Sabtu, 02 April 2016

Mengelola Empat Titik Panas

Dinamika perjalanan bernegara di setiap negara mengharuskan masing-masing negara memiliki kekuatan militer sebagai pengelola otot kedaulatan negara. Demikian juga dengan negeri kepulauan khatulistiwa ini. Dinamika yang terjadi dalam hitungan minggu saja mengharuskan militer Indonesia mengelola empat titik panas (hot spot) sekaligus dalam sebuah “musim tak terduga”. Empat titik panas itu adalah Poso, Natuna, Tarakan dan Ambalat.

Insiden dengan kapal penjaga pantai Cina di perairan Natuna belum lama ini membuat Jakarta mengepalkan tinju lalu mengirimkan 5 jet tempur F16, 6 KRI, perangkat radar mobile, pasukan infantri, marinir dan paskhas ke Natuna. Dalam waktu yang bersamaan PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) yang terdiri dari pasukan Kostrad, Marinir dikirim ke Tarakan bersama belasan KRI, puluhan tank amfibi dan jet tempur Sukhoi. Ini juga bagian dari kemarahan republik atas penyanderaan warga kita oleh gerilyawan Abu Sayyaf meski format resminya adalah untuk latihan gabungan obyek vital.

Sementara itu untuk hot spot yang lain, Poso sudah digelar operasi gabungan tentara dan polisi untuk “mateni” Santoso. Sedikitnya ada 1 brigade tentara dan 1 brigade polisi mengepung ketat teroris bersama pengikut setianya. Demikian juga Ambalat selalu disiagakan 5-7 KRI untuk berpatroli termasuk melakukan manuver interoperability dengan matra lain, sebuah simulasi untuk pertempuran laut yang sesungguhnya.

Pada saat mengelola empat titik panas ini, dibagian lain bumi Indonesia ada hajat besar dan bergengsi berupa latihan gabungan angkatan laut bersama negara-negara sahabat. Kita mengerahkan 15-17 KRI berbagai jenis ke pantai barat Sumatera, tepatnya Padang dan sekitarnya untuk melaksanakan latihan kerjasama Multilateral Exercise Komodo 2016 tanggal 12-16 April dengan 35 negara lain.

Dalam manajemen militer tentu suasana ini memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi karena mengelola empat hot spot tentu memerlukan energi ekstra dan stamina kuat. Pada akhirnya tumpuan utama dari kesiap siagaan itu adalah ketersediaan alutsista yang mencukupi dan berkualitas. Bisa dibayangkan bagaimana mendistribusikan perangkat alutsista untuk empat titik panas dan satu event internasional dimana kita jadi tuan rumah.

Belajar dari musim tak terduga ini (tapi kita ini bolak balik belajar tapi gak paham juga) seyogyanya perencanaan kebutuhan alutsista benar-benar diupayakan sehebat mungkin. Tidak lagi dibenturkan dengan ketersediaan anggaran tetapi kebutuhan altusista itu mutlak harus diadakan. Memang perkuatan dan belanja alutsista saat ini sudah menuju ke arah getar tetapi diperlukan percepatan pesan, percepatan kedatangan dan percepatan operasional. Sebagai contoh lihat saja proses pengadaan 24 jet tempur F16 up grade, sudah lebih 4 tahun yang datang baru sepertiganya.

Kita butuh 12 kapal selam bermutu, dari lima belas tahun yang lalu selalu diperdengarkan lagu itu. Tapi nyatanya sampai hari ini baru ada 2 kapal selam tua. Agak terhibur juga karena sebentar lagi mau datang 3 kapal selam baru dari Korea Selatan. Tetapi ketika kita dapat tambahan 3 kapal selam baru, Singapura sudah punya 6 biji, Vietnam sudah punya 5 biji baru semua. Apalagi kalau bicara Cina, jelas gak nendang.

Belum lagi kapal perang permukaan laut, baru sampai ke tingkat fregat ringan. Padahal untuk mengawal perairan laut yang luas ini kita butuh kapal perang kelas destroyer. Belum lagi melihat kekuatan udara yang belum sepadan dengan ruang tugas yang harus diemban. Kalau hanya punya 1 skuadron Sukhoi hanya bagus untuk dipamerkan tapi belum mampu membentengi kedaulatan udara republik tercinta ini.

Rasanya kok jadi gak sabar ya melihat kritisnya mengelola empat hot spot dengan kekuatan alutsista yang ada. Ayo buat dong langkah out of the box, over the horizon, duduk bersama bersepakat Pemerintah, DPR lalu keluarkan doktrin baru atau dekrit baru sehubungan dengan ini, sehubungan dengan itu dan seterusnya. Lalu belanja alutsista sehebat mungkin.

