Sabtu, 19 Oktober 2013

Satgas Kizi Harus Yakin Tugas Di Negara Lain

Para prajurit dituntut mampu melaksanakan tugas kemanusiaan yang telah ditetapkan, dihadapkan kepada situasi politik, keamanan dan kondisi sosial yang buruk.

Satgas Kizi Harus Yakin Tugas Di Negara LainJakarta PANGLIMA TNI, Jenderal TNI Moeldoko, mengatakan bahwa satuan tugas dan para prajurit harus memiliki kesiapan dan keyakinan yang mutlak dalam bertugas di negara yang tengah menghadapi permasalahan multi dimensi aspek kehidupan, yakni pascakonflik tahun 2004 dan pasca bencana alam tahun 2012.

"Anggota satgas akan mampu menjalankan tugasnya karena sudah dibekali materi penugasan, baik fisik, mental, teknik dan taktik maupun materiil," ujar Panglima TNI saat melepas pemberangkatan 167 Prajurit TNI dalam suatu upacara militer di Plaza Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (17/10/2013).

Mereka tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni TNI (Satgas Kizi) Kontingen Garuda XXXII-C/Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haiti (MINUSTAH).

Terdiri dari tiga orang Mabes TNI, 141 orang TNI Angkatan Darat, 18 orang TNI Angkatan Laut dan lima orang TNI Angkatan Udara akan bertugas selama setahun di Haiti itu di bawah pimpinan Mayor Czi Alfius Navirinda K selaku Komandan Satgas.

Panglima TNI menjelaskan, Dewan Keamanan PBB telah mengambil keputusan untuk mengurangi jumlah pasukan misi MINUSTAH dari 6.270 menjadi 5.021 personel militer dan mempertahankan komponen polisi sebanyak 2.601 personel.

Hal ini berkaitan dengan kondisi terkini Haiti yang sangat terkait dengan penugasan bahwa pada 10 Oktober 2013, melalui resolusi 2119 tahun 2013, DK PBB juga menetapkan untuk memperpanjang Misi PBB MINUSTAH hingga 15 Oktober 2014.

Panglima TNI juga menyatakan para prajurit akan mengembankan dua tantangan sekaligus. Pertama, sebagai duta bangsa, para prajurit harus mampu menjaga kredibilitas TNI, bangsa dan negara di tengah pergaulan lokal dan internasional dalam konteks misi perdamaian dunia.

Kedua, dalam konteks tugas di lapangan, para prajurit dituntut mampu melaksanakan tugas kemanusiaan yang telah ditetapkan, dihadapkan kepada situasi politik, keamanan dan kondisi sosial yang buruk.

"Seperti mewabahnya epidemi penyakit kolera, sebagai dampak panjang dari bencana alam tahun 2012," ucapnya.

  Pelitaonline  

Super Tucano Akan Disiagakan Di Papua

http://3.bp.blogspot.com/-Gt5FJjGuIKU/UfaV4h23O_I/AAAAAAAAPS8/ibQgwYO6rHQ/s1600/tucano.jpgJakarta  Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II (Pangkoopsau II) Marsekal Muda Agus Supriatna, memberikan perhatian khusus kepada Papua yang berada di perbatasan negara. Perhatian tersebut, dengan mendatangkan pesawat tempur taktis ke Papua untuk memperketat penjagaan terhadap pesawat asing yang masuk ke wilayah Papua.

"Kita bersyukur karena pemerintah telah mempercayakan kepada kami, khususnya TNI AU hinga akhirnya bisa membeli pesawat tempur taktis seperti Tucano dari Brazil, yang akan di standby-kan di wilayah Papua," ungkapnya kepada wartawan Kamis (18/10) kemarin.

Menurutnya, pesawat tempur yang akan diletakkan di Papua merupakan rencana strategis, mengingat Papua merupakan daerah perbatasan. Dengan adanya pesawat tempur taktis itu, Agus berharap akan bisa memantau keadaan dan situasi di Papua secara keseluruhan. "Itu sangat strategis kalau kita standby-kan di sini nantinya. Namun karena pesawatnya belum lengkap 16 unit, maka memang belum kita gerakkan, namun suatu saat nanti akan kita standby-kan di sini," sambungnya.

Disinggung mengenai pesawat asing yang beberapa kali "mampir" ke wilayah Papua tanpa ijin, Agus membenarkan adanya hal itu. Dan dalam rangka itulah pihaknya akan mendatangkan pesawat tempur taktis tersebut ke Papua. Namun menurut Agus, menyikapi adanya pesawat asing yang masuk ke wilayah RI, pihak TNI AU, khususnya Pangkalan Udara yang ada di Papua, selalu menindak tegas terhadap pesawat asing yang masuk ke wilayah Papua.

"Makanya kita simpan radar di Biak dan di Merauke juga. Radar itu nantinya untuk pengawasan itu, jadi setiap ada pesawat-pesawat yang unschedule (di luar jadwal izin "red) maka kita pasti amankan. Kalau mereka tidak ada ijin, maka kita tidak akan keluarkan pesawat tersebut hingga mereka mengurus perizinannya,"jelasnya.

Bukan hanya itu saja, Marsekal TNI Agus juga mengklaim beberapa kali telah menangkap pesawat yang datang dari Australia maupun PNG ketika berada di Merauke dan beberapa tempat yang ada di Papua. Jika ditemukan benda-benda yang tidak sesuai dengan izin, maka akan disita.

"Jadi kalau ada kamera, video, dan lain sebagainya akan kita ambil. Jangan-jangan mereka ingin mendokumentasikan sesuatu. Pokoknya harus ada izin dahulu. Kalau tidak ada ijin, kita akan rampas, dan mereka harus bertanggungjawab," tegasnya.

  JPNN  

TNI luncurkan perangko seri Kontingen Garuda

Jakarta  Mabes TNI meluncurkan perangko seri Kontingen Garuda dalam visi Pemeliharaan Perdamaian Dunia (PBB) sebagai simbol penghormatan dan kebanggaan terhadap Prajurit TNI yang bertugas di berbagai negara.

Peluncuran perangko seri Kontingen Garuda itu ditandatangani oleh Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko yang disaksikan oleh Direktur Jenderal Penyelenggara Pos dan Informasi (Dirjen PPI) Kemenkominfo Sukri Batubara, Direktur SDM dan Umum PT Pos Indonesia Entis Sutisna serta Kapuspen TNI Laksda TNI Iskandar Sitompul di lapangan parkir GOR Ahmad Yani, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat.

Menurut Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, dengan peluncuran perangko ini masyarakat akan mengetahui peran serta TNI dalam misi Pemeliharaan Perdamaian Dunia.

Moeldoko mengutip penyataan Proklamator Presiden Soekarno yakni jangan sekali-kali meninggalkan sejarah alias jas merah.

"Jangan sekali-kali meninggalkan jas merah, jangan lupakan jas merah, jangan lupakan sejarah. Kita bisa dikenal dulu karena ada perangko. Itu juga menjadi sejarah kita," kata Moeldoko.

Perangko seri Kontingen Garuda ini diluncurkan berkat kerjasama dengan PT Pos Indonesia dan Kemenkominfo. Peluncuran prangko ini merupakan yang kedua kalinya setelah peluncuran seri perjuangan Trikora tahun 2010.

