meresmikan sekaligus mengukuhkan Mayor Marinir Ronny Antonius Purba sebagai Komandan Pusat Latihan Pertempuran (Puslatpur) Korps Marinir-7 Lampon, Banyuwangi, Kamis.

"Peresmian Puslatpur Lampon ini merupakan realisasi dari kebijakan pemimpin TNI Angkatan Laut dalam rangka meningkatkan profesionalitas satuan dan efektivitas pembinaan latihan Pasukan Khusus TNI AL, Intai Amfibi Korps Marinir melalui penyediaan sarana dan prasarana latihan yang menantang," katanya.

Selain itu, katanya, peresmian Puslatpur Korps Marinir di Lampon juga sebagai bagian dari upaya pembangunan dan pembinaan kekuatan serta kemampuan Korps Marinir secara keseluruhan.

"Dengan peresmian Puslatpur Korps Marinir Lampon ini semoga mampu menambah kapabilitas Komando Latih Marinir dan juga dalam meningkatkan kemampuan daerah latihan Lampon dan sekitarnya sebagai kawah candradimuka prajurit-prajurit Intai Amfibi Korps Marinir," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa letak geografis Lampon yang strategis berada di ujung timur Pulau Jawa dan berhadapan langsung dengan wilayah pantai selatan dan Samudera Hindia yang memiliki ombak besar serta arus yang menantang.

"Kondisi itu sangat memadai sebagai sarana latihan lanjutan aspek laut dari prajurit Korps Marinir, yaitu renang, dayung, menembus gelombang serta medan belakang pantai yang masih cukup ideal untuk dijadikan tempat latihan operasi khusus tempur darat," ujarnya.

Namun demikian jenderal Marinir yang dikenal peduli terumbu karang ini mengemukakan pembinaan kemampuan dan peningkatan profesionalitas prajurit Korps Marinir tidak cukup dengan latihan dan tersedianya sarana dan prasarana latihan yang memadai.

"Tetapi juga harus ditopang dengan pembangunan moralitas yang kokoh sebagai landasan dalam membentuk jati diri prajurit. Oleh karena itu, peran masyarakat Lampon sangat diharapkan untuk menjadi mitra dalam menjaga dan membangun jati diri sebagai prajurit yang dicintai rakyat," katanya.

Ia menegaskan keberadaan masyarakat Lampon akan menjadi mitra Korps Marinir dalam membangun jati diri dan sebaliknya kehadiran Korps Marinir dapat menjadi mitra bagi pemerintah daerah, TNI dan Polri serta komponen masyarakat lainnya dalam memacu pembangunan Banyuwangi dan sekitarnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Buyung Lalana pada kesempatan itu mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas beserta jajarannya, satuan TNI maupun Polri serta instansi terkait juga masyarakat Lampon atas terwujudnya peresmian Puslatupur tersebut.

Hadir dalam peresmian itu Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) Kasirun Situmorang, Komandan Pasmar-2 Brigjen TNI (Mar) R.M Trusono, Asintel Dankormar Kolonel Marinir Lukman Hasyim, Asops Dankormar Kolonel Marinir Hasanudin, Asrena Dankormar Kolonel Marinir Endi Supardi.

Selain itu juga hadir Dankolatmar Kolonel Marinir Imam Sopingi, Dandenjaka Kolonel Marinir Nur Alamsyah dan Komandan Lanmar Surabaya Kolonel Marinir Nurhidayat dan lainnya. (*)

  antara  

[Foto] AMX Retrofit Pindad

Atas permintaan Kemenhan, Pindad mendapat orderan retrofit beberapa unit Tank AMX. Gambar retrofit AMX [Pindad]

M
enurut berita lawas media Tempo, Perubahan yang paling mencolok dilakukan PT Pindad, Bandung terletak pada meriam yang terpasang di kubah putar (turret). Ukuran meriam ini lebih besar dari bawaan pabrik setelah dimodifikasi oleh PT Pindad sejak 2011 sampai 2014.

Kini Pindad menggantinya dengan meriam kaliber 105 milimeter.

Perubahan lain, sistem penembakan dari manual menjadi elektronik. Dapur pacu tank ini juga sukses diganti, dari mesin bensin menjadi diesel.

Modifikasi tank AMX-13 ini memakan biaya sekitar  Rp 7-10 miliar.

Berikut dibawah foto yang diposkan pr1v4t33r.

