Garuda Militer

★ Dokumentasi Militer ★

Sabtu, 14 April 2012

Vila Salazar

Korpaskhas
Ⓢuatu malam, pada tanggal 9 Desember 1975, di bawah sinar lapu petromak di Pangkalan udara Penfui, Letkol Sugiarto sebagai Komandan Satgas Linud mengelar peta hitam putih buatan Portugis. Briefing penyampaian Perintah Operasi dimulai, diikuti oleh para Komandan satuan dan perwira Operasi. Masing-masing dari Brigade 17 Linud Kostrad, Kopassus dan Kopasgat (saat ini disebut Paskhas).

Lembar peta itu berjudul “Vila Salazar” nama Portugis sebutan lain dari kota Baucau. Vila Salazar terletak di pantai utara di sebuah dataran tinggi pulau Timor bagian Timur. Selintas terbayang cantiknya bangunan klasik, tebing karang, buih putih dan laut biru.

Bayangan indah itu pun lenyap seketika dan jantung pun berdebar ketika Letkol Sugiarto mengakhiri Perintah Operasinya dengan “Ada pertanyaan?” beberapa saat hening mencekam, tidak ada satupun pertanyaan. Yang pasti, besok pagi buta, tangal 10 Desember 1975, serbuan vertical dari udara akan dilaksanakan oleh prajurit-prajurit pasukan payung untuk merebut sebuah lapangan terbang di Vila Salazar.

Semua sudah jelas, sebuah lingkaran hitam dan garis-garis pembagi berikut lingkaran-lingkaran kecil diatas peta, itu adalah lukisan apa yang disebut ground tactical planning atau rencana taktis darat dari suatu operasi serbuan Linud yang menggambarkan air head atau tumpuan udara, berisi pembagian sector, dropping zone (DZ), sasaran-sasaran yang akan direbut dan titik-titik kumpul bagi pasukan payung. Rencana taktis darat merupakan bagian penting dari Perintah operasi penerjunan.

Pada tanggal 10 Desember 1975, 8 pesawat C-130 Hercules mengangkut pasukan Brigade 17 / Linud Kostrad, Kopassus, dan Kopasgat dari Pangkalan Udara Penfui (sekarang Bandara El Tari), Kupang. Pesawat-pesawat angkut C-130 Hercules mendapat perlindungan dari pesawat B-26 Invader yang diterbangkan oleh Mayor Pnb Sumarsono. Pilot leader adalah Letkol Pnb Suaka Diro dengan sandi penerbangan “Rajawali Flight”. Pesawat pertama terbang dengan ketinggian 1200 kaki, perbedaan ketinggian 50 kaki dengan pesawat berikutnya. Untuk menuju titik penerjunan, pesawat mendekati sasaran dari laut dengan arah penerbangan 170 derajat sebelum melintas tepat diatas daerah penerjunan. Untuk melakukan koordinasi antara pesawat angkut dan pesawat yang akan melakukan serangan udara, “Rajawali Flight” selalu mengadakan kontak radio dengan pesawat B-26 Invader.

Penerjunan sorti pertama yang dimulai pukul 07.20 waktu setempat, sangat mengagetkan Antonio Reisda Silva Nunes, Komandan asrama Baucau. Ia tidak sempat melakukan konsolidasi dengn pasukannya, sehingga segera meninggalkan Baucau. Setelah mendarat, tim pengendali tempur (Dalpur) Detasemen B Kopasgat segera berkomunikasi lewat radio dengan pesawat Pembom B-26 Invader. Komunikasi ini bertujuan agar pesawat B-26 bersiaga. Apabila diperlukan, dapat memberikan bantuan tembakan udara yang tepat sasaran. Karena pasukan telah berhasil menguasiai keadaan, maka Mayor Pnb Sumarsono melaporkan bahwa saat ini pasukan darat belum memerlukan bantuan tembakan.

Gugus tugas Kopasgat saat itu tersusun dalam Detasemen B berkekuatan 156 orang yang dipimpin oleh Kapten Psk Afendi. Kapten Psk Jack Hidayat sebagai wakil, Kapten Psk Budhy Santoso (Dankorpaskhas 1996 – 1998, dan sesmil Presiden RI 1998) sebagai Kasi Intelijen dan Operasi, Kapten Psk Edison Siagian sebagai Kasi Personel dan Logistik, Kapten Lek Rudolf Malo sebagai Komandan Tim Pengendali Pangkalan (Dallan) dan Perwira Kopasgat yang lain dalam Detasemen tersebut adalah Kapten Psk Wahyu Wijoyo (Wadan Korpaskhas 1996-1998, serta Letda Psk Daromi (Dandepodiklat 1998-an).