Changbogo bisa dibuatkan paralel di Surabaya dan Korsel. Atau pesan 2-4 Kilo sebagai alutsista penguat. Sukhoi SU35 juga ditambah tidak hanya 10 biji tapi dua skuadron kebutuhannya. Kapal perang permukaan jenis korvet, fregat dan destroyer segera ditambah secepat mungkin.

Alutsista kita masih kalah cerdas dan kalah banyak jika ingin dipersandingkan dengan ruang wilayah yang sangat luas ini, apalagi jika ingin mencapai cita-cita poros maritim. Kekuatan poros maritim ada di angkatan laut dan angkatan udara, maka dua matra ini menjadi fokus utama dan penting untuk dibenahi, dimodernisasi, digaharkan dan dibanggakan.

Kita hanya ingin mengingatkan ketika tahun-tahun awal reformasi, TNI mengawal 3 hot spot yang banyak menghabiskan energi yaitu konflik horizontal Maluku, konflik bersenjata Timor Timur dan Aceh. Ketika TNI kita sedang disibukkan dengan tugas berat itu, tetangga sebelah berulah dan mengambil Sipadan Ligitan.

Jangan dikira Natuna itu tidak terancam meski berulang kali dikatakan kemenlu Cina bahwa dia tidak keberatan Natuna milik Indonesia. Omongan diplomatik itu sesuai musimnya, kalau musim panas dia bilang “ini itu” tetapi jika musim hujan dia bilang “itu ini”. Namanya juga diplomasi tentu sesuai kepentingan nasionalnya. Nah jalan satu-satunya adalah perkuat otot kedaulatan, perkuat militer sekuatnya. Dengan militer yang kuat dan bersemangat sangat diniscayakan omongan diplomasi kita akan diperhatikan.
****
Jagarin Pane / 02 April 2016
 

  Kaskus  

JK Harapkan Ada Kerja Sama Militer dengan Filipina

Soal 10 WNI yang Disandera[Ilustrasi Mindra Purnomo]

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan ada kerjasama militer antara Filipina dan Indonesia dalam upaya pembebasan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. JK ingin mencontoh pengalaman saat operasi Woyla pada tahun 1981.

"Itu bisa terjadi. Kita punya pengalaman dulu dengan Woyla," ujar JK lewat keterangan persnya di sela-sela kunjungannya pada KTT Keamanan Nuklir di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Jumat (1/4/2016).

Operasi pembebasan bukanlah hal yang baru bagi militer Indonesia. JK juga meminta ada lobi yang dilakukan dengan kelompok Abu Sayyaf untuk memastikan pembebasan 10 WNI yang disandera sejak beberapa hari lalu.

"Kirim orang yang mengenal mereka itu untuk dicari jalan keluarnya," terangnya.

Ada perbedaan operasi pembebasan yang dilakukan di Somalia dan Filipina. Saat penyanderaan kapal MV Sinar Kudus di Somalia, pendekatan yang dilakukan militer Indonesia berbeda karena lokasi penyanderaan berada di lautan bebas.

"Sekarang menurut informasi sudah sampai ke dataran Filipina. Sehingga Filipina sendiri tidak ingin ada kekuatan militer sendiri," ucapnya.

"Tapi dia (Filipina) sendiri harus berjanji bisa menanganinya. Tapi kalau pun perlu militer ya harus. Namun dengan kerjasama Filipina," sambungnya.

Operasi Woyla adalah operasi pembebasan para penumpang dan kru Pesawat Garuda DC-9 di Thailand, Bangkok pada bulan Maret 1981. Operasi pembebasan ini berhasil dan hanya dalam tempo 10 menit, kelompok teroris berhasil dilumpuhkan.

Operasi kontra terorisme pertama Indonesia itu dipimpin oleh Asisten Operasi Kopassandha, Letkol Sintong Pandjaitan. Atas keberhasilan operasi itu, Indonesia mendapatkan banyak pujian dari dunia internasional. (tfq/fdn)

 Menlu RI Intensifkan Komunikasi

Pembebasan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf terus dilakukan Pemerintah RI. Untuk itu, komunikasi dengan Pemerintah Filipina terus dilakukan.

Demi mengintensifkan komunikasi, pada Jumat (1/4) pagi, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi bertolak menuju Manila, Filipina. Di Manila, Retno bertemu dengan Menlu Filipina, Jose Rene D Almendras.

"Menlu Retno dan Menlu Filipina di Manila (1/4) intensifkan komunikasi dan koordinasi terkait penyanderaan 10 WNI," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, Sabtu (2/4/2016).