AMX APC retrofit PT Pindad, Bandung
Tampak belakang AMX APC retrofit.
AMX APC retrofit sedang uji tampil di Bandung.
AMX APC bersama Tank AMX retrofit.
AMX APC bersama Tank AMX hasil retrofit Pindad
Tampak depan AMX retrofit dengan meriam kaliber 105 mm.

  Garuda Militer  

Perjalanan Pulang KRI BJM 592

KRI BJM-592 Tiba dan Disambut Hangat Di Karachi Pakistan KRI Banjarmasin (BJM) 592 tiba di Karachi, Pakistan pada Kamis kemarin (02/07/15) dan mendapat sambutan hangat Pemerintah Pakistan. Sejumlah prajurit AL Pakistan berdiri di sepanjang dermaga Pakistan International Containner Terminal (PICT), sambil menyanyikan lagu kebangsaan dan mengibas-ngibaskan bendera kecil ke dua negara. “Kami bangga dan bahagia menyaksikan persinggahan KRI Banjarmasin 592 dalam rangka kembali ke Indonesia usai menyelesaikan misi ke beberapa negara yang puncaknya pada World Expo 2015 di Milan, Italia dan mengharumkan nama bangsa,” ujar Konjen RI untuk Pakistan, Hadi Santoso, kepada Jurnal Maritim.

Menurut Hadi, sambutan hangat dari Pemerintah Pakistan adalah bukti hangatnya hubungan antar kedua negara tersebut. Pakistan dan RI memiliki program pertukaran pendidikan kadet dan level perwira. Pakistan juga tercatat ikut membantu evakuasi WNI yang terjebak konflik Yaman beberapa waktu lalu.

Selain itu, singgahnya Satgas KJK 2015 kali ini menjadi ajang promosi kapal militer produksi Indonesia. Menurut Hadi, pihaknya turut mempromosikan kedatangan KRI BJM 592 melalui sejumlah cara, diantaranya mengeluarkan rilis bahwa yang akan singgah ini adalah kapal buatan Indonesia.
HUT 54 Kolinlamil Diperingati Satgas KJK 2015 Di Laut Arab Peringati Hari UIang Tahun (HUT) Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) ke 54 tahun, Satuan Tugas (Satgas) Kartika Jaya Krida (KJK) menggelar upacara di Laut Arab. Momentum tersebut terlaksana saat KRI Banjarmasin 592 memasuki perairan Pakistan, Rabu (01/07).

Tema HUT Kolinlamil saat ini yaitu 'Dengan Solidaritas dan Profesionalisme prajurit Kolinlamil kita wujudkan Tol Laut Nusantara untuk mendukung poros maritime dunia' sangatlah tepat untuk digunakan sebagai motivasi bagi seluruh insan kolinlamil meningkatkan profesionalisme dan kinerjanya,” ujar Komandan KRI Banjarmasin 592 Letkol Laut (P) Rakhmat Arief B yang membacakan Amanat Kasal.

Berdasarkan tema HUT ke 54 tersebut menjelaskan bahwa fokus pemerintahan saat ini adalah menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, yang merupakan kesempatan bagi TNI Angkatan Laut termasuk Kolinlamil untuk menunjukkan peran aktif dalam mewujudkan visi tersebut.

Dengan pemaham yang demikian dan dilandasi semangat Satya Wira Jala Dharma diharapkan jajaran kolinlamil mampu menjawab tantangan tugas dan perkembangan zaman dalam rangka mendukung tugas pokok TNI dan tugas TNI Angkatan Laut,” jelas Rakhmat Arief didepan peserta upacara.

Dimasa depan seluruh jajaran Kolinlamil mengupayakan untuk terus berkiprah dalam lingkup nasional dan didunia internasional sebagai pertanggungjawaban TNI AL kepada bangsa Indonesia yang telah mendukung pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI AL.

Sudah sepatutnya TNI AL dibangun agar memiliki kesetaraan dengan AL negara maju agar TNI Angkatan Laut mampu melaksakan ketiga peran internasional yaitu peran militer, peran diplomasi dan kondisional yang merupakan tolak ukur Angkatan Laut kelas dunia,” ungkapnya.

Untuk itu TNI Angkatan Laut saat ini,” lanjut Komandan lagi, “Konsisten melaksakan pembangunan kekuatan dan kemampuan untuk mencapai empat keunggulan dibidang Sumber Daya Manusia, organisasi, operasi dan tehnologi sebagai sarat mutlak menjadi World Class Navy."