Setelah mendarat, segera diketahui bahwa lapangan Terbang Baucau tidak memiliki fasilitas dukungan operasi penerbangan yang cukup lengkap. Selain itu, di pangkalan yang berlanda pacu 2.600 meter dan mampu didarati pesawat berbadan lebar sejenis DC-10 itu, ternyata tidak terdapat pesawat peninggalan Portugis, kecuali dua buah kontainer berisi mesin helicopter jenis Aluete. Tim Dalpur dan Tim Dallan Kopasgat segera melakukan penelitian terhadap fasilitas pangkalan agar segera dapat dipergunakan sebagai Pangkalan Udara Operasi. Kekurangan peralatan dilaporkan ke home base, untuk mendapat dukungan susulan.

Setelah pendaratan, pasukan Brigade 17 / Linud Kostrad segera bergerak menuju Manatuto dan Ossu. Ketika pasukan bergerak ke Pusat Latihan Militer Bukole, ternyata Fretelin sudah melarikann diri. Sementara itu, Lapangan Terbang Baucau telah dapat difungsikan sebagai Pangkalan Udara Depan Operasi dengan menggunakan peralatan Dallan Portable yang dibawa terjun, sehingga pada hari H+1 dengan dipandu tim Dallan, mendaratlah pesawar C-130 Hercules yang diterbangkan Letkol Pnb Suakadirul sebagai Komandan gugus Linud. Dengan pesawat itu, didaratkan kendaraan ringan TNI AD dan peralatan lain untuk merehabilitasi fasilitas dukungan operasi penerbangan termasuk senjata Triple Gun jenis Canon Orlikon kaliber 20 mm untuk memperkuat pertahanan Pangkalan Udara Baucau. Triple Gun tersebut ditempatkan di ujung landasan 17 dengan kekuatan 1 peleton Kopasgat. Dengan demikian, Kopasgat di Lapangan Terbang Baucau menjadi 186 orang.

Tugas Kopasgat di sini terutama untuk merebut sasaran sasaran teknis, berupa fasilitas dukungan operasi penerbangan di lapangan terbang yang diduduki musuh agar dapat dioperasikan kembali sebagai pangkalan udara depan di mandala operasi. Tugas yang lain adalah mempertahankan dan mengamankan pangkalan udara depan tersebut, berikut fasilitas dukungan operasi penerbangan yang ada didalamnya demikian pula tugas-tugas pencarian dan pertolongan atau SAR Tempur.

Pangkalan udara Baucau di Vila Salazar telah berhasil diduduki. Dua hari berturut-turut setelah itu, satu sorti C-130 Hercules dan dua sorti C-47 Dakota mendarat. Perkuatan pasukan, senjata bantuan dan bekal ulang telah diturunkan. Letkol Pnb Suakadirul dengan Hercules dan dua Dakota kembali ke Jakarta, masing-masing dipenuhi prajurit-prajurit yang terluka untuk dievakuasi ke garis belakang. Beberapa hari berlalu, suasana tegang masih terus mencekam, mengantisipasi kemunginan-kemungkinan datangya serangan balas dari pihak lawan. Musuh tercerai berai belum jelas di mana titik-titik persembunyian mereka. Sementara kegiatan penerbangan semakin banyak antara lain mendaratkan Brigjen TNI Suweno, Brigjen TNI Sanif, dan Kolonel Pnb Susetyo (Komandan Satgas Udara).

Kini menjadi kenyataan bahwa tumpuan udara berupa sebuah lapangan terbang telah berhasil dibentuk serta dikembangkan menjadi pangkalan udara depan yang siap digunakan untuk mendukung rangkaian kampanye lebih lanjut. Terbersit rasa syukur kala itu, ketika teringat pula kisah Pasukan Payung yang mengagumkan yaitu Penyerbuan Normandia sekitar tahun 1944 dalam PD II. Serbuan Normandia menggunakan ratusan pesawat Dakota C-47, merupakan operasi penerjunan terbesar dalam sejarah manusia. Bangga, memang membanggakan. Betapa tidak, pelajaran doktrin “Airborne Assault” yang selama ini hanya cukup terbaca dalam sejarah dan teori, telah dapat dilaksanakan dengan sempurna. Rasa beruntung menyusupi para pelaku operasi kala itu, suatu kesempatan yang teramat langka dan merupakan bagian dari fakta sejarah.

Bukan saja pelajaran operasi Linud yang telah dapat dipraktekkan oleh unsur-unsur pasukan gabungan TNI pada waktu itu. Tetapi doktrin operasi udara tentang “Air Head Operation” atau Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD) dalam strategi Bare Base Concept pun telah terimplementasikan dengan baik oleh unsur - unsur Satuan Tugas Udara, justru di suatu mandala operasi yang sebenarnya, suatu skenario operasi gabungan linud yang nyaris sempurna.

Beberapa hari telah berlalu, ketika Kolonel Dading Kalbuadi disaksikan Mayor Yusman saling berpelukan dengan Letkol Sugiarto di ruang Operasi Satgas (kini ruang ini di base Operation Pangkalan Udara Baucau): “Tok’ Panggil Dading kepada Sugiarto, “Kita baru saja melaksanakan satu tahapan yang sangat sulit dari pelajaran operasi gabungan linud, yaitu Link-up Operation (penggabungan)”, di pipi kedua Kolonel tersebut menetes butir-butir air mata, “.. dan kita berhasil, Tok !” Kapten Psk Budhy Santoso yang menyaksikan waktu itu dengan serta merta meninggalkan ruangan, ia tak ingin ikut meneteskan air mata walaupun merasakan getaran-getaran yang sama.