Lebih lanjut, ia mengatakan, bahwa pada hari ini, TNI akan melakukan upaya restorasi kebangsaan dan nasionalisme melalui penggalakan kembali penggunaan benda pos yang bernama perangko, yang memiliki dua dimensi fungsi selain tanda pelunasan porto, juga merupakan wahana untuk menyampaikan pesan mengenai berbagai kepentingan masyarakat, pesan-pesan kebangsaan dan perluasan wawasan ke-Indonesia-an.


  Antara  

Kisah ironi operasi militer menumpas gerilyawan Kalimantan Utara

"Think as a soldier, talk as a soldier, walk as a soldier."

Jenderal (Purn) Abdullah Makhmud Hendropriyono meluncurkan buku berjudul Operasi Sandi Yudha, Menumpas Gerakan Klandestin. Buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas ini menceritakan pengalaman tempur Hendro sebagai perwira pertama Pusat Pasukan Khusus (kini Kopassus) TNI AD di Kalimantan Utara. Banyak hal menarik yang ditulis Hendro dalam buku ini.

Hendro melukiskan kondisi politik setelah Orde Lama runtuh dan digantikan Orde Baru. Banyak kebijakan yang langsung berubah 180 derajat. Termasuk soal konfrontasi dengan Malaysia. Di era Soekarno, Indonesia jor-joran mendukung perlawanan rakyat Serawak dan Kalimantan Utara memerangi Malaysia dan Inggris.

Pemerintah bahkan melatih komandan Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) Bong Kee Chok dan adiknya, Bong Hon. Mereka dilatih oleh Badan Pusat Intelijen, RPKAD, Marinir, Pasukan Gerak Tjepat Angkatan Udara dan Mobile Brigade Polri. Seluruh perhatian pemerintah Indonesia tahun 1964-1965 tercurah pada konfrontasi dengan Malaysia.

Pemerintah juga menyuplai senjata untuk Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU). Bahkan sejumlah pasukan elite Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dikirim sebagai sukarelawan dan bergabung dengan TNKU. Mereka bertempur dengan pasukan komando Inggris di belantara Kalimantan.

Tapi saat Presiden Soekarno lengser dan digantikan Presiden Soeharto, kebijakan berubah drastis. Orde Baru yang menuding konfrontasi dengan Malaysia disusupi komunis. Pemerintah Indonesia pun kemudian menghentikan dukungan pada PGRS dan TNKU. Mereka meminta gerilyawan PGRS meletakkan senjata dan menghentikan perlawanan.

"Dari 838 anggota TNKU hanya 99 orang yang taat meletakkan senjatanya dan menyerahkannya pada pos polisi atau pos tentara terdekat. Selebihnya 739 orang membangkang. Jumlah senjata yang tidak dikembalikan sekurang-kurangnya 538 pucuk, terdiri atas bren, stengun, senapan dan pistol. Selain itu ada juga granat-granat tangan buatan Pindad," kata Hendropriyono (hal 64).

Maka ABRI dan Polri dikirim kembali ke Kalimantan Utara, tapi kali ini untuk memerangi para muridnya sendiri yang dulu dilatih untuk berjuang melawan neokolonialisme. Gerilyawan PGRS dan Paraku yang berada di hutan-hutan belum mengetahui hal ini.

Setelah tahu mereka kini harus saling berhadapan, para anggota PGRS, TNKU, ABRI dan Polri itu banyak yang menangis tersedu-sedu dan saling berangkulan sebelum mereka menyatakan perpisahan. Tapi sebagai alat negara, tugas berat itu tetap harus dikerjakan ABRI dan Polri.

"Kenyataan bahwa politik kerap kali membuat alat negara melaksanakan tugas dengan beban mental yang sangat berat. Perubahan haluan politik ini sangat menyakitkan, sehingga rasa kemanusiaan mereka hanyut dalam arus kekecewaan yang sangat dalam," beber Hendro.

PGRS adalah murid para prajurit ABRI. Berjuang bersama melawan Inggris di Kalimantan Utara dan Serawak. Kini guru harus membunuh anak-anak murid sendiri. PGRS harus melawan gurunya sendiri yang sangat dihormati dan dicintai. Itu semua karena perubahan haluan politik Indonesia yang berdamai dengan Malaysia.

Maka walau pahit, guru dan murid saling berhadapan di rimba Kalimantan. Tak mudah memerangi PGRS yang sangat mengenal baik medan gerilya dan mendapat dukungan masyarakat. ABRI melatih mereka dengan baik sehingga pasukan PGRS paham intelijen, konsep gerilya, hingga menyerang dengan senyap dan terkoordinasi.

Tahun 1967 PGRS pimpinan Lim Fo Kui alias Lin Yen Hoa dan Bong Khe Chok mengadakan pertemuan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) di bawah pimpinan S.A Sofyan dam Tan Bu Hiap di Bukit Bara, sebelah Timur Sambas, Kalimantan Barat. Mereka membentuk suatu koalisi perjuangan yang dinamakan BaRA atau Barisan Rakyat. Salah satu poin kesepakatan, PGRS akan mendirikan negara komunis Serawak yang merdeka. Suatu pasukan baru bernama Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) didirikan.

Ketangguhan PGRS/Paraku terbukti saat mereka menyerang Pangkalan Singkawang II Angkatan Udara RI di Sangau Ledo. Operasi ini berjalan sangat baik. Mereka berhasil merampas 153 pucuk senjata AURI dari berbagai jenis. Serangan direncanakan dengan baik, terkoordinasi dan rapi. Mereka mempraktikkan apa yang diajarkan ABRI pada mereka.

"Ini merupakan suatu hal yang hanya lazim dapat dilakukan oleh pasukan komando regular yang terlatih sangat baik. Tidak seperti oleh pasukan gerilya yang tidak teratur," puji Hendro.

Pemerintah Indonesia pun terkejut atas keberhasilan tersebut. Sebagai balasan, Mabes ABRI menggelar Operasi Bersih II. Pasukan Kodam XII Tanjungpura kini diperkuat satuan Puspassus TNI AD.

Peperangan guru melawan murid pun berkobar. Pedih, tapi harus dilakukan.[ian]

  Merdeka  

Menimbang Lampung

Dinamika kawasan Asia Pasifik khususnya Laut Cina Selatan (LCS) setahun terakhir ini sangat mudah berganti warna. Pagi kelihatannya cerah, tiba-tiba tengah hari mendung dan suram, atau sebaliknya. PM Cina Li Keqiang dalam pertemuan ASEAN di Brunai tanggal 10 Oktober 2013 yang lalu,misalnya, meminta sengketa LCS diselesaikan secara damai dan bersahabat. Padahal pernyataan dan kenyataan di medan air LCS berbeda tajam. Pernyataan adalah diplomasi, belum tentu kalimat ucap sama dengan kalimat hati. Gerakan militer Cina yang berbaju kapal nelayan berteknologi selalu memantau situasi LCS setiap hari, termasuk gerakan kapal selamnya.

Dalam terminologi militer pesan “cuaca” yang mudah berganti itu harus disikapi dengan cara pandang kewaspadaan dan pantauan terus menerus. Termasuk juga tiga tahun lalu belum ada pemikiran menoleh serius ke pantai selatan Jawa dan pantai barat Sumatera. Tetapi sejak Darwin, pulau Natal dan Cocos ada optimasi bertahap pengumpulan satuan militer dan persenjataan negara adidaya, maka mau tak mau kita harus menoleh dan mengantisipasi untuk berkalkulasi pertahanan diri. Salah satunya adalah membangun pangkalan militer setara Surabaya dan penempatan 1 skuadron Sukhoi generasi terbaru di lingkaran itu.