"TNI AL juga harus memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menyelenggarakan organisasi dalam tiga jangkauan kekuatan yaitu operasi jarak pendek di wilayah NKRI, operasi jarak menengah di kawasan regional dan operasi jarak jauh yang menjangkau kawasan global. Kesemuanya tidak lain diarahkan agar TNI AL dapat dikerahkan untuk melindungi aset dan kepentingan negara di berbagai kawasan dunia,” paparnya. [FIRMANTO HANGGORO]

  JMOL  

Pasmar-1 Laksanakan Tactical Floor Game dalam Latihan Geladi Posko 2015

Dalam rangka Latihan Geladi Posko 1 Korps Marinir TA. 2015, para Perwira Pasmar-1 yang tergabung dalam Pasrat melaksanakan kegiatan Tactical Floor Game (TFG), yang dilaksanakan di ruangan Komando Geladi Bhumi Marinir Karangpilang Surabaya, beberapa waktu lalu.

Tactical Floor Game (TFG) merupakan kegiatan pengujian konsep Rencana Operasi (RO), kepada seluruh satuan bawah. Pelaksanaan pengujian konsep Rencana Operasi dapat berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan oleh Komando Atas, yang mensimulasikan pergeseran unsur-unsur dalam operasi yang sebenarnya, diantaranya mulai dari Embarkasi material dan personel, Linla, Latum, Perebutan sasaran dan penguasaan tumpuan pantai, membantu Ratmin dan pelintasan serta BKO Kogasgabrat dalam pelaksanaan Operasi Darat.

Pada Latihan Geladi Posko 1 Korps Marinir TA. 2015 kali ini mengambil tema “Melalui Latihan Geladi Posko 1 TA.2015 TNI Angkatan Laut/Marinir siap melaksanakan Operasi Amfibi di wilayah NKRI dalam rangka mendukung tugas pokok TNI”.

Hadir dalam Tactical Floor Game (TFG) tersebut Danbrigif-1 Mar Kolonel Marinir Y.Rudy Sulistyanto, Asops Danpasmar-1 Kolonel Marinir I Made Sukada, Danmenart-1 Mar Kolonel Marinir F. Simanjorang, Danmenkav-1 Mar Kolonel Marinir Herkulanus HS, Wadanbrigif-1 Mar Letkol Marinir Amir Kasman dan Paban Sops Pasmar-1 Letkol Marinir Rudi Harto Marpaung.

  JMOL  

[Video] Lantacab 2015 @ Baturaja

Latihan antar kecabangan Angkatan Darat di Baturaja, 2015 Leopard 2A4 TNI AD latihan perdana di Baturaja, menjadi primadona dalam acara tahunan TNI AD.

B
erikut ini video latihan tahunan Angkatan Darat ini menampilkan skenario penyerangan secara dadakan, serbuan puluhan kendaraan tempur, bombardir alutsista AD menjadi satu operasi memukul musuh.

Latihan ini diikuti ribuan pasukan TNI AD bersama ratusan kendaraan militer dan puluhan helikopter turut ambil bagian dalam latihan tahunan di Baturaja.

Video berasal dari Youtube diposkan berita website


   Garuda Militer  

Anggaran alutsista TNI Rp 102 T, padahal yang dibutuhkan Rp 600 T

Pesawat Hercules tipe C-130 yang jatuh di sekitar pemukiman warga di Jl Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6) siang membuat alutsista TNI menjadi sorotan. Banyak yang menilai Hercules tersebut sudah uzur dan tak layak pakai.

Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya menyebut anggaran yang ada saat ini sangat jauh dari kata ideal guna melakukan modernisasi alutsista TNI.

"Anggaran minimum itu Rp 300 triliun sedangkan anggaran tahun ini hanya Rp 102 triliun," kata Tantowi di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (2/7).

Anggaran minimum tersebut, kata dia, hanya setengah dari jumlah ideal untuk melakukan modernisasi alutsista yang berjumlah Rp 600 triliun. Apalagi, dengan anggaran yang ada saat ini, sangat tidak mungkin anggaran langsung bisa melonjak 300 persen.

Hal senada juga disampaikan oleh Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin yang turut menyebut minimnya anggaran yang dimiliki oleh TNI. Apalagi, anggaran dari Kementerian Pertahanan harus dibagi ke Mabes TNI dan tiga matra TNI.

"Sekarang ini saja, untuk anggaran Menhan Rp 102 triliun. Sekitar 77,7 persen untuk TNI yang dibagi untuk empat bagian untuk mabes dan tiga matra," ucapnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyampaikan, pemerintah akan segera menambah anggaran untuk memperkuat alutsista TNI. Rencananya, penambahan anggaran tersebut akan dimasukan dalam RAPBN 2016.