Diberitakan sebelumnya, di tengah tawaran militer dan polisi Indonesia untuk membantu upaya penyelamatan 10 sandera oleh Abu Sayyaf, militer Filipina atau disebut the Armed Forces of the Philippines (AFP) menyatakan tidak memerlukan bantuan tersebut.

"Dalam konstitusi, kami tidak diizinkan kekuatan militer (negara lain) di sini tanpa perjanjian," ucap juru bicara AFP Kolonel Restituto Padilla, seperti dilansir inquirer.net, Kamis (31/3).

Sepuluh WNI ini adalah awak kapal tug boat Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12 yang berisi 7.000 ton batubara. Tugboat dilepaskan tetapi kapal Anand 12 dan 10 WNI disandera. (yds/imk)
 

  detik  

PPRC TNI Latihan Amankan Obyek Vital Kilang Minyak di Tarakan

Puspen TNI.

PASUKAN Pemukul Reaksi Cepat Tentara Nasional Indonesia (PPRC TNI) menggelar latihan siaga operasi pengamanan obyek vital nasional di Tarakan, Kalimantan Utara, yang telah diberangkatkan oleh Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pada hari Kamis (3/3) dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur dengan Komandan PPRC TNI Pangdivif-1/Kostrad Mayjen TNI Sudirman.

PPRC TNI menggelar latihan setiap tahunnya di seluruh wilayah NKRI, kali ini digelar di wilayah barat tepatnya di Tarakan, Kalimantan Utara, karena terdapat kilang minyak yang merupakan obyek vital nasional. Latihan tersebut sudah direncanakan jauh-jauh hari, dimaksudkan jika ada ancaman, TNI sudah siap, mulai dari pola pengamanan, hingga mengatasi gangguan dalam operasi gabungan Darat, Laut dan Udara. Dalam latihan itu, satuan TNI, baik Kostrad, Kopassus, TNI AL dan TNI AU, termasuk Gugus Tempur Armada Kawasan Timur (Guspuraltim) terintegrasi dalam satu latihan.
 

  infoanda  

Menteri Susi yakin China serahkan KM Kway Fey 10078

Menteri Susi

Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti yakin China bakal menyerahkan KM Kway Fey 10078. Dia menilai China sebagai negara besar yang menghormati penegakan hukum.

"China negara besar dengan good governance dan penegakan hukum yang baik," kata Susi saat Chief Editors Meeting, Jakarta, semalam.

Atas dasar itu, dia juga meyakini persoalan KM Kway Fey tak akan menganggu hubungan bilateral antara Indonesia dan China.

"Tak ada yang namanya pencurian ikan menjadi salah satu syarat dalam hubungan bilateral."

Sejauh ini, menurut Susi, pihaknya masih menunggu jawaban dari China. Untuk itu, Kementerian Luar Negeri aktif melayangkan surat resmi ke Negeri Tirai Bambu tersebut.

Susi kembali mengungkapkan, pada pertengahan Maret lalu, Kapal Pengawas (KP) Hiu 11 mendapati KM Kway Fey 10078 berlayar ilegal di perairan Indonesia.

Mereka berhasil menangkap delapan anak buah kapal. Sayang, KM Kway Fey gagal ditahan.

Sebab, saat dalam perjalanan pengawalan menuju Pulau Natuna, KP Hiu 11 dihalangi kapal Costguard China yang berhasil merebut kapal ikan tersebut.

"Kapal China itu berlayar di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Namun, China mengklaim KM Kway Fei berlayar di traditional fishing zone mereka. Dunia internasional tak mengenal itu," kata Susi.

"Yang dikenal hanyalah traditional fishing right. Itu juga baru berlaku kalau ada ratifikasi bersama. Nah, Indonesia dan China tak ada perjanjian ratifikasi."
 

  merdeka  

[Dunia] 4 Warga Malaysia Diculik Kelompok Abu Sayyaf

Di Perairan Dekat SabahIlustrasi (Reuters)

Sedikitnya empat warga Malaysia diculik kelompok Abu Sayyaf di perairan Malaysia. Kapal tugboat milik korban dicegat sejumlah pria bersenjata di dekat wilayah Semporna, Sabah, Malaysia.

Disampaikan sumber militer Filipina, seperti dilansir media lokal Inquirer.net, Sabtu (2/4/2016), bahwa delapan pria bersenjata yang menumpang perahu motor mencegat dan masuk ke atas tugboat yang ditumpangi para korban pada Jumat (1/4) malam waktu Malaysia.

Semporna merupakan wilayah yang terletak di pantai timur Sabah, wilayah Malaysia yang ada di Pulau Borneo. Menurut sumber militer ini, para pria bersenjata itu mengklaim sebagai anggota kelompok Abu Sayyaf.