Pangkalan utama angkatan laut di selat Sunda tepatnya di teluk Lampung bisa menjadi pilihan strategis karena berada di mulut ALKI I. Jangkauan operasi kapal perang yang berpangkalan di teluk Lampung bisa menjangkau seluruh pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatera dan LCS. Sementara untuk penempatan 1 skuadron Sukhoi salah satu pilihan bagus bisa ditempatkan di Lanud Radin Inten, Bandar Lampung. Sama seperti pangkalan AL di Lampung, kehadiran Sukhoi di Bandar lampung bisa memberikan kawalan terhadap seluruh ALKI I, pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatera, selat Malaka dan LCS. Lebih dari itu memberi kepastian reaksi cepat mengawal ibukota dari ancaman jet tempur asing.

Program MEF (Minimum Essential Force) kedua diprediksi akan ada penambahan minimal 2 skuadron jet tempur diluar penggantian jet tempur F5E. Boleh jadi penggantian F5E dari F16 upgrade batch 2 sebagaimana yang pernah ditawarkan Obama setelah 24 F16 batch 1 tiba. Sangat terbuka kemungkinan isian penambahan 2 skuadron itu dari Sukhoi Family. Alokasi strategis penempatan 1 skuadron Sukhoi di wilayah Barat menurut pandangan kita sangat tepat berada di jalur ALKI I Selat Sunda yaitu di Lanud Radin Inten. Sementara 1 skuadron yang lain bisa ditempatkan di timur Indonesia yaitu Biak. Jadi gambaran jelasnya ada 3 skuadron Sukhoi yaitu di Lampung, Makassar, Biak. Sebagai jet tempur kelas berat jelajah jangkau Sukhoi dari titik Lampung akan mampu mengcover seluruh ALKI I yang meliputi Selat Sunda, Selat Malaka sampai Natuna. Termasuk mengawal Jawa dan Sumatera. Yang paling penting dari semua pemikiran strategis itu adalah untuk mengawal ibukota.

Angkatan laut juga diharapkan tidak lagi menumpuk kapal perang di Surabaya. Sebagaimana dikatakan Jendral Kiki Syahnakri di acara Sugeng Sarjadi TVRI dalam rangka menyambut HUT TNI 5 Oktober lalu. Sudah saatnya pangkalan TNI AL tidak lagi dipusatkan di Surabaya. Maka salah satu pilihan tentu saja pangkalan TNI AL di Teluk Lampung yang dulu sempat bergema kuat di era Pak Harto ketika heboh pembelian 39 kapal perang eks Jerman Timur. Bukankah di Piabung sudah ada satuan tempur Marinir setingkat brigade. Benar pemikiran mantan KSAL Laksamana Slamet Subiyanto bahwa TNI AL jangan hanya memikirkan halaman dalam NKRI, tapi juga perlu kehadiran di halaman luar seperti pantai selatan Jawa dan pantai barat Sumatera. Kehadiran pangkalan utama TNI AL di kawasan selat Sunda merupakan basis perkuatan untuk mengawal ALKI I di mulut botolnya langsung.


MEF tahap 2 tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 adalah kunci geliat perkuatan seluruh matra TNI. Sebagai satuan pemukul NKRI dari ancaman asing, modernisasi persenjataan TNI di MEF 2 adalah keniscayaan yang harus dipertaruhkan dalam istiqomahisasi kebijakan meskipun struktur pemerintahan, konspirasi kabinet dan parlemen sudah berbeda figur. Sudah tentu menu utama dari adanya persebaran pangkalan AL dan skuadron jet tempur adalah pemenuhan dan penambahan jenis kapal perang berkualifikasi destroyer, fregat, kapal selam dan jet tempur berteknologi setara dengan ancaman yang datang dari selatan Jawa atau LCS. Khusus kapal selam selayaknya Indonesia harus memiliki minimal 12 kapal selam untuk mengawal jelajah perairan NKRI. Oleh sebab itu disamping 3 Changbogo yang sedang dalam proses pembangunan, opsi mengambil kapal selam dari Rusia sangat pantas dilakukan sebagai upaya percepatan kehadiran kapal selam yang merupakan alutsista strategis.

Menimbang Lampung adalah kalkulasi sederhana, masih dalam konteks mengawal Jawa sebagai jantung Indonesia dan sekaligus membuka kawalan baru sebagai akibat munculnya perkuatan militer di selatan Jawa dan barat Sumatera. Hitung cepatnya, memperpendek jarak jelajah KRI dan memastikan ruang udara Sumatera Jawa ada dalam genggaman Sukhoi. Meski katanya Cocos dan Darwin untuk menghadapi militer China tetapi tetap saja akan melewati teritori NKRI, tetap saja akan mengacak-acak ruang udara NKRI. Kehadiran Skuadron Sukhoi dan pangkalan besar KRI di Lampung setidaknya akan memberikan langkah hati-hati bagi pihak manapun untuk tidak sembarangan melanggar kedaulatan teritori Indonesia.[Jagvane]

  Analisis Alutsista  

Panser Amphibi Pindad dan Iveco Superav

Iveco Superav 8x8. Kendaraan Tempur Amphibi buatan Italia

Ada keterangan menarik yang disampaikan Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo, terkait pengembangan Panser Anoa Amphibi, saat pameran Alutsista TNI di Monas Jakarta, awal Oktober 2013. Wahyu utomo mengatakan panser yang akan mereka buat tahun 2015, mampu mengarungi: sungai, laut dan udara. Panser tersebut akan melibatkan kerjasama dengan Italia dan Korea Selatan: “Tahun 2015, panser anoa akan bisa beroperasi di laut dengan teknologi hydrojet. Untuk mendapatkan kemampuan itu, PT Pindad bekerjasama dengan Italia dan Korea Selatan”, ujar Wahyu Utomo.

Jika bekerjasama dengan Italia untuk membuat panser amphibi, kira-kira bentuk Panser Pindad nanti seperti apa ?. Salah satu APC produk Italia yang sedang naik daun adalah Superav 8×8 buatan Iveco Defence Vehicles.

Superav 8×8 dibuat Iveco Defence Vehicles untuk menggantikan 600 unit kendaraan tempur amphibi M113 dari Pasukan Pendarat Angkatan Darat Italia, pada tahun 2010.

Ujicoba Bae-Iveco Superav 8×8 di air, Mei 2013 (photo: BAE)
Ujicoba Bae-Iveco Superav 8×8 di air, Mei 2013 (photo: BAE)
Ujicoba Bae-Iveco Superav 8×8 di air untuk MPC US Marine (photo: BAE)

Superav 8×8 ini menarik perhatian negara lain karena dianggap memiliki mobilitas tinggi dan proteksi superior bagi operasi pasukan militer di medan pertempuran. Kemampuan amphibi Superav 8×8 didukung sistem propulsi waterjet, mampu bergerak 5 km/jam di air di laut hingga level sea II atau dengan ketinggian ombak maksimum 1/2 meter. Superav bisa dilepas, jauh dari garis pantai oleh kapal pengangkut dalam melakukan penyerbuan.

Dengan kecepatan maksimum 105km/jam, kendaraan ini dapat beroperasi sejauh 800 km di daratan atau 64 km di air serta bisa diangkut pesawat transport C-130 Hercules.