"Iya tentu, sesuai anggaran. Kan kalau kita tidak bisa langsung kasih, itu harus, nanti lagi kita tambah di anggaran 2016," kata JK di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (2/7).

Namun, JK belum menyebut besaran nilai anggaran yang akan ditambahkan. Menurutnya, pemerintah akan menyesuaikan dengan kemampuan finansial negara.

  merdeka  

[World] E2D Advance Hawkeye berhasil uji pengisian bahan bakar di udara

http://4.bp.blogspot.com/-Jk4IFqLUq5U/VZZnPULsCsI/AAAAAAAAHMI/odWRidNv_sY/s1600/Northrop%2BAerial%2BRefeuling.jpgPengisian bahan bakar di udara bersama F18 hornet ♣
N
orthrop Grumman bersama dengan Angkatan Laut AS telah berhasil melakukan Critical Design Review (CDR) untuk sistem pengisian bahan bakar pesawatr E-2D Hawkeye. Dengan kontrak senilai $ 226,7 juta, Northrop Grumman dipercaya untuk merancang, mengembangkan, manufaktur dan pengujian beberapa upgrade sub-sistem yang diperlukan untuk mengakomodasi kemampuan pengisian bahan bakar di udara.

Persetujuan ini menunjukkan kematangan desain dan pengakuan bahwa program siap untuk transisi ke fase membangun / tes. CDR juga bergerak program lebih dekat dengan menginstal kemampuan ini pada pesawat produksi baru. Pesawat E-2D  akan dipasang dengan kemampuan pengisian bahan bakar di udara.

Northrop Grumman akan memulai instalasi subsistem pengisian bahan bakar  ke pesawat uji E-2D pada kuartal kedua tahun 2016. Perusahaan juga telah merencanakan uji penerbangan untuk pesawat uji E-2D AR pada 2017. [aviation today]

  Garuda Militer  

[World] Jet Baru AS Dipecundangi Jet Lawas

http://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/07/02/42/1019415/memalukan-jet-baru-as-dipencudangi-jet-lawas-i0k.jpgF35 

Pesawat tempur terbaru Amerika Serikat (AS), yang juga disebut sebagai pesawat termahal yang pernah dibuat AS, F-35 dikabarkan dipermalukan oleh pesawat tipe lama yang dimiliki oleh negara tersebut. Dalam sebuah uji coba, jet tempur F-35 dipecundangi oleh jet F-16, yang merupakan pesawat generasi lama.

Padahal, pesawat yang dijuluki Lightning II itu merupakan pesawat yang akan menggantikan tugas F-16. Laporan yang mendokumentasikan uji coba ini telah dilansir oleh laman keamanan nasional War Is Boring yang menyebut F-35 hanya akan menjadi sasaran empuk dalam dogfight (pertempuran udara) dengan pesawat tempur lainnya.

F-35 memiliki kekurangan dalam hal energi yang sangat terlihat. Tidak ada alasan untuk bertarung di bagian ini,” kata pilot penguji yang dirahasiakan namanya, seperti dilansir ABC pada Kamis (2/7/2015).

Dalam uji coba yang dilakukan pada Januari lalu, pilot penguji mengatakan, pesawat tersebut bukanlah tandingan bagi F-16 dalam pertarungan jarak dekat. Pesawat itu disebut sulit untuk membuat manuver yang membuatnya sulit untuk membidik atau menghindari F-16 dalam pertempuran.

Tidak terima dengan laporan tersebut, pengembang pesawat seharga USD 138 juta (Rp 1,8 triliun) langsung melemparkan pembelaan. Juru Bicara Kantor F-35, Joe Della Vedova, mengungkapkan bahwa F-35 yang digunakan dalam uji coba itu tidak dilengkapi dengan beberapa komponen yang nantinya akan disertakan dalam F-35 yang diproduksi.

Menurut Della Vedova, Komponen yang belum disertakan itu, antara lain, stealth coating yang membuat F-35 tidak tampak di radar, serta perangkat lunak yang membuat pilot dapat membidik dan menembak lawan tanpa harus menghadap ke arah musuh.