Pria bersenjata itu memaksa korban untuk ikut bersama mereka. Ditambahkan sumber ini, para penculik membawa serta sebuah laptop, uang tunai dan sejumlah telepon genggam milik korban.

Para pelaku disebut berbicara dengan bahasa Inggris yang tidak lancar dicampur bahasa khas Filipina. Laporan awal menyebut, para pria bersenjata itu kabur membawa keempat korban ke sebuah pulau kecil di wilayah Sabah.

Mayor Filemon Tan dari Komando Militer Mindanao Barat telah mengkonfirmasi laporan penculikan warga Malaysia tersebut. Namun lebih lanjut, Tan menyatakan pihaknya masih mengumpulkan informasi detail soal penculikan ini.

Penculikan 4 warga Malaysia ini terjadi setelah penculikan 10 warga negara Indonesia (WNI) oleh kelompok Abu Sayyaf pada akhir Maret lalu. Kelompok Abu Sayyaf meminta tebusan 50 juta peso atau setara Rp 15 miliar dan mengultimatum pembayaran paling lambat pada 8 April mendatang.

Hingga kini, upaya penyelamatan 10 WNI itu masih berlangsung. Militer Filipina menolak tawaran bantuan militer Indonesia dalam operasi penyelamatan WNI, namun Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu menyatakan siap membantu jika Filipina membutuhkan. (nvc/bpn)
 

  detik  

Sertu Tedi

Penerjun yang Bawa Bendera Seberat 86 Kg di Udara[Tya Eka Yulianti]

Sertu Tedi M Romdhon dari Satuan Kopassus TNI AD terpilih menjadi penerjun yang mengibarkan bendera merah putih terbesar berukuran 22 meter X 33 meter di udara. Aksi tersebut pun sukses mengukir rekor baru di MURI hari ini, Jumat (1/3/2016).

Letkol Yudha, komandan latihan dari Persatuan Terjun Payung Angkatan Darat menuturkan, Tedi terpilih menjadi penerjun dalam aksi kali ini karena pengalamannya yang telah teruji.

"Sertu Tedi tahun lalu pernah ikut dalam rekor sebelumnya yaitu menjadi anggota penerjun dalam canopy relativity world (CRW) tingkat 18," ujar Yudha di Pusdiklatpassus Kopassus TNI AD Batujajar.

Dalam CRW tersebut, para penerjun membuat formasi tegak 18 tingkat di udara dan Sertu Tedi merupakan penerjun di tingkat atas yang menahan beban penerjun lainnya di bawah.

"Kami melihat Sertu Tedi ini sudah teruji dalam menahan beban. Selain itu Sertu Tedi juga telah mendapatkan pelatihan tandom master," katanya.

Sertu Tedy dan Serka Choliq

Pemilihan penerjun terbaik memang harus dilakukan karena tugas yang harus dilakukan untuk pemecahan rekor cukup sulit diantaranya membawa beban kontainer seberat 86 kg yang terdiri dari bendera dan bandulnya.

"Alhamdulillah pemecahan rekor bisa berlangsung baik dan minim kendala karena sebelumnya telah dihitung dan dilatih," tutur Tedi usai penerjunan.

Pria berusia 30 tahun ini mengaku bangga bisa terpilih dalam pemecahan rekor ini dan berharap bisa memecahkan rekor serupa untuk tingkat dunia.

Tedi mengaku hingga saat ini sudah ribuan kali melakukan penerjunan dan aksi pengibaran bendera terbesar hari ini adalah salah satu yang berkesan.

"Bangga bisa membawa diri sendiri, keluarga dan satuan. Saya siap untuk rekor dunia," katanya.

Yang tak kalah penting juga cadangan Serti Tedi yaitu Sersan Kepala Choliq yang telah menjalani latihan yang sama. Choliq merupakan penerjun cadangan jika terjadi sesuatu terjadi pada Tedi. (err/rvk)

   detik  

Jumat, 01 April 2016

[Foto] Aktivitas TNI

Saat Upaya Pembebasan Sandera Abu Sayyaf

Aktivitas TNI saat Upaya Pembebasan Sandera Abu Sayyaf

Pesawat Hercules TNI AU disiagakan di Bandara Juwata, Tarakan, Kalimantan Utara, 31 Maret 2016. TNI menyiagakan armada dan pasukan tempur di Tarakan, Kalimantan Utara, terkait peristiwa penyanderaan 10 WNI oleh kelompok Militan Abu Sayyaf. [ANTARA/Fadlansyah]
Aktivitas TNI saat Upaya Pembebasan Sandera Abu Sayyaf