Pada Agustus 2011, Iveco Defence Vehicles dan BAE Systems bergabung untuk menawarkan kendaraan platform amphibi bagi US Marine Personnel Carrier (MPC). Dalam kesepakatan itu, Iveco dan BAE Systems mengembangkan kendaraan baru berbasis Iveco Superav 8×8. Kendaraan BAE – IVECO SuperAV 8×8 Marine Personnel Carrier (MPC) itu kini sedang menjalani uji coba di air.

Varian Superav

Fleksibilitas dari disain Superav membuat kendaraan tempur ini dapat dirakit menjadi berbagai varian dari platform yang sama. Hal serupa sebenarnya terjadi juga dengan Patria AMV 8X8 Finlandia, sehingga banyak pihak asing tertarik membeli jenis kendaraan tempur tersebut.

Superav dapat digunakan sebagai: Kendaraan tempur pengangkut pasukan, Kendaraan Anti-Tank, Mortar carrier, Kendaraan Pos Komando, Engineer/ recovery vehicle, serta Ambulans. Dengan mengusung sistem monocoque Superav memiliki dua varian lebar body, yakni 2.7 m serta 3 meter. APC ini mampu menampung 13 pasukan, termasuk supir dan 12 anggota pasukan. Untuk keluar masuk pasukan, tersedia pintu di bagian atas serta bagian belakang APC.

Dengan bobot tempur 24 ton, Superav 8×8 memiliki konfigurasi panjang 7,92 meter, lebar maksimum 3 meter serta tinggi 2,3 meter, dilengkapi peralatan standar: air conditioning system, NBC (nuklir, biologi, kimia) system, pendeteksi api dan kebakaran, suppression system serta central tyre inflation system.

Iveco Superav 8×8

Superav mengusung persenjataan hingga kaliber 40 mm, serta sistem turret/canon, dilengkapi 8 peluncur granat asap. Chasis dan hull-nya dilengkapi sistem proteksi pasif dan aktif untuk menyediakan perlindungan level tinggi terhadap serangan senjata mesin, artileri, ranjau atau pun perangkat peledak buatan IED attacks. Kendaraan ini bisa dipasang lapisan pengaman tambahan (add-on armour kits) untuk meningkatkan proteksi. Kemampuan survival ditingkatkan dengan adanya sistem pemadam api dan anti-ledakan.

Kendaraan ini digerakkan double turbocharged multifuel diesel engine yang menghasilkan tenaga 500-560 hp, dengan gearbox 7 transmisi untuk maju dan 1 untuk mundur. Mesin dan sistem kemudi APC Superav 8×8 turunan dari kendaraan tempur Italia Centauro yang sudah combat proven.

Iveco Guarani 6×6

Iveco Defence Vehicles memiliki varian Kendaraan tempur roda 6×6. Pada tahun 2009, Iveco menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Brasil, untuk memproduksi VBTP-MR (Viatura blindada de transporte de pessoal-médio de rodas) Guarani 6×6 bagi kebutuhan Angkatan Darat Brasil.

VBTP-MR Guarani 6×6 Brasil

Kontrak pertama senilai 119 juta USD ditujukan untuk pengadaan 86 APC Iveco Guarani 6×6. Kontrak ini bagian dari rencana Brasil yang memesan 2044 unit Iveco dalam 20 tahun ke depan dengan nilai kontrak 2,5 miliar Euro. Angkatan darat Brasil membutuhkan sekitar 2000 Iveco Guarani sebagai bagian restrukturisasi Pasukan Mekanis Brasil.

Ujicoba VBTP-MR Guarani 6×6 (photos: CAEx / CECOMSEX)

Pabrik Iveco yang berada di Sete Lagoas Brasil telah mengirimkan 38 APC Gurani 6×6 untuk Infanteri dan Kavaleri Brazil. Sisa 48 APC Guarani untuk batch pertama akan dikirim bulan Juli 2014. “APC ini diinstal turret yang berbeda , senjata, sensor dan sistem komunikasi ke dalam hull yang sama”, ujar Menteri Pertahanan Brasil, Celso Amorim.

Guarani 6×6 merupakan hasil kerjasama Iveco dengan Angkatan Darat Brasil, untuk membuat kendaraan roda 6×6 amphibi, menggantikan kendaraan tempur Angkatan Darat Brasil (armoured fighting vehicles) EE-11 Urutu dan Cascavel pada tahun 2015. Apakah Panser Amphibi PT Pindad yang dibangun tahun 2015, merujuk pada Superav 8×8 , Guarani 6×6 atau disain PT Pindad ?. Kita tunggu informasinya.

  ● JKGR  

Jumat, 18 Oktober 2013

TNI AU Siap Datangkan 102 Pesawat

http://4.bp.blogspot.com/-L-1Nt3lq1c0/UBIVt78QGeI/AAAAAAAAces/7LUmSgXUarQ/s1600/20120726raaf8207218_0046.jpg Jakarta • TNI Angkatan Udara siap mendatangkan 102 pesawat tempur baru. Langkah itu sudah sesuai dengan pesan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono guna tercapainya minimum essential force.

"Itu sudah ada di rencana strategi di 2014, 2019 sampai 2024. Seperti yang diketahui kita akan menambah kekuatan dengan berbasis minimum essential force, ada penambahan kurang lebih sekitar 102 pesawat dengan berbagai macam," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma TNI Hadi Tjahjanto di Jakarta Timur, Jumat (18/10/2013).

Hadi menuturkan beberapa jenis yang ditambah, salah satunya Sukhoi. Ada pula F16, Hercules, dan Super Tucano.

"F-16 jumlahnya 24, Super Tucano 16, dan akan ada penambahan Hercules dari Australia jumlahnya 2," jelas Hadi di sela pisah-sambut Kadispenau ini.

Selain pesawat, untuk melindungi dari serangan udara, TNI AU akan membeli rudal dari negeri China. Pembelian rudal tersebut pun sudah tercantum dalam Rensra 2014-2019 dan 2019-2024.

"Untuk rudal sudah ada dalam rencana strategis, tentunya itu akan kita realisasikan yang jelas penambahan alutsista itu sudah ada di rensra," paparnya. Untuk TNI AU, lanjut Hadi, rudal yang dibeli adalah rudal dari darat ke udara.

  Liputan 6  

Industri Pertahanan RI Kolaps Sejak 1998 Hingga 2009

Jakarta - Industri pertahanan atau alat utama sistem persenjataan (Alutsista) di dalam negeri kini mulai berkembang pesat. Padahal, bertahun-tahun industri ini sempat mati pasca krisis 1998.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro di acara Rakernas Kamar Dagang dan Industri Perikanan dan Kelautan BUMN dan Industri Pertahanan, di Sheraton Hotel Bandara Soetta, Tangerang, Banten, Jumat (18/10/2013).

"Industri kita itu kolaps tahun 1998 karena krisis, sampai kira-kira tahun 2009 kita melakukan restrukturisasi. Kolaps seiring dengan krisis," kata Purnomo.

Banyak langkah untuk kembali membangkitkan industri yang dahulu disebut industri strategis ini. Purnomo berkisah, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan termasuk para pelaku usaha untuk membentuk sebuah forum yang dinamakan KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan).

"Kita ajak, kita buat apa yang dinamakan KKIP. Yang kita lakukan pertama di sektor kita itu on government balancing, artinya sektor bisa berkembang kalau didukung pemerintah," katanya.

Seiring waktu berjalan, Purnomo mengatakan, industri ini kembali hidup. Bahkan industri pertahanan Indonesia mampu merambah pasar ekspor seperti ke Filipina, Timor Leste, dan negara-negara lainnya.