Dading Kalbuadi adalah Komandan Pendaratan Amfibi di pantai Laga 20 km timur kota Baucau, bersama Tim Kopassus dan Marinir. Sebuah episode penggabungan Pasukan Linud dan Pasukan Amfibi segera berakhir, kesibukan di pangkalan udara depan yang baru saja dibentuk di Vila Salazar terus berlanjut.

Unsur Kopasgat yang tergabung dalam Satgas Udara dalam kisah Vila Salazar, saat itu terdiri dari 186 prajurit dan di organisasikan dalam satu Detasemen yang terdiri dari Tim Pengendali Tempur (Dalpur), Tim Pengendali Pangkalan (Dallan), Tim Sar Tempur (Satpur), dan Tim Pertahanan Pangkalan, baik pertahanan terhadap serangan dari darat maupun dari udara dalam ukuran Detasemen, saat itu unsur-unsur Kopasgat telah terwakili dengan kekuatan yang relatif kecil, Detasemen tersebut berhasil mewujudkan doktrin tertinggi pada tataran Kopasgat yaitu OP3UD atau “Air head Operation” menurut istilah RAF Regiment Tentara Inggris.

OP3UD akan menjamin keberlanjutan operasional pesawat terbang dalam rangka kelangsungan kampanye secara keseluruhan. Sepanjang sejarah, Airfil (lapangan terbang) selalu menjadi ajang perebutan. Vila Salazar adalah sebuah pusat gravitasi strategis atau Strategic Center Of Graviti (SCOG) dikawasan pulau timor bagian timur. SCOG adalah bagian yang menjadi tumpuan pusat gerak dan kekuatan, sehingga menentukan dominasi kawasan. Oleh karena itu, dilakukannya OP3UD seperti apa yang telah terjadi adalah merupakan implementasi strategi yang sangat tepat, dimana didalamnya bersama satuan - satuan lain, telah berperan prajurit-prajurit Kopasgat dari bumi Cimariuk, Margahayu, Bandung Selatan. Mereka jualah yang turut serta memberikan andil di Palagan Dwikora tahun 1964, Trikora tahun 1962, dan “Blitzkrig” Linud untuk menumpas pemberontakan PRRI/Permesta di Pekanbaru, Riau, Medan, Sumatera Utara, Tabing di Padang sumatera Barat, serta di Morotai dan Mapanget, Sulawesi Utara tahun 1958.

Selain di Vila Salazar, sebagai kelanjutan proses integrasi di Timor-Timur kedalam wilayah RI, Kopasgat yang tergabung dalam operasi-operasi gabungan ABRI juga melaksanakan operasinya didaerah-daerah lain termasuk didaerah Dili dan Atauro. Dili juga mendapat perhatian khusus dalam pelaksanaan operasi di Timor-Timur karena disini terdapat pangkalan udara yang cukup besar dan mempunyai nilai strategis sebagai Center Of Graviti di propinsi tersebut. Detasemen A Kopasgat yang mengoperasikan lapangan terbang Dili waktu itu di pimpin oleh Kapten Psk P. Silaen dengan beberapa perwira, antara lain Kapten Psk Djoko Budiman dan Kapten Psk Nanok Suratno (Dankorpaskhas 1998-an).

Sementara itu, dalam peristiwa penyerahan Atauro, beberapa anggota Kopasgat Dili yang tergabung dalam Tim Dallan dan Tim Dalpur, yaitu Serka Suherman (meteo) dan Sertu Jarwanto (PLLU), serta beberapa anggota lain berangkat ke Atauro untuk memandu pendaratan dan pengamanan pesawat yang membawa Benny Moerdani, Kol Inf Subiyakto, dan Letkol Kav Alex Dinuth.

Operasi yang dilaksanakan dalam rangka intregasi Timor Timur ke wilayah RI terus berlanjut, antara lain dengan pelaksanaan Operasi Parikesit I, Operasi Parikesit II dan Operasi Saber Kikis Baratayudha.

Operasi Parikesit I Dilaksanakan oleh gabungan pasukan Komando ABRI terdiri dari Kopasandha, Marinir dan Kopasgat yang diberangkatkan dari Pangkalan Udara Husein Sastranegara menuju Pangkalan Udara Komoro Dili tanggal 2 Desember 1978 dengan pesawat C-130 Hercules. Satuan tugas (satgas) dalam operasi ini dipimpin oleh Mayor Inf Sitorus (Kopassus) sebagai Komandan dan Mayor Mar Tatang S. (Marinir) sebagai Wakil. Kasi-kasi masing-masing dijabat oleh Kapten Psk Chairuddin M. (Kopasgat), Kapten Inf Yudomo S (Kopassus) dan Kapten Inf Adeng (Kopassus).