Armada TNI AL KRI Teluk Lampung bersandar di Dermaga TNI AL Mamburungan, Tarakan, Kalimantan Utara, 31 Maret 2016. Sebanyak 10 WNI awak kapal tongkang Anand disandera militan di wilayah Filipina. [ANTARA/Fadlansyah]
https://3.bp.blogspot.com/-FMRnoc5H_Xs/Vv0wH_yggPI/AAAAAAAAIbY/wC0V2TrN_1w3U_SUcNCMK3ATgvhJw2vnQ/s1600/711.jpg

Pesawat TNI AD lepas landas di bandara Juwata, Tarakan, Kalimantan Utara, 30 Maret 2016. Kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 dibajak saat dalam perjalanan dari Sungai Puting Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan. [ANTARA/Fadlansyah]
Aktivitas TNI saat Upaya Pembebasan Sandera Abu Sayyaf

Komandan Guspurlatim, Laksamana Pertama TNI I N G Ariawan menjawab pertanyaan wartawan seputar persiapan TNI dalam pembebasan WNI di Tarakan, Kalimantan Utara, 29 Maret 2016. Unsur gabungan TNI baik darat, laut dan udara siaga satu di Tarakan menyusul penyanderaan 10 orang WNI. [ANTARA/Fadlansyah]
Aktivitas TNI saat Upaya Pembebasan Sandera Abu Sayyaf

Orang tua Suriansyah menunjukan foto anaknya yang disandera kelompok milisi bersenjata Abu Sayyaf di rumahnya Kendari, Sulawesi Tenggara, 30 Maret 2016. Suriansyah merupakan salah satu dari 10 kru kapal yang disandera milisi Abu Sayyaf. [ANTARA/Jojon]
Aktivitas TNI saat Upaya Pembebasan Sandera Abu Sayyaf

Keluarga korban menunjukan foto awak Kapal Brahma 12, Rinaldi, yang disandera kelompok milisi bersenjata Abu Sayyaf di Makassar, 31 Maret 2016. Keluarga korban berharap upaya pembebaskan Rinaldi dan sembilan rekannya yang disandera di Filipina dapat berhasil tanpa ada korban. [ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang]
   Tempo  

Indonesia Will Defend South China Sea Territory With F-16 Fighter Jets

Minister confirms country intends to buy up to 10 Sukhoi jetsF16 n Sukhoi TNI AU [ani yudhoyono]

Indonesia will deploy U.S.-made F-16 fighter jets to the Natuna islands to ward off “thieves”, the defense minister said less than two weeks after Chinese coast guard vessels clashed with an Indonesian boat in the area.

The move is part of a military buildup on islands overlooking the South China Sea that will see a refurbished runway and a new port constructed, Ryamizard Ryacudu said in an interview on Thursday with Bloomberg News. It also involves the deployment of marines, air force special force units, an army battalion, three frigates, a new radar system and drones, he said.

The planned stationing of five F-16s reflects a new level of Indonesian concern about territorial disputes in the South China Sea that are pitting Beijing against several of its Southeast Asian neighbors. Indonesia is not a claimant, but the clash with the Chinese coast guard last month over the detention of a Chinese fishing boat showed the potential for it to be drawn into conflict.

Natuna is a door, if the door is not guarded then thieves will come inside,” said Ryacudu, a former army chief of staff. “There has been all this fuss because until now it has not been guarded. This is about the respect of the country.

The minister also said he was considering introducing military conscription in Natuna and other remote areas of the 17,000-island archipelago, “so if something happens people won’t be afraid and know what to do.

China claims more than 80 percent of the South China Sea, bringing it into dispute with Philippines, Brunei, Malaysia, Vietnam and Taiwan. Beijing’s claims, which it has been pressing more assertively in recent years, are based on a so-called nine-dash line for which it won’t give precise coordinates. In passports issued in 2012, China’s line encroached on the exclusive economic zone that Indonesia derives from the Natuna islands.

The increased proximity of Chinese fishing boats and coast guard vessels to the ships of other countries has also caused unease in Malaysia. The country’s foreign affairs ministry summoned Chinese ambassador Huang Huikang to register concern over the alleged encroachment of Chinese-flagged boats in the South China Sea, it said late Thursday.

 ‘Meaningless’ Show 

Aaron Connelly, a research fellow at the Lowy Institute for International Policy in Sydney, questioned if stationing F-16s in the Natuna area would act as much of a deterrent or be of use combating illegal fishing.

It looks like a show of force, but it’s a meaningless one,” he said. “Indonesia has diplomatic cards to play but it doesn’t have military ones. It’s not going to scare away the Chinese military by putting a few F-16s on Natuna. These are items that can’t be reasonably used to survey maritime activities.