"Kita bangun industri pertahanan itu. Pertama kita beri order, yang tadinya impor kebanyakan, jadi subtitusi. Setelah itu kita coba mengekspor, tekstil, pakaian seragam, makanan untuk prajurit, semua kita bisa lakukan ekspor, kita juga ekspor ke Timor Leste, Filipina," jelasnya.

Ia juga mengatakan, pemerintah pun menyelamatkan beberapa BUMN yang bergerak di bidang industri pertahanan melalui Penyertaan Modal Negara (PMN). "Setelah itu kita bikin PMN. Kita berikan, kita selamatkan yang bermasalah terutama yang BUMN. PT DI, Pindad dan PAL," katanya.(zul/hen)

  detik  

Latihan ‘Air to Ground’ di AWR Pandan Wangi

Tucano Membawa Bom-n

LUMAJANG – Sejak kedatangannya satu tahun yang lalu, pesawat Tempur Super Tucano telah melakukan uji coba dalam latihan air to ground yang pertama pada bulan Februari 2013 lalu, dan hari ini Jum’at (18/10) Pesawat Super Tucano kembali melakukan latihan penembakan Air To Ground di AWR Pandan Wangi Lumajang, Jawa Timur.

Penembakan hari ini melibatkan 2 pesawat Super Tucano dan secara bergantian pesawat buatan Brasil yang masing-masing membawa 3 bom menggunakan Bom Latih Asap (BLA) seberat 250 kg, menembakan bom dari ketinggian 4000 kaki dalam 3 sortie penerbangan.

Pesawat Super Tucano membawa bom – dok Pentak

Menurut Kepala Pentak, Sutrisno, S.Pd, M.Si., latihan ini dimaksudkan sebagai ajang uji kemampuan dan mengasah ketrampilan para penerbang-penerbang pesawat tempur Super Tucano dalam melakukan operasi-operasi udara yang dibutuhkan utamanya kemampuan dalam ketepatan menembak atau menghancurkan sasaran sekaligus untuk meningkatkan kemampuan tempur yang handal dan profesional.

Dengan pelaksanaan latihan ini diharapkan akan semakin meningkatkan profesionalisme dalam menembak dari udara ke darat yaitu dapat menembak sasaran dengan tepat, sehingga jika dibutuhkan setiap saat para Penerbang Super Tucano telah siap bertugas.

Dua Pesawat Super Tucano dari Brasil latihan penembakan Air To Ground – dok. Pentak

Oleh karenanya, kata Sutrisno, latihan ini akan berjalan selama satu minggu ke depan, dengan take off dan landing langsung dari landasan pacu Lanud Abd Saleh, agar kemampuan yang diharapkan dapat terwujud sebagaiman yang direncanakan.(penla/dms)

  Poskota  

Dana Alutsista MEF Akan Maksimal

https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRjzW5cohBnOt58FRrJEZwqBvJg7SN_MLMVoORZdQ3kvF4SbbwPwg DPR berkomitmen mendukung pencairan dana on top (dana yang tak diambil dari APBN, tapi langsung dianggarkan Bappenas) untuk penguatan alat utama sistem senjata (alutsista). Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengajukan dana on top pada 2013 sebesar 18,3 triliun rupiah.

"Asalkan untuk kepentingan alutsista, kami prinsipnya no problem. Apalagi itu sudah diprogram hingga 2014 mendatang," kata Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin, di Jakarta, Senin (8/10). Permintaan pengajuan dana itu masih dibahas di Badan Anggaran DPR. "Kami di Komisi I tinggal memastikan, kalau ada penyesuaian dana on top dari Banggar, penyesuaiannya berapa?" kata Tubagus.

Total dana on top alutsista yang dianggarkan pemerintah dari 2010 hingga 2014 sebesar 57 triliun rupiah. Dana itu sebagai tambahan untuk memenuhi kekuatan pokok minimal (minimum essential forces) untuk periode lima tahun itu sebesar 156 triliun rupiah. Dana itu terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 sebesar 99 triliun rupiah dan dana on top sebesar 57 triliun rupiah.

Kemhan menargetkan bisa mengadakan 45 jenis alutsista dari anggaran tersebut untuk Mabes TNI, TNI AD, TNI AU, dan TNI AL. Jumlah itu setara dengan 30 persen kekuatan MEF. Adapun MEF sendiri ditarget tercapai pada 2024 mendatang. Sebanyak 14 jenis alutsista di antaranya diperuntukkan bagi TNI AU, yang terdiri dari lima jenis pesawat tempur, tiga jenis pesawat angkut, dua jenis helikopter, dua jenis pesawat latih, serta beberapa jenis pesawat tanpa awak dan alutsista udara lain di luar radar.

Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, justru sedikit pesimistis semua dana on top bisa cair pada 2014. "Kementerian Pertahanan seharusnya mengajukan dana on top pada 2013 lebih besar lagi karena dana tersisa masih besar. Minimal diajukan 22 triliun rupiah agar bisa terserap maksimal," kata Mahfudz.

Menanggapi hal itu, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, optimistis dana on top bisa maksimal dipergunakan hingga 2014 mendatang. "Hingga 2013 sudah cair 29 triliun rupiah. Sisanya saya optimistis bisa dicairkan pada 2014 mendatang," kata Purnomo.

Adapun rincian dana on top yang sudah cair, antara lain hingga 2012 ini keluar sebesar 17 triliun rupiah, lalu pada 2013 diajukan sebanyak dua kali masing-masing sebesar 6 trilun rupiah. Sisanya sebesar 28 triliun rupiah akan dicairkan pada 2014. "Kita upayakan untuk bisa cair semua," ujar Purnomo.

Dengan demikian, target men capai 30 persen kekuatan MEF pada 2014 bisa tercapai. Menhan bahkan optimistis bisa melampaui target MEF hingga 40 persen di masa akhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Ini karena kita banyak ditawarkan alutsista hibah dari negara lain," kata dia. Hibah 24 pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat dinilai sangat signifikan menggenjot target pemenuhan MEF.


  Koran Jakarta 

Kapal Frigate AL India Akan Ke Surabaya

Kapal perang jenis Frigate INS SAHYADRI-F.49 dari jajaran Angkatan Laut India dalam waktu dekat ini, tanggal 24 hingga 27 Oktober akan tiba di Pelabuhan Umum Tanjung Perak Surabaya. Rencana kedatangan kapal perang tersebut, disampaikan oleh Tim Aju AL India Kolonel Karfik Murfhy yang hari ini, Rabu (16/10) berkunjung ke Koarmatim.

Kedatangan Tim Aju yang didampingi satu orang perwira stafnya tersebut, diterima Komandan Guskamlatim Laksamana Pertama TNI Wuspo Lukito, SE dengan didampingi beberapa Asisten Pangarmatim, yang diterima di Gedung Candrasa Koarmatim Ujung Surabaya.

Kapal perang jenis Frigate INS SAHYADRI-F.49 yang dikomandani Capten Sanjay Vatsayan ini, saat tiba di Surabaya nanti komandan beserta ABK nya akan melakukan kunjungan ke beberapa Kotama TNI AL yang ada di Surabaya, yaitu ke Koarmatim, Kobangdikal, Akademi Angkatan Laut (AAL) dan Lantamal V Surabaya.Kunjungan tim aju ini, diakhiri dengan saling menukar cindera mata.