Satgas dibagi dalam 3 kompi, yaitu Kompi Banteng (Kopassus), Kompi Baruna (Marinir) dan Kompi Bronco (Kopasgat). Anggota Kopasgat yang tergabung dalam Kompi Bronco dipimpin oleh Lettu Psk Suyitno dan komandan pletonnya masing masing ialah Letda Psk John Ferry Rumawantin, Capa Man Erawan dan Capa Budi Waloya.

Mereka semula mendapat tugas untuk menghancurkan GPK di daerah pegunungan Matabean. Namun, karena daerah tersebut sudah dapat dikuasai terlebih dahulu oleh satuan TNI yang lain, maka tugas dialihkan untuk mengejar para tokoh GPK yaitu Nicolau Lobato, Antonio Korvarino dan lain lain. Akhirnya, bersama sama satuan lain, para tokoh GPK tersebut dapat dihancurkan.

Operasi ini dilaksanakan sampai tanggal 26 Maret 1979. Anggota yang tergabung dalam Satgas ini kemudian dikembalikan ke satuan masing masing. Kopasgat kembali dari pangkalan Baucau ke Husein Sastranegara, Bandung.

Operasi selanjutnya adalah operasi Parikesit II yang merupakan kelanjutan dari operasi Parikesit I dan diberangkatkan dari pangalan Udara Husein Sastranegara ke Baucau. Operasi ini juga dilaksanakan oleh Satgas gabungan pasukan komando yang terdiri dari Kopasandha, Marinir, dan Kopasgat. Satgas dipimpin oleh Mayor Inf Sunarto (Kopassus) sebagai Komadan dan Mayor Inf Mar Boy Malonda (marinir) sebagai Wakil Komandan. Saat itu, Kapten Psk Siagian (Kopasgat) menjabat sebagai Kasi Personel dan Lettu Psk Hasibuan (Kopasgat) menjabat sebagai Komandan Kompi Bronco.

Seperti pada operasi Parikesit I, Satgas dalam operasi ini juga dibagi dalam tiga kompi, yaitu Kompi Banteng (Kopasandha), Kompi Baruna (Marinir), dan Kompi Bronco (Kopasgat). Kompi Banteng bertugas di sektor Barat sedangkan Kompi Baruna dan Kompi Bronco bertugas di sektor Timur. Anggota Kopasgat yang tergabung dalam Kompi Bronco berasal dari Batalyon 461 dan 465 Jakarta.

Modus operasi ini sama dengan operasi Parikesit I, yaitu mengadakan pengejaran dan penghancuran terhadap GPK yang masih bersembunyi di gunung dan di hutan. Setelah melaksanakan manuver selama dua bulan, Kompi Banteng yang berada di Sektor Barat ditarik untuk bergabung kembali dengan Kompi Baruna dan Kompi Bronco yang berada disektor Timur, sebab di Sektor Barat sudah dianggap aman. Selanjutnya, mereka terus bergerak sehingga banyak GPK yang berhasil ditangkap dan ditembak mati, Prajuri-prajurit berusaha semaksimal mungkin dan tabah dalam menghadapi keadaan cuaca, medan yang berat, GPK yang sulit diketahui tempat persembunyiaannya. Melihat usaha tersebut, Kapten Psk Siagan selaku Kasi Personel melalui Komandan Satgas mengajukan permohonan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) terutama bagi prajurit-prajurit yang berpangkat Kopral agar dapat menjadi Sersan kepada Menhankam/Pangab Jendral TNI M.Yusuf. Ternyata permohonan disetujui dan dikabulkan, sehingga para prajurit yang berpangkat Kopral menjadi Sersan.

Operasi dilaksanakan selama empat setengah bulan, yaitu sejak bulan Maret 1979 sampai dengan pertengahan bulan juli 1979. Setelah selesai melaksanakan tugas, anggota Kopasgat yang tergabung dalam operasi ini dikembalikan ke Jakarta dan sebagian ke Bogor serta ke Husein Sastranegara, Bandung.

Opersi-operasi dalam rangka integrasi Timor Timur kedalam wilayah RI terus berlanjut. Bahkan dilaksanakan juga latihan gabungan (latgab) TNI di daerah Kupang, Viqueque, Los Palos, dan sekitarnya. Latihan tersebut dilaksanakan dalam rangkaian persiapan operasi-operasi selanjutnya, setelah Latgab TNI, selanjutnya diadakan Operasi Saber Kikis Baratayudha yang dilaksanakan oleh gabungan 12 batalyon TNI. Melalui permohonan Mayor Psk Pakki Malik (sekarang, Marsda TNI) selaku Komandan dan dikabulkan oleh Menhankam/ Pangab jendral TNI M. Yusuf, akhirnya Kopasgat terlibat penuh dalam operasi tersebut bersama satuan lain.