Ryacudu also said he hoped to finalize a deal to buy between 8 and 10 Russian Sukhoi Su-35 fighter jets in a trip to Russia in early April. The government had been considering purchasing Lockheed Martin Corp.’s F-16V, BAE Systems Plc’s Eurofighter Typhoon or Saab AB’s Gripen.

Asked if Indonesia intended to by any F-16Vs in addition to the Su-35 jets, Ryacudu said “no, we have enough already.” Still, he said Indonesia would continue looking to various countries for procurement.

We will buy from Europe and America, from Russia also,” he said. “We don’t prioritize. The important thing is if we need them, and the research backs it up, we will buy. We are replacing old planes, not adding new ones.

   bloomberg  

Jokowi Panggil Kepala BIN dan Menlu

Bahas 10 WNI yang Disandera Abu SayyafIlustrasi kelompok Abu Sayyaf (Ilustrasi oleh Basith Subastian)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin mendapatkan informasi terbaru terkait 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Siang ini, Presiden memanggil Kepala BIN Sutiyoso dan Menlu Retno Marsudi untuk meminta penjelasan.

Sutiyoso dan Retno tiba di komplek Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Kamis (31/3/2016) pukul 14.10 WIB. Sutiyoso menyebut, saat ini BIN sudah mengetahui keberadaan para WNI yang disandera itu.

"BIN itu memberikan informasi terus. Kita itu, saya terus mintakan secara ketat bekerja sama dengan intelijen di Filipina. Tadi malam saya sudah ketemu panglima TNI (Jenderal Gatot Nurmantyo), kita sudah tahu lokasinya," kata Sutiyoso.

Ssok yang akrab disapa Bang Yos ini belum memastikan apakah ke 10 WNI itu disandera di satu tempat atau secara terpisah. Namun dia memastikan kondisi ke 10 WNI dalam keadaan baik.

"Tentu beberapa opsi harus kita siapkan, tapi keselamatan sandera harus kita utamakan. Ya kalian monitor saja lah, terlalu banyak pemberitaan ya kita repot. Mereka masih aman, namun kita tidak tahu dipencar apa tidak," jelasnya.

Sutiyoso sudah tahu bahwa kelompok Abu Sayyaf mengancam akan membunuh WNI yang menjadi sandera bila sampai tanggal 8 April uang yang diminta sebesar 50 juta Peso atau sekitar Rp 15 miliar tidak diberikan. Menurut Kepala BIN, masih ada waktu 8 hari untuk menentukan langkah yang akan diambil.

"Kita masih punya waktu 8 hari. Ini kita terus negosiasi," tegasnya.

 10 WNI Disandera Secara Terpisah 
infografis detik

Kepala BIN Sutiyoso sudah mengetahui lokasi tempat penyanderaan 10 WNI oleh kelompok Abu Sayyaf. Sutiyoso memastikan ke 10 WNI disekap di beberapa tempat berbeda.

"Saat ini kita tahu persis lokasinya di mana. Tapi mereka tidak berada di satu tempat satu rumah gitu dipencar," kata Sutiyoso usai menemui Presiden di Istana Merdeka, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Kamis (31/3/2016).

Sutiyoso menerangkan, para WNI juga disekap besama 11 orang lain yang berasal dari beberapa negara. Pemerintah pun akan segera memutuskan langkah apa yang akan diambil untuk membebaskan para sandera.

"Di samping 10 warga negara Indonesia Sebenarnya ada 11 menurut informasi intelijen Filipina. 6 dari Filipina lalu 2 dari Kanada, 1 Belanda, 1 Italy dan 1 Norwegia," jelas sosok yang akrab disapa Bang Yos ini.

Pemerintah Indonesia pun kini masih menunggu respons pemerintah Filipina. Pemerintah meminta Filipina bisa memberikan jaminan keselamatan bagi 10 WNI. Apalagi, kelompok Abu Sayyaf sudah mengancam akan membunuh para sandera bila sampai tanggal 8 April uang tebusan 50 juta Peso atau setara RP 15 miliar belum diberikan.

"Pemerintah sedang merancang beberapa opsi, tetapi prinsip dasarnya adalah bagaimana keamanan sandera ini diutamakan. Karena ini adalah di negara orang lain, tentu harus ada proses proses kerja sama dan izin pemerintah Filipina karena harus kirim pasukan. Andaikata kita kirim pasukan," tegasnya. (Hbb/hri)

 Dijaga Ketat oleh Jim Dragon 
10 WNI Dijaga Ketat oleh Jim Dragon, Pemimpin Senior Kelompok Abu SayyafKapal Brahma 12 (Facebook Kapten Peter)

Penyanderaan 10 Warga Negara Indonesia (WNI) oleh kelompok Abu Sayyaf masih berlangsung. Para WNI itu dilaporkan disandera oleh dua pemimpin senior Abu Sayyaf, Alhabsy Misaya dan Uddon Hassim.