  Koarmatim 

Pesawat Intai Bagian dari Operasi Intelijen

Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan

Ilustrasi UAV Searcher-II
Akhir-akhir ini media banyak membahas soal pengadaan pesawat intai untuk TNI yang berita awalnya dirilis oleh Ketua Komisi I DPR Mahfud Sidik. Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat itu, mengatakan, bahwa pada pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) yang akan berlangsung hingga 2014 salah satu yang akan dibeli adalah pesawat intai tanpa awak. "Secara kebutuhan itu memang kebutuhan TNI cuma waktu itu pernah dibahas terkait dengan sumber pengadaannya," kata Mahfud di Gedung DPR, Rabu 1 Februari 2012.

Komisi I menolak rencana pengadaan pesawat dari Israel. "Seingat saya ada dua pesawat yang dibutuhkan. Pesawat itu kan dibutuhkan untuk patroli di daerah perbatasan," kata Mahfud. Namun, katanya TNI akan membeli dari Filipina. "Infonya dari Filipina, tapi yang perlu didalami apakah itu produk Filipina atau buatan Israel," kata dia.

Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro belum mendengar rencana pembelian pesawat intai dari Israel. "Saya belum ada informasi soal itu. Itu apa sih? dari mana info itu?" ucap Purnomo, saat ditemui di kompleks Istana, Jakarta, Kamis (2/2/2012). Bersamaan dengan Purnomo, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menampik kabar rencana pembelian pesawat intai dari Israel. “Enggak, enggak ada itu,” bantahnya. Panglima TNI, mengakui bahwa pesawat intai tanpa awak memang dibutuhkan. Alasannya, Indonesia masih belum memilikinya. “Kalau pesawat intai tanpa awak ya kita butuh, kan kita belum punya,” jelasnya.

Nampaknya berita yang dilansir Ketua Komisi I menjadikan kedua petinggi tadi menjadi kurang nyaman, karena disebutnya nama Israel. Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi memang sejarah pernah menyebutkan bahwa Indonesia pernah mendapatnya dari Israel melalui saluran intelijen.

 Sebenarnya apa yang disebut pesawat intai ? 

Indonesia, TNI dan khususnya TNI AU memiliki pesawat intai maritim Boeing 737 dan CN-235, yang di operasikan untuk melakukan pengintaian / pemantauan udara terkait dengan maritim. Dalam prakteknya informasi dari jajaran TNI AU disalurkan ke Gugus Tempur TNI AL.

Selain pesawat intai maritim, TNI AU memang merencanakan pembentukan satu skadron pesawat intai tanpa awak terdiri dari enam pesawat, yang dikenal di dunia internasional sebagai UAV (Unmanned Aerial Vehicle). Negara-negara maju kini lebih memodernisir UAV menjadi mesin pembunuh udara yang paling efektif, efisien dan aman. Penulis menuliskan dalam artikel "UAV mesin pembunuh paling mematikan" http://ramalanintelijen.net/p=4224.

Keberadaan UAV yang pada umumnya dioperasikan oleh Angkatan Udara selalu terkait dengan jaringan intelijen. AS dalam mengoperasikan beberapa macam jenis UAV, dalam praktek pertempuran memberikan wewenang kepada CIA untuk mengendalikannya. Operasi intelijen (Pulbaket, pengumpulan bahan keterangan) yang dilakukan AS di Afghanistan, Pakistan, Yaman, Iran dan bahkan di Korea Utara dilakukan dengan beberapa type UAV/drones seperti Predator, Sentinel dan Shadow. Kelebihan pesawat intai tanpa awak ini selain mampu terbang berjam-jam, dapat menyadap saluran telpon, dan bahkan dengan teknologi terbarunya Sentinel dapat memonitor dan menterjemahkan gerakan manusia dibawahnya.

UAV dapat dioperasikan dari jarak beberapa puluh km dan bahkan dari jarak ribuan kilometer. Type terakhirnya yang paling modern adalah RQ-170 Sentinel yang termasuk berkemampuan anti radar (teknologi stealth). Selain dilengkapi dengan kamera video, pesawat hampir dipastikan membawa peralatan komunikasi untuk menyadap, serta dilengkapi dengan sensor yang dapat mendeteksi sejumlah kecil isotop radioaktif dan bahan kimia lainnya yang dapat memberikan petunjuk adanya kegiatan penelitian nuklir.

 Untuk apa sebetulnya pesawat intai tanpa awak itu ? 

http://3.bp.blogspot.com/-WLCHTDeyMvI/UYRyE5v2taI/AAAAAAAAcKg/j6ZdWDUjGQg/s320/puna-wulung-mampu-terbang-200-km.jpg
PUNA BPPT
Pesawat intai tanpa awak kini merupakan alutsista (alat utama sistim senjata) terpopular dari negara-negara maju, dimana negara yang menerapkan sistem demokrasi, maka nilai nyawa manusia di negara mereka sangatlah tinggi. Apabila pesawat tersebut ditembak jatuh, tidak menyebabkan korban jiwa. Pola dan metoda serta strategi perang negara maju telah bergeser dari pengerahan kekuatan baik perangkat perang dan manusia digantikan dengan teknologi perang.

Perang sipil di Libya misalnya, AS dan NATO tidak menggelar pasukan dalam jumlah besar untuk terlibat dalam perang campuh. Tetapi mereka memainkan kekuatan udara (air power) untuk menghancurkan dan mendikte militer loyalis Kolonel Khadafi.

Yang bertempur langsung di darat adalah para pejuang pemberontak bersenjata. Kemenangan demi kemenangan diraih pemberontak, karena alutsista militer Khadafi terus dihancurkan.

Perang pada masa mendatang bagi Amerika kini lebih terinspirasi perang melawan teroris Al-Qaeda yang melakukan aksi teror. Karena itu AS dengan tegas mengklasifikasikan ancaman terhadap negaranya sesuai dengan intensitas ancaman. Bila ancaman besar dan kuat, maka mereka akan mengerahkan kekuatan dalam jumlah besar, bisa ancaman kecil, maka yang akan dijadikan sasaran hanyalah tokoh-tokoh utamanya saja. Penyerangan dilakukan dengan dukungan penuh pesawat intai tanpa awak yang canggih itu. Prinsip preemtive strike atau menyerang lawan jauh digaris belakang pertahanannya tetap menjadi pegangan negara-negara besar tersebut.

 Bagaimana Indonesia ? 

Ancaman terhadap Indonesia masa kini dan masa mendatang diperkirakan masih berkisar dengan konflik perbatasan. Perkiraan strategis yang berupa ancaman langsung terhadap kedaulatan negara belum nampak. Yang menonjol, terjadinya gangguan dari kelompok bersenjata dalam skala kecil dengan pola teror. Kemungkinan beberapa tahun mendatang, Indonesia akan terkena imbas dari konflik dua kekuatan besar dunia AS dengan China yang kemungkinan bisa terjadi di kawasan Laut China Selatan dan kawasan Pasifik.

Oleh karena itu, untuk menghadapi kondisi baik keamanan maupun pertahanan di dalam negeri memang TNI membutuhkan pesawat intai tanpa awak tersebut. Baik type maupun kemampuan pesawat sangat tergantung dengan anggaran yang tersedia. Operasi pesawat intai tanpa awak akan memberikan data-data intelijen udara (air intelligence) yang sangat penting untuk kepentingan pertahanan dan keamanan. Dengan memiliki pesawat intai tersebut, memonitor teroris yang bersembunyi didalam hutanpun bukan pekerjaan yang sulit. Yang terpenting kini, dibutuhkan kesamaan pendapat bahwa kebutuhan tersebut memang sangat mendesak.