Tapi, dirinya juga mengakui bahwa pesawat itu memang tidak dirancang untuk pertempuran jarak dekat. “Teknologi yang dimiliki F-35 didesain untuk menyerang dan menghancurkan musuh dari jarak jauh, bukan untuk situasi yang membutuhkan dogfight,” tuturnya. (esn)

  sindonews  

★ Kapal Negara SAR Kelima Diluncurkan di Benoa

Kapal Negara Basarnas

KEPALA Basarnas Marsekal Madya FH Bambang Sulistyo meluncurkan pengoperasian kapal negara SAR kelima, di Pelabuhan Benoa, Bali, tadi pagi. Kapal yang ditempatkan di Bali tersebut diberi nama KN Arjuna dengan nomor lambung 229.

Kapal ini memiliki panjang 40 meter, lebar 7,8 meter, tinggi geladak 3,6 meter dan tinggi sarat 1,8 meter dengan mesin penggerak 3 X Min 1400 HP medium duty, berat 126 ton dengan bahan bakar Min 25 ton. Kapal ini mampu melaju dengan kecepatan maksimum 30 knot.

Menurut Bambang, kapal ini merupakan salah satu dari 5 kapal Basarnas yang baru beroperasi dan merupakan program anggaran 2014. Kapal-kapal tersebut merupakan buatan Indonesia dari PT Karimun Sejati.

"Semua bagian kapal adalah buatan anak bangsa sendiri. Semuanya produksi dalam negeri dengan kualitas internasional," ujarnya. Sementara keempat kapal lainnya ditempatkan di Medan, Padang, Manado dan Batam. Penempatan kapal-kapal tersebut dilakukan berdasarkan lokasi pemetaan potensi bencana.

"Sekalipun dikoordinasi di bawah Kantor SAR wilayah, namun tidak menutup kemungkinan bila terjadi bencana besar di wilayah lain, maka kapal-kapal itu siap dikerahkan untuk kepentingan operasional," ujarnya.

Penambahan kekuatan sarana laut ini diharapkan mampu membantu peningkatan kemampuan pelayanan SAR sehingga penanganan kecelakaan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat, efektif dan efesien.

Saat ini Basarnas baru memiliki 57 kapal yang ditempatkan di seluruh wilayah perairan Indonesia. Untuk pengadaan 5 unit kapal baru, pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp 200 miliar. Basarnas mengantongi anggaran per tahun sekitar Rp 2,1 triliun. Anggaran digunakan untuk biaya rutin, perawatan rutin, gaji pegawai, biaya pelatihan dan sebagainya.

Sementara untuk pesawat helikopter, Basarna masih membutuhkan sekitar 12 unit yang akan ditempatkan di beberapa titik strategis di Indonesia yang sewaktu-waktu bisa digerakan dengan mudah. (N-3)

  Media Indonesia  

Jumat, 03 Juli 2015

Mereka Terus Berani Bersama "Herky"

Pesawat Hercules TNI AU

Kecelakaan pesawat angkut militer Hercules C-130 dengan registrasi A-1310 milik Skuadron 32 TNI Angkatan Udara di Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/6), menjadi duka Indonesia. Dalam keterbatasan anggaran, para prajurit TNI tetap teguh mengabdikan jiwa dan raganya demi menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan terus berani menerbangkan Hercules, yang kerap disebut "Herky".

Musibah yang merenggut 12 prajurit TNI AU itu tidak memadamkan keberanian penerbang militer lain untuk menerbangkan pesawat yang tergolong sudah uzur tersebut. Mereka selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin demi mengantisipasi berbagai kemungkinan gangguan penerbangan.

"Tua dan muda itu relatif karena ada juga pesawat yang baru berusia setahun jatuh. Karena itu (ukuran) yang dipakai laik atau tidak laik terbang," kata Letnan Kolonel (Pnb) Fata Patria dalam perbincangan dengan Kompas di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (2/7).

Fata sudah menjadi penerbang Hercules begitu tamat Akademi Angkatan Udara pada 1998. Sejak tahun 2000, ia bergabung di Skuadron 31, Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma.

Seorang rekannya semasa pendidikan turut menjadi korban dalam kecelakaan yang menimpa pesawat Hercules C-130 di Magetan, Jawa Timur, pada 2009. Ketika bencana tsunami meluluhlantakkan Aceh pada 26 Desember 2004, Fata merupakan pilot yang pertama kali mendaratkan pesawat berbadan besar itu di Aceh. Pengalaman tersebut sungguh melekat dalam benaknya. Fata kerap terharu saat mengenang betapa hancurnya Aceh akibat tsunami ketika itu. Ia merasa senang bisa membantu korban tsunami, tetapi ia juga sedih menyadari keterbatasannya dalam mengevakuasi korban.