Disampaikan seorang sumber militer Filipina seperti dilansir zamboangatimes.ph, Kamis (31/3/2016), 10 WNI itu dibawa oleh sekitar 15 anggota kelompok Abu Sayyaf dengan speedboat ke kota pantai Kalingalan Caluang yang ada di Provinsi Sulu, sejak Minggu (27/3).

Sumber intelijen militer Filipina yang enggan menyebut identitasnya karena tidak berwenang berbicara dengan media, mengutip keterangan sejumlah warga Kalingalan Caluang yang mengaku melihat speedboat datang dari Languyan, Tawi Tawi.

Disebutkan oleh sumber militer itu, kelompok Abu Sayyaf yang menyandera para WNI itu dipimpin oleh dua pemimpin senior, yakni Alhabsy Misaya dan Uddon Hassim.

Setibanya di Kalingalan Caluang, menurut sumber yang mengutip keterangan warga setempat, kelompok Abu Sayyaf yang membawa para WNI bergerak ke desa Kambing dan menumpang sebuah mobil jeep menuju kediaman pemimpin senior Abu Sayyaf lainnya.

Pemimpin senior yang dimaksud ialah Junior Lahab alias Jim Dragon. Kediaman Jim Dragon disebut ada di wilayah desa Masjid Punjungan, yang masih masuk wilayah Kalingalan Caluang, Sulu.

Masih menurut sumber militer ini, 10 WNI yang disandera itu dikawal langsung oleh sejumlah anggota Abu Sayyaf bernama Sabirul Sahiyal, Taib dan Lukman, yang merupakan pengikut Misaya.

Terakhir, sumber ini menyebut angkatan bersenjata Filipina telah berada di Sulu dan bersiap menghadapi kelompok Abu Sayyaf. "Tengah mempersenjatai diri mereka untuk menghadapi krisis yang baru," sebutnya. (nvc/mad)

   detik  

[Video] Uji Coba Fin Komodo

Akan digunakan TNI ADFin Komodo produksi lokal PT Fin Komodo Teknologi [Fin Komodo]

TNI AD berencana akan mengunakan kendaran khusus Fin komodo produksi PT Fin Komodo Teknologi (FKT).

Kerja sama antara FKT dan TNI, nantinya akan menelurkan “Kendaraan Intai Tempur” yang punya kualitas menjelajah medan non-aspal. Produk belum diproduksi besar, karena sampai saat ini masih dalam tahap pengujian.

Memang untuk produk baru kami belum keluarkan lagi, namun saat ini kami sedang bekerja sama dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD. Hanya tinggal melalui tahap uji terakhir, dijatuhkan dari pesawat, baru setelah itu akan berlanjut ke proses selanjutnya,” ujar Dewa Yuniardi, Marketing FKT, Selasa (29/3/2016).

Saat ini masih banyak yang masih ragu untuk membeli Komodo, pastinya terkait kepercayaan akan kualitasnya. Namun, jika kerja sama dengan TNI berhasil, maka ini bisa jadi batu loncatan untuk bisa semakin dipercaya. Seperti diketahui, TNI punya standar cukup tinggi,” tutur Dewa saat ditemui di pameran komponen INAPA di JIExpo Kemayoran, Jakarta.

 Berikut video dari Youtube : 


   Garuda Militer  

Yonarmed 1/Rocket Beralih ke Divisi 2 Kostrad

Peluncur roket Astros II TNI AD (Antara)

Meningkatkan pengamanan dan pertahanan kedaulatan NKRI, TNI Angkatan Darat, siang ini, di wilayah Kodam V/Brawijaya, mengalihkan komando pengendalian Yonarmed 1/Roket yang sebelumnya berada di bawah Kodam V/Brawijaya ke Divisi Infanteri 2 Kostrad di Malang.

Sementara Yonarmed 8/105 yang berada di Jember, dialih komando di bawah Kodam V/Brawijaya dari Divisi 2 Kostrad. Pengalihan komando itu dipimpin langsung Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Mulyono, di Lapangan Rampal, Kota Malang.

Hadir dalam pengalihan komando itu seluruh jajaran perwira dan petinggi TNI AD se wilayah Kodam V/Brawijaya, serta forum pimpinan daerah Malang Raya.

Mulyono berharap, alih komando itu bisa membuat efisiensi dan fleksibilitas TNI Angkatan Darat saat bertugas membela negara. Modernisasi sistem persenjataan (Sista) juga dirasa perlu, karena itu Roket Astros II yang ada di Yonarmed 1/Rocket, bisa mudah dimobilisasi.