Mengenai sumber pesawat, dengan penolakan jenis pesawat buatan Israel, ya tidak usah dibeli, masih banyak negara lain yang memproduksinya dan teknologinya juga tidak kalah. Kenapa mesti ribut, kata Gus Dur (Alm) "Begitu saja kok repot." Semoga bermanfaat.

  ● Ramalan Intelijen  

Gaji prajurit Malaysia 20 kali lipat TNI

Operasi Sandi Yudha (Merdeka.com/buku Operasi Sandi Yudha
Setelah Presiden Soekarno lengser, tak ada lagi operasi Dwikora mengganyang Malaysia. Pemerintahan Presiden Soeharto menjalin persahabatan dengan Malaysia dan menumpas gerombolan Pasukan Gerilya Rakyat Serawah (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku).

Padahal di masa Soekarno, PGRS didukung penuh oleh pemerintah dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Gerilyawan PGRS dilatih ABRI dan mereka sama-sama bertempur melawan Malaysia dan Inggris.

Dalam operasi gabungan Indonesia dan Malaysia menumpas PGRS/Paraku, banyak kejadian menarik. Salah satunya saat tentara Indonesia terkagum-kagum melihat fasilitas Tentara Diraja Malaysia.

Hal itu ditulis Hendropriyono dalam buku berjudul Operasi Sandi Yudha, Menumpas Gerakan Klandestin. yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas.

Ceritanya saat itu Letnan Dua AM Hendropriyono bergabung dengan Detasemen Tempur 13 Pasukan Khusus Angkatan Darat. Mereka bersama pasukan Malaysia melakukan pengejaran pada gerilyawan.

Namanya pasukan elite, pergerakan pasukan baret merah ini pun berbeda dengan pasukan reguler. Karena itu mereka sering tak sempat memasak. Bahkan prajurit lebih sering makan beras mentah. Jika sempat memasak, lauknya pun hanya ikan asin.

Sementara itu makanan tentara Malaysia saat itu sudah wah. Kornet daging sapi, ikan sardin dan makanan kaleng lain.

Saat istirahat, pasukan khusus Indonesia hanya membuat bivak dari jas hujan. Untuk alasnya hanya plastik dan berbantalkan ransel.

"Kami merasa heran melihat Askar Melayu Diraja Malaysia yang setiap beristirahat memasang tenda loreng yang indah, dilengkapi dengan kantin dan tenda kesehatan. Mereka juga berbaring di atas tempat tidur lapangan (field beld)," kata Hendro.

Di kesempatan lain, Hendro berbincang soal gaji dengan tentara Malaysia. Untuk pangkat Letnan Dua, gaji tentara Malaysia sekitar 650 ringgit. Di tahun 1972 itu setara dengan Rp 62.400. Sementara letnan dua TNI cuma Rp 3.120.

"Artinya gaji prajurit Malaysia 20 kali lipat gaji prajurit TNI dalam pangkat yang sama," kenang Hendro.

Lalu apa TNI jadi minder?

"Tidak sama sekali! Prajurit TNI sudah kenyang dibina dengan doktrin kejuangan untuk rela hidup seperti generasi terdahulu di zaman revolusi," kata Hendro tegas.

Tapi ada saja sedikit rasa iri pada prajurit TNI. Mereka pun mencoba menghibur diri sendiri.

"Kalau mereka kan diwarisi budaya tentara Inggris yang profesional," kata Pratu Jeje, anggota saya yang rajin mengaji, tanpa ia mengerti apa artinya profesional. Ketika saya tanya apa maksudnya profesional dengan pandir dijawabnya, "Bayaran, Letnan. Sersan Pangat menyambut, entah diarahkan kepada siapa. "Kalau kita kan tentara pejuang yang mengabdi dengan sukarela, ya?" beber Hendro. (Hal 91).

"Begitulah diskusi 'kampungan' kami untuk mengusir rasa iri hati yang tidak pada tempatnya.

  ● Merdeka  

Densus 88 Tembak Mati Terduga Teroris di Bone

Densus 88 Tembak Mati Terduga Teroris di Bone
Penjagaan Ketat di RS Makasar
Jakarta - Detamasemen Khusus 88 Antiteror Polri menembak mati seorang warga bernama Suardi di Desa Alinge Kecamatan Ulaweng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Kamis siang, 17 Oktober 2013. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan pria yang berasal dari Kecamatan Amali, Bone, itu tertembak di bagian punggung karena hendak melakukan perlawanan.

Boy mengatakan selain Suardi, ada lagi dua warga yang ditangkap oleh Densus di tempat yang sama yaitu Jodi alias Umar; dan Ahmad Iswan. Kemudian, Densus membawa keduanya ke Kota Makassar.

"Mereka diduga teroris jaringan Abu Uswah," kata Boy melalui pesan singkat.

Dalam catatan Tempo, polisi menyebut Abu Uswah merupakan pemimpin serangkaian aksi teror di Makassar, Ambon, Bima, dan Poso. Ia juga terkait dengan Santoso, pemimpin teroris di Poso, Sulawesi Tengah.

Menurut Boy, ketiga orang tersebut diduga terlibat penembakan seorang anggota Brigade Mobil di Ambon pada 2005 silam, serta kasus pembuatan bom di Enrekang tahun lalu.

Boy mengatakan penangkapan terhadap para terduga teroris tersebut dilakukan sekitar pukul 14.05 WITA. Dari tangan mereka, Densus menemukan satu pucuk pistol, satu magazine, 12 butir peluru, dan satu senapan angin hasil modifikasi. Densus juga mengamankan dua kilogram pupuk, sebilah golok dan satu unit mobil Avansa.

  ● Tempo  

Kamis, 17 Oktober 2013

Panglima TNI Lirik Kapal Selam Bekas dari Rusia

http://indonesian.cri.cn/mmsource/images/2012/08/15/1691d90108634ae99870d851369b6622.jpg
Kapal Selam Kilo
Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku tertarik untuk mendalami dan mengkaji tawaran 10 kapal selam eks angkatan laut Rusia. Kata Moeldoko, kondisi kapal selam tersebut masih memadai.

Namun demikian, Moeldoko menegaskan, meski TNI tertarik untuk membeli kapal selam bekas tersebut, pihaknya tetap akan melakukan verifikasi secara mendalam dulu.

"Saya kira kita tertarik dengan itu. Sampai saat ini masih dilakukan kajian dan pendalaman. Dan kalau bisa, itu akan lebih bagus, ya," ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko di sela-sela raker dengan Komisi I DPR RI, Kamis (17/10).

Moeldoko mengatakan, pihaknya merespons sangat baik atas tawaran 10 kapal selam dari Rusia itu, karena memiliki efek gentar yang cukup baik. Apalagi kapal selam yang ditawarkan ke Pemerintah Indonesia cocok dengan kondisi Tanah Air, yakni jenis dan tipe kapal selam kelas menengah.

  Parlemen  

Anggaran Disetujui, Kemenhan Siap Datangkan Helikopter dari AS

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menyambut baik dukungan anggaran dari DPR RI. Maklum, TNI memang lagi butuh duit untuk pengadaan helikopter serbu Apache buatan Amerika Serikat dan pesawat angkut sedang Hercules C-130 bekas milik Royal Australian Air Force (RAAF). Apalagi anggaran itu berupa anggaran on top yang dipastikan tidak akan mengganggu kebutuhan anggaran reguler TNI.