Personel Kopasgat yang tergabung dalam operasi ini berjumlah 590 orang dibagi dalam 1 Markas Batalyon, 1 Kompi Markas, dan 4 Kompi Tempur. Wakil Komandan saat itu dijabat oleh Mayor Psk Herman Tjokro, Kasi Opersi dijabat oleh Kapten Psk Muyanto, Komandan Kompi Markas dijabat oleh Kapten Psk Yassin Mamora. Sedangkan empat Kompi Tempur yaitu Kompi Alfa dipimpin oleh Lettu Psk Hendarto, Kompi Beta dipimpin Lettu Psk Torar, Kompi Charli dipimpin Lettu Psk Jumiran, dan Kompi Delta dipimpin oleh Lettu Psk Harry Budiono.

Pada bulan-bulan pertama, Mereka bergerak dengan Perbekalan yang ada karena belum mendapat dukungan dari Mabes TNI. Walau dalam kondisi demikian. Mereka terus bergerak dibawah pimpinan Mayor Psk Pakki Malik. tetapi pada bulan bulan berikutnya, pimpinam digantikan oleh Mayor Psk Herman Tjokro karena kondisi kesehatan Mayor Psk Pakki Malik tidak memungkinkan. Mayor Psk Herman Tjokro menggantikan jabatan Komandan Batalyon sedangkan jabatan Wakil Komandan dijabat oleh Kapten Psk John F. Pangau yang menyusul dari Batalyon 464 Malang beserta 21 anggotanya.

Untuk meningkatkan efektifitas dari efisiensi, selanjutnya pasukan bergerak bukan dalam hubungan Kompi, Melainkan dalam hubungan Tim. Para perwira yang ikut manuver dalam tugas ini yaitu Letda Psk Makruf, Letda Psk Tedy SP, Letda Psk Sunaryo, Letda Psk Kateno, Letda Psk Edi, dan lain lain.

Disamping operasi Tempur, Operasi Teritorial dinilai berhasil. Hal ini terbukti, Rakyat Timor Timur yang berjumlah kurang lebih 33.000 orang mau bergabung dan membantu TNI saat itu. Rakyat bersama-sama TNI menumpas GPK dengan cara membentuk formasi berjajar seperti pagar betis untuk menggiring GPK dari 2 arah yang berlawanan agar GPK masuk Killing Ground (daerah penghancuran). Saat itu, Kopasgat yang semula bergerak dalam hubungan kecil diubah lagi menjadi hubungan besar bersama-sama 5 batalyon satuan lain dan sekitarnya 5.000 rakyat bergerak menggiring GPK dari daerah Dirimurni ke Killing Ground. Sementara itu, 6 Batalyon dari satuan lainnya bersama-sama rakyat, bergerak dari daerah Dili ke Killing Ground. Bagaikan gelombang lautan, mereka bergerak menghancurkan setiap GPK yang ditemui. Akhirnya, sebagian besar GPK dapat digiring ke daerah penghancuran yaitu didaerah Aitana Kompleks. Daerah ini berupa lembah tempat persembunyian para GPK. Karena strategi yang digunakan dengan cara berjajar seperti pagar betis dan bergerak maju serentak, maka cara dikenal juga dengan operasi Pagar Betis.

Setelah itu, operasi masih dilanjutkan karena ternyata masih ada GPK yang sempat lolos dan diduga masuk ke daerah Outo Karboa dan pegunungan Matabean. Maka, Kopasgat yang tergabung dalam Kompi bentukan baru yaitu Kompi Belang pimpinan Lettu Psk Harry Budiono bergerak lagi ke daerah daerah tersebut dengan cara Airlift.

Operasi dilaksanakan 11 bulan, yaitu sejak akhir Maret 1981 sampai dengan akhir Februari 1982. Setelah operasi selesai, anggota Kopasgat dari Batalyon 464 dikembalikan ke Malang dan 1 Peton dari Batalyon 463 dikembalikan ke Madiun. Mereka bertolak dari laga menuju Surabaya dengan kapal laut, selanjutnya ditampung di Ksatrian AL selama 4 hari. Setelah itu, baru mereka dikembalikan ke satuan masing masing.

Pada tahun 1998 Korp Paskhas mengirim kompi Pemburu ke Timor Timur bersama satuan satuan lain yaitu Kopassus, Marinir, Kostrad, Brimob, kodam kodam yang tergabung dalam Rajawali !V/Garuda I. Kompi dari Paskhas berjumlah 127 personel dan dipimpin olh Kapten Psk Roland Waha. Pra Tugas selama 3 bulan di group 3 Kopassus (Mei – Juli 1998), Selanjutnya mereka melanjutkan tugas operasi selama 11 bulan (Agustus 1998 – Juni 1999).

Selama bertugas di Timor Timur, Kopasgat juga melaksanakan kegiatan Teritorial yang sangat menunjang keberhasilan Operasi. Kehadiran Kopasgat selama berlangsungnya Operasi di Timor Timur telah dapat menjalin tali batin sehingga mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat setempat.

(dari buku Baret Jingga Edisi Pertama)


Sumber :
  • angkasa-online.com
Diposting oleh abarky di 22.50.00 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Artikel, Korpaskhas, Operasi Militer, TNI

Penyergapan Nikolau Lobato

 ⚔ Yonif 744 Satya Yudha Bhakti / Udayana

Yonif 744
Yonif 744/Satya Yudha Bhakti merupakan pasukan tempur milik Kodam IX/Udayana semasa Timor Timur masih menjadi bagian dari NKRI. Berdiri 24 Januari 1978, batalyon ini dulu bermarkas di Lospalos, Timor Timur sekarang Timor-Leste.