Boleh jadi karena itu pula, walaupun kecelakaan pesawat Hercules telah terjadi beberapa kali di Indonesia, ia tidak gentar untuk kembali menerbangkannya. "Sebagai pilot, mental kami ketika masuk pesawat sudah siap mengantisipasi kondisi darurat," tutur lulusan program pascasarjana Australian National University itu.

 Tidak bercerita 

Insiden selama penerbangan juga bukan tak pernah dihadapi Fata, tetapi ia tak pernah menceritakannya kepada keluarganya. Ia tidak mau membuat mereka khawatir.

Kolonel (Pnb) Purwoko Aji Prabowo juga pernah mengalami insiden saat menerbangkan Hercules. Ketika ia masih berpangkat kapten, pesawat yang diterbangkannya mengalami gangguan mesin. Ia tengah menerbangkan pesawat Hercules dari Jakarta menuju Madiun saat salah satu dari empat mesin pesawat itu tak berfungsi. Beruntung, ketika itu pesawat sudah tidak jauh dari Lanud Iswahjudi, Madiun. Ia menyiapkan pendaratan dengan tiga mesin. Pesawat pun mendarat dengan baik.

"Rata-rata penerbang Hercules pernah mengalami satu mesin mati, tetapi kami bisa mengantisipasi dengan latihan menggunakan simulator," tuturnya.

Saat ditanya mengenai tanggapan keluarga soal insiden itu, Purwoko mengaku tak pernah menceritakan hal tersebut kepada istri dan anaknya. "Menurut saya itu tugas tentara. Jadi, ketika pulang ke rumah, ya, bersikap biasa saja," ujar Purwoko.

Purwoko menilai penerbang harus memiliki kepercayaan diri, tetapi juga tak boleh angkuh. Dengan demikian, penerbang bisa lebih cermat dan berhati-hati saat mempersiapkan diri dan pesawat sebelum terbang. Dari sisi sumber daya manusia, dia menilai penerbang Hercules rata-rata memiliki pengalaman memadai. Mereka harus menjalani tahapan pelatihan berjenjang yang membutuhkan jam terbang cukup tinggi, dimulai dari menjadi kopilot hingga menjadi pilot tamu penting (VVIP) penumpang pesawat Hercules.

Belajar dari kecelakaan Hercules C-130 A-1310, Purwoko dan Fata hanya berharap pemerintah tetap menaruh perhatian pada penyediaan pesawat baru dan pemeliharaan pesawat yang baik. Menurut mereka, kedua hal tersebut akan sangat membantu para penerbang-penerbang muda dalam bertugas.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Dwi Badarmanto, secara terpisah, mengatakan, dari hasil evaluasi pada beberapa kecelakaan pesawat milik TNI AU, faktor utama penyebab kecelakaan terletak pada peralatan, bukan pada persoalan sumber daya manusia. Dia menilai TNI AU memiliki banyak pilot yang berkualitas.

Dia mengakui, ketersediaan anggaran untuk alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU masih jauh dari kebutuhan minimum. Selain anggaran alutsista, Dwi juga berharap agar kesejahteraan dan pendidikan personel TNI AU diperhatikan. Dengan demikian, peristiwa semacam ini bisa dihindari dan Indonesia tak lagi kehilangan penerbang terbaik. (Antony Lee)

* Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Juli 2015 dengan judul "Mereka Terus Berani Bersama 'Herky'".

  Kompas  

[Foto] Kendaraan Militer Pindad

Binatang Pindad tampil dilayar dengan fungsi yang berbeda
Kendaraan militer Anoa APC untuk Polisi produksi PT Pindad, Bandung. [Pr1v4t33r]
Sejumlah kendaraan militer PT Pindad siap uji tampil. [Pr1v4t33r]
Kendaraan militer Badak versi awal dengan persenjataan kaliber 20mm. [Pr1v4t33r]
IFV Badak versi awal dengan senjata kaliber 20 mm. [Pr1v4t33r]
IFV Badak dengan kanon kaliber 90 mm. [Pr1v4t33r]
IFV Badak produksi PT Pindad, Bandung. [Pr1v4t33r]
IFV Badak dengan kubah senjata 'Tarantula' melakukan aksi manuever. [Pr1v4t33r]
APC Anoa produksi PT PIndad dengan background AMX retrofit. [Pr1v4t33r]

  ★ Garuda Militer  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...