"Kemarin memang tengah dipikirkan untuk uang mukanya. Karena pengadaan (Apache dan Hercules) itu, kan, pengadaan 2014-2017. Kalau DPR sudah memberi dukungan anggarannya, tentu ini akan lebih baik," ujar Moeldoko di sela-sela raker di Komisi I DPR RI, Kamis (17/10).

Panglima TNI menjelaskan, instansinya butuh heli serbu Apache itu minimum enam unit. Sementara pesawat angkut Hercules sebanyak empat unit.

"Untuk pengadaan Apache, kita perkirakan akan mulai tiba di Tanah Air pada 2014 mendatang sebanyak dua unit. Sisanya akan menyusul sampai 2017," ujar Moeldoko.

  Parlemen 

Korpaskhas Bentuk 15 Satuan Baru

http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/files/2012/08/Atribut-Detasemen-Bravo-90-Paskhas-TNI-AU.jpg?846aadKorps Pasukan Khas (Korpaskhas) Angkatan Udara (AU) makin berkembang dengan peresmian 15 satuan baru. Peresmian dilakukan Kepala Staf AU Marsekal TNI IB Putu Dunia pada upacara peringatan ulang tahun ke-66 Korpaskhas di Lapangan Jingga Lanud Sulaiman, Kamis (17/10/2013).

Validasi dan regrouping Korpaskhas sesuai dengan keputusan Kepala Staf AU No. 527/IX/2013 tertanggal 10 September 2013. Pengembangan Korpaskhas yakni Wing 3 Paskhas di Medan yang sebelumnya Wing 3 di Lanud Sulaiman khusus pendidikan. Korpaskhas juga membentuk batalyon 469 Medan, Detasemen 471, Detasemen 472, Detasemen 473, dan Detasemen 474.

Selain itu, Korpaskhas juga membentuk Detasemen Matra 1, Detasemen Matra 2, Satuan Pendidikan Pusdiklat di Lanud Sulaiman membawahkan Satdik Hanud, Satdik Khusus, Satdik Tempur Darat, dan Satdik Matra. Khusus pasukan anti teror yang sebelumnya bernama Detasemen Bravo 90 juga ditingkatkan menjadi Satuan Bravo 90. Satuan anti teror ini membawahkan Detasemen 901, Detasemen 902, dan Detasemen 903.

Menurut Putu Dunia, pengembangan Korpaskhas merupakan upaya mengantisipasi tantangan ke depan yang makin kompleks. "Korpaskhas harus mengambil keputusan cepat dan tindakan tepat baik dalam perang maupun non perang khususnya membantu masyarakat saat bencana," katanya.

  Pikiran Rakyat  

Timor Leste Disebut Langgar Kesepakatan Perbatasan

Timor Leste Disebut Langgar Kesepakatan Perbatasan
Perbatasan RI - Timor Leste di Motamasin
Kupang - Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Eduard Gana menilai pemerintah Timor Leste melanggar kesepakatan terkait batas antara kedua negara sehingga memicu bentrok di Dusun Sunsea, Desa Nelu, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) sejak Rabu lalu. "Sudah ada kesepakatan bahwa tidak ada pembangunan apa pun di daerah perbatasan. Tapi kesepakatan tersebut dilanggar oleh Timor Leste," kata Edu Gana kepada Tempo di Kupang, Kamis, 17 Oktober 2013.

Bentrokan antara warga Dusun Sunsea dengan warga Leolbatan, Desa Kosta, Kecamatan Kota, Distrik Oekusi, Republik Demokratic Timor Leste (RDTL), dipicu oleh pembangunan jalan yang dikerjakan pemerintah Timor Leste di zona bebas.

Menurut Edu, warga Dusun Sunsea menutup akses jalan antar kedua negara. Saat itu warga Distrik Oecuse melakukan penyerangan dengan membawa senjata tajam. Aksi saling serang pun tak terhindarkan. Bentrok terjadi selama tiga hari, yakni 12-15 Oktober 2013.

Pemerintah Provinsi NTT, kata Edu, belum mengambil langkah penyelesaian terkait bentrok antar warga di perbatasan negara itu. "Kami hanya minta agar warga Nelu menahan diri sehingga bentrokan tidak berkepanjangan," ujar dia.

Edu menjelaskan, penyelesaian masalah tersebut hanya bisa dilakukan melalui pendekatan budaya. Di antaranya dengan mempertemukan tokoh masyarakat dan pemerintah kedua negara.

Dia juga memaparkan, sebenarnya di Kabupaten Timor Tengah Utara hanya menyisakan dua titik batas yang dipersoalkan, yakni di Desa Citrana, Kecamatan Oben dan Haumeni Ana. Namun, tidak terjadi pertikaian. Justru di Desa Nelu muncul masalah. "Ini masalah baru," ucapnya.

Wakil Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) Kapten (Inf) Abdul Samad membantah terjadi bentrok antar warga di perbatasan kedua negara. "Tidak terjadi bentrok. Kalau ada bentrok, pasti ada korban," tuturnya.

Sebelumnya, pertikaian warga di perbatasan RI-Timor Leste dipicu sengketa lahan. Warga Nelu, yang masuk wilayah Indonesia, dan warga Leolbatan, Distrik Oekusi, Republik Demokratic Timor Leste, saling mengklaim danah yang digunakan untuk pembangunan jalan tersebut sebagai milik mereka. Kedua kelompok warga tersebut sebenarnya masih berkeluarga. Warga Nelu melakukan penghadangan karena jalan tersebut melewati pekuburan warga Desa Nelu. Selain itu, telah memasuki wilyah Indonesia sejauh 500 meter.

Warga Perbatasan RI dan Timor Leste Saling Serang

Warga Perbatasan RI dan Timor Leste Saling SerangWarga Dusun Sunsea, Desa Nelu, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, pada Kamis, 17 Oktober 2013, saling serang dengan warga Leolbatan, Desa Kosta, Kecamatan Kota, Distrik Oekusi, Republik Demokratik Timor Leste. Penyebabnya adalah sengketa lahan di perbatasan kedua negara.

"Pertikaian antar warga di perbatasan negara itu dipicu oleh pembangunan jalan oleh pemerintah Timor Leste di wilayah zona bebas," kata Wakil Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) Kapten Abdul Samad kepada Tempo.

Menurut Samad, lahan di batas kedua negara yang terletak di Desa Nelu masih diklaim oleh warga di kedua negara yang masih berkeluarga itu sebagai milik mereka. Pembangunan jalan yang menuju ke Desa Nelu dihadang oleh warga karena telah memasuki wilayah Indonesia sejauh 500 meter.

Bahkan, melewati pekuburan warga Desa Nelu, sempat terjadi ketegangan. Untungnya ketegangan itu bisa diredam. ”Memang sempat terjadi ketegangan, tapi tidak sampai bentrok,” ujar Samad.

Ia menuturkan, aparat Satgas Pamtas telah diterjunkan ke lokasi kejadian untuk menjaga agar tidak terjadi bentrokan. "Anggota saya sudah mengamankan lakasi,” ucap dia. Anggota Satgas Pamtas juga melakukan sosialisasi kepada warga agar tidak terpancing emosi yang bisa berbuntut bentrokan. "Serahkan masalah ini kepada negara untuk diselesaikan."

  Tempo 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...