Salah satu prestasi batalyon ini adalah turut serta dalam penyergapan yang menewaskan Presiden Fretilin, Nicolao Lobato pada Januari 1979. Penyergapan dilakukan bersama dengan pasukan Kopasus di bawah pimpinan Prabowo Subianto.

Setelah Timtim lepas dari NKRI, Batalyon Infanteri yang selalu mencatat prestasi gemilang dalam operasi penumpasan kelompok Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) Timtim tetap dipertahankan eksistensinya oleh Pangdam Udayana (waktu itu) Mayjen TNI Kiki Syahnarki.

Meski Korem 164/Wiradharma Timtim ikut dilikuidasi seiring dengan lepasnya Timtim dari NKRI, namun Yonif 744/Satya Yudha Bhakti tetap dipertahankan dan akhirnya menjadi bagian dari pasukan organik Korem 161/Wirasakti Kupang.

 ⚔ Penyergapan Nikolau Lobato

Yonif 744 dipimpin oleh Mayor Yunus Yosfiah telah hampir 2 minggu melakukan pengejaran terhadap pasukan Fretilin di Maubisse Kecil. Pasukan yang beroperasi di sektor ini antara lain Yonif 744, Yonif 700, Yonif 401 Raiders dan tim Nanggala-28.

Tanggal 30 Desember 1978 pukul 05.00 Komandan tim Nanggala-28, Kapten Inf Prabowo melaporkan kepada Danyon 744, Mayor Yunus Yosfiah tentang adanya pergerakan pasukan Fretilin ke arah selatan. Hari itu juga Komandan Sektor Tengah, Kol Inf Sahala Raja Guguk segera memerintahkan pengepungan terhadap sasaran.

Formasi pasukan TNI waktu itu :

Tim Nanggala-28 disisi utara
Yonif 700 dan Yonif 401 disisi timur
Yonif 744 sebagai ujung tombak serangan

Pada hari itu Peleton I Kompi B Yonif 744 yang dipimpin Sersan Maudobe terlibat kontak senjata yang mengakibatkan sejumlah musuh tewas. Diantara mayat yang berhasil ditembak Sersan Maudobe terdapat mayat Nikolau Lobato. Mayat Nikolau Lobato berhasil dikenali oleh Prajurit Dua Gutteres (tamtama pembawa radio). Dalam pengejaran ini dilibatkan pula satuan helikopter yang mengangkut secara mobil pasukan.


[Sumber angkasareaders]
Diposting oleh abarky di 19.04.00 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Artikel, Masa Integrasi Timor Timur, TNI AD

Boeing 737 Jalani D Check di AIROD

 ☆ Tujuh Kru Tes Penerbangan Boeing-737 Peroleh Penghargaan

Makassar, Pelita Dengan telah selesainya pemeliharaan D Check pesawat Boeing-737 Skadron Udara-5 (AI-7302) di Airod Sdn Bhd Malaysia maka diberangkatkanlah satu Tim Crew Flight Test dari Skadron Udara-5 yang dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara-5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar Letkol Pnb Arifaini Nur Dwiyanto.

Boeing 737 AI-7302 (photo : XAirforces)
Siaran pers Penerangan Koopsau II, Rabu (22/6) menjelaskan, setelah dilakukan ground check, Crew Flight Test melakukan pengujian sesuai dengan standard operating prosedur yang ada. Kendala dan permasalahan yang muncul pada saat pelaksanaan tes ternyata membutuhkan waktu untuk ditindaklanjuti sehingga membuat pelaksanaannya membutuhkan jangka waktu yang relatif lama. Tanggal 4 Mei 2011 kru melaksanakan pengujian penerbangan pesawat AI-7302 yang keempat kalinya setelah remarks pada penerbangan sebelumnya diselesaikan oleh pihak Airod Malaysia.

Penerbangan ini dilaksanakan di area WMR 302 A/B wilayah udara Subang Malaysia. Ketika pesawat menanjak pada ketinggian mencapai 22.000 feet dari target 35.000 feet yang direncanakan, Crew Flight Test mengamati adanya dua kondisi emergency yang terjadi yaitu kebocoran pada left and right forward doors dan juga indikasi oil quantity engine nomor 2 menurun drastis yang diikuti fluktuasi dari engine oil pressure. Test Pilot Letkol Pnb Arifaini, memutuskan untuk menghentikan climbing pesawat dan meminta izin menara pengawas Kuala Lumpur untuk descend dan kembali mendarat di Bandara Subang Malaysia.