Ketersediaan pangkalan udara dan pelabuhan sebagai sarana transportasi, jadi sarat mutlak pengerahan satuan roket. Mereka akan diproyeksikan ke seluruh Indonesia,” kata Mulyono.

Astros II sendiri memiliki spesifikasi cangih dalam mendukung pertahanan dengan multi launcher dan multi kaliber yang dapat menjangkau sasaran hingga jarak 300 kilometer jauhnya.

Tidak hanya itu, Roket Astros dengan chasis 6 x 6 dan 4 x 4, mampu digunakan dalam berbagai medan tempur serta dapat diangkut oleh pesawat udara, sehingga memudahkan mobilitas Roket Astros II ke wilayah yang membutuhkan.

Roket Astros juga dilengkapi teknologi Trajectography Radar serta Fire Control Unit (AC-UCF), sehingga mampu mengoreksi titik jatuhnya amunisi pada jarak jauh.

   malang voice  

[Dunia] Filipina Pertimbangkan Beli Kapal Selam

https://4.bp.blogspot.com/-vK6IVSiqCSE/VvPfna9S3II/AAAAAAAAIaE/aDxM6VGzofQyxiHhx34IbkvsJa_9Wqlqw/s600/52666108.jpgIlustrasi kapal selam pesanan Indonesia, KRI 403 baru baru ini diluncurkan di Korea Selatan [def.pk]

Presiden Filipina Benigno Aquino menyampaikan, pada Rabu (30/3), bahwa untuk kali pertama negaranya berencana membeli armada kapal selam dengan tujuan membantu melindungi wilayahnya di Laut China Selatan yang disengketakan.

Menurut presiden, Filipina bisa kehilangan kendali di sepanjang pantai baratnya jika Tiongkok berhasil menegakkan klaimnya.

Kami harus mempercepat modernisasi angkatan bersejata kami demi kebutuhan untuk mempertahankan diri. Kami adalah titik persinggahan ke Pasifik dan kami sedang mempelajari apakah kami perlu atau tidak memerlukan kekuatan kapal selam,” katanya kepada wartawan.

Namun negara yang dinilai miskin ini, sebelumnya tidak pernah mengoperasikan kapal selam dan sampai sekarang mereka masih mengandalkan sebagian besar kapal pada Amerika Serikat (AS) – yang, yang telah meningkatkan belanja pertahanannya sebagai respons terhadap ekspansi militer Tiongkok di wilayah tersebut.

Tiongkok sendiri telah mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, kendati ada klaim menentang dari Filipina, Vietnam, Malayasia, Taiwan dan Brunei.

Bahkan menurut laporan Taipei dan Washington, Beijing telah mereklamasi lebih dari 1.174 hektar wilayah Laut China Selatan dalam waktu kurang dari dua tahun melalui operasi pembangunan pulau yang intensif. Negeri Tirai Bambu itu juga mengerahkan peluru kendali darat ke udara atau surface-to-air missiles (SAM) di pulau yang disengketakan di sana.

Kendati ada dominasi militer Tiongkok terhadap Filiina, Aquino tetap berupaya menaikkan anggaran pertahanan ke level tertinggi serta mengakuisisi kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat jet tempur.

Namun ada perbedaan jauh dalam belanja pertahanan antara Tiongkok dan Filipina. Tahun ini saja, anggaran pertahanan yang diusulkan Tiongkok mencapai sebesar 954 miliar yuan atau setara US$ 147 miliar dan jumlah itu sekitar 59 kali lebih tinggi dari anggaran yang diajukan Filipina.

Alhasil, Filipina telah beralih kepada sekutu lamanya, Amerika Serikat dan bekas musuhnya di jaman perang, Jepang, untuk meningkatkan perangkat keras militernya.

Negara tersebut juga meminta pelaksanaan sidang arbitrase dengan didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk menyatakan bahwa klaim Laut China Selatan oleh Tiongkok adalah ilegal. Putusan itu diperkirakan keluar tahun ini.

Namun Tiongkok memboikot sidang arbitrase di Den Haag.

Sedangkan menurut Benito Lim, profesor ilmu politik di Universitas Ateneo de Manila, pembelian kapal selam tidak akan menyelesaikan sengketa karena Filipina tidak dapat menyamakan kemampuan dengan militer Tiongkok.

Aquino harus realistis. Dia perlu kekuatan untuk melawan kekuatan,” ujar Lim kepada AFP.

Dia menambahkan Filipina harus membuka dialog dengan Tiongkok. “Kapal selam akan menjadi investasi yang sangat mahal, dan hal itu mungkin tidak mengatasi masalah dengan cara yag paling masuk akal,” tuturnya.


  ♚ Brita Satu  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...