Pada saat pesawat turun melewati ketinggian 18.000 feet, oil quantity dari engine nomer 2 totally zero dan oil pressure terus menurun mendekati 40 psi. Sesuai dengan emergency prosedur pesawat Boeing 737-200, test pilot memutuskan untuk melakukan shut down engine nomer 2 (kanan) dan segera minta prioritas untuk mendarat. Pesawat berhasil didaratkan dengan selamat di landasan pacu dengan menggunakan single engine landing prosedur tanpa adanya korban jiwa dan major material pesawat.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Airod dan NTP Bandung sebagai pihak yang melaksanakan overhaul engine tersebut, disimpulkan bahwa faktor usia material (aging) telah mengakibatkan terjadinya crack pada oil diff pressure sehingga mengakibatkan kebocoran oli yang sangat cepat.

Berdasarkan kronologis penerbangan dan laporan dari berbagai sumber maka Pangkoopsau II Marsda TNI Agus Munandar, memberikan sertifikat apresiasi berupa Well Done Award karena dapat mendaratkan pesawat pada saat terjadi emergency single engine dengan aman dan selamat.

Penghargaan diberikan pada tanggal 9 Juni 2011 kepada tujuh orang Crew Test Flight Skadron Udara-5 dibawah pimpinan Komandan Skadron Udara-5. Pesawat AI-7302 tersebut baru dapat di delivery ke Skadron Udara-5 Lanud Sultan Hasanuddin pada tanggal 6 Juni 2011 dan telah dapat dioperasikan dengan normal. (be)


Sumber :
  • Pelita
Diposting oleh abarky di 17.50.00 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Alutsista, Pesawat, TNI AU

200 personel TNI siap ke Lebanon

Jakarta (ANTARA News) - 200 personel TNI dari berbagai korps dalam Kontingen Garuda XXVI-E2 siap diberangkatkan ke Lebanon untuk bergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB selama setahun di sana. Sejak dasawarsa '60-an, Indonesia telah mengirimkan puluhan kontingen dalam Pasukan Perdamaian PBB di berbagai medan di seluruh dunia.

Kesiapan itu adalah hasil pelatihan Satuan Tugas Force Headquarters Support Unit (FHQSU) Kontingen Garuda (Konga) XXVI-E1/Unifil dan Satuan Tugas Force Protection Company (FPC) Kontingen Garuda XXVI-E2/Unifil 2012 di daerah latihan PMPP TNI Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Wakil Asisten Operasi Panglima TNI, Laksamana PertamaTNI Widodo, menutup rangkaian latihan itu, Jumat. Latihan diikuti 150 orang Satgas FPC dan 50 orang FHQSU  ini dibagi tiga tahap, yaitu materi pelajaran teori selama dua minggu, diikuti uji coba taktis selama satu minggu, dan diakhiri aplikasi di lapangan selama satu minggu.

Adapun aplikasi yang dilaksanakan sesuai standar Pasukan Perdamaian PBB terdiri dari latihan jaga pintu utama, pos pengamatan, dan patroli pengamanan.

"Pengiriman kontingen ini meningkatkan kepercayaan PBB terhadap kemampuan Indonesia, terutama TNI dalam perannya sebagai penjaga perdamaian dunia. Suatu kebanggaan, di manapun berada, Kontingen Garuda selalu memperoleh pengakuan positif dari dunia internasional," kata Widodo.

Kedua satuan tugas TNI itu rencananya akan diberangkatkan dari Tanah Air pada November 2012, untuk menggantikan satuan tugas sebelumnya yang telah bertugas selama satu tahun. (*)
Diposting oleh abarky di 16.41.00 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Konga

★ Combat Management System

    Combat Management System (CMS) adalah Sistem Manajemen Pertempuran yang dipergunakan oleh kapal laut. Sistem yang dimaksud adalah sistem yang dibangun pada bagian kapal laut sebagai suatu kelengkapan pertempuran di laut. CMS didukung oleh sejumlah peralatan navigasi dan peralatan tempur.

    CMS ini akan dipasang pada Kapal Patroli Cepat Ukuran 40 meter. Dengan CMS diharapkan kapal patroli tersebut dapat memantau posisi sasaran dengan tepat.

Sistem terdiri atas 4 layar :

▣ Layar Detection.
Terdiri atas beberapa alat sensor yang mendeteksi data own ship baik yang menyangkut secara langsung terhadap kapal (latitude, longtude, speed, course, heading) maupun kondisi lingkungan (wind direction, wind speed, temperature).

▣ Layar Acquisition.
Adalah layar dimana data dikumpulkan dan dikombinasikan untuk mendapatkan data lanjutan.

▣ Layar Analysis.
Adalah layar dimana data dianalisa untuk mendapatkan dan membantu dalam pengambilan keputusan.

▣ Layar Action.
Alat untuk mengambil keputusan oleh operator atas kendali komandan operasi ditindak lanjuti oleh peralatan lain seperti Gun Controler, Missile Controller.

Alat ini diproduksi PT LEN industri.

 Ristek Fasilitasi BUMNIS dengan Combat Management System (CMS)

Pengembangan SEWACO [sensor weapon and control] atau Combat Management System [CMS] telah dilakukan dan dipasang di kapal Patroli Cepat [PC] TNI-AL, khususnya untuk pendeteksian bawah laut.

Fasilitasi RISTEK dalam mendorong PT LEN Industri untuk realisasi CMS secara bertahap dengan MFDnya Multi Function Display] telah dibuktikan pada tahun 1998 yaitu pemasangan 10 unit untuk sonar di 10 kapal jenis Parchim.

Tahun 2009 ini telah dilakukan koordinasi antara MABESAL, RISTEK dan PT LEN Industri untuk sinkronisasi program baik dari segi anggaran, tahapan pencapaian kemampuan PT LEN Industri serta kesiapan kapal yang akan disediakan oleh TNI-AL.

Rencana dimaksud telah disepakati oleh masing-masing pihak sesuai fungsi, dimana tahapan MFD yang diterapkan pada kapal Parchim dikembangkan menjadi CMS yang dapat diapllikasi oleh Kapal Parchim, Sigma maupun Patroli Cepat, sedangkan tahap berikutnya adalah diarahkan menjadi IWS untuk kapal Van Speijk.

Pelaksanaan kesepakatan tersebut akan dapat direalisasi terutama semangat untuk pembuktian design ngineering dalam negeri, dimana ketiga pihak akan mengawal secara bersama khususnya untuk aplikasi prototipe CMS yang dapat berfungsi di kapal Parchim pada tahun 2009 ini.

Sehubungan dengan hal dimaksud, maka pada tanggal 15–16 Oktober 2009, telah diadakan kunjungan ke TNI AL Surabaya [Disenlekal, Dislitbangal, Asrena Kasal, Asdep PTE dan staf, GM PT LEN Industri dan staf] untuk melihat secara langsung kondisi Kapal Parchim untuk rencana pemasangan CMS Under Water Console. Kunjungan dilanjutkan pada kapal jenis Van Speejk dan Corvet yang diharapkan PT LEN Industri dapat mengantisipasi rencana kebutuhan dalam negeri untuk pengadaan peralatan kapal khususnya CMS.

Kapal eks hibah Jerman Timur kelas Parchim yang berjumlah 16 buah dengan kelengkapan sonar system, saat ini hanya dioperasikan untuk kapal patroli, dimana seharusnya kapal ini berfungsi untuk pendeteksian musuh melalui bawah laut. Kondisi ini telah berulang kali diupayakan oleh TNI-AL untuk dikembalikan sesuai fungsi, tetapi dikarenakan kondisi keuangan negara, maka realisasinya agak terhambat. Untuk itu telah diadakan kesepakatan dalam pemenuhan tersebut perlu sinergi program untuk memacu daya saing industri serta percepatan hasil akhir sesuai kebutuhan user. Upaya TNI-AL untuk melakukan perbaikan kapal dimaksud telah dibuktikan oleh pihak swasta nasional terutama untuk perbaikan transducer, sedangkan kemampuan PT LEN Industri untuk pengembangan CMS telah dilaksanakan melalui kegiatan yang difasilitasi oleh RISTEK sejak tahun 2008 s/d 2010.

Pengembangan CMS ini diarahkan pada kapal jenis Van Speijk, dengan pertimbangan secara fungsi kapal ini mempunyai kelengkapan yang masih memadai. Sudah barang tentu kegiatan ini perlu tahapan pencapaian bertahap yang diharapkan tahun 2009 ini hasil kerja PT LEN Industri dapat dilakukan di kapal Parchim.

Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian mencakup :
1) Konsep R & D CMS yang dikembangkan oleh PT.LEN Industri , perlu data based yang meliputi sonar, ownship data, speed lock dan Unit ekskusi dengan memberdayakan peralatan untuk penembakan torpedo dan Borja [CMS dlm skala luas ada bagian untuk udara, permukaan dan bawah air]. Kebutuhan untuk data based ini menjadi bagian dari kontribusi TNI-AL dan akan didukung sepenuhnya;
2) Perlu integrasi dan sinkronisasi antar kegiatan yang dilakukan oleh RISTEK, TNI-AL, Swasta nasional dan PT LEN Industri agar pemanfaatan anggaran dan output secara bertahap dapat dibuktikan;
3). Penyusunan pohon industri sebagai pijakan tahapan pekerjaan atau kegiatan akan disusun secara bersama yang nantinya dapat dipakai oleh masing-masing pihak sesuai fungsi;
4).Perlu segera diadakan koordinasi untuk penyatuan tujuan antara MABESAL [Disenlekal, Dislitbangal dan Asrena], PT BMP, PT LEN Industri dan RISTEK, dimana setiap kegiatan yang sedang berjalan perlu penyesuaian hasil akhir, dengan demikian tahun 2009 diharapkan dapat dibuktikan hasil kerja antar pihak yang lebih konkrit.
 
 
Sumber :
  • LEN
  • ristek
Diposting oleh abarky di 12.57.00 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Alutsista, Artikel

Dirembug Di Dalam Kereta Api

Tjilik Riwut
Awal Juli 1947 di Markas Besar Tentara (MBT) Yogyakarta, Gubernur pertama Kalimantan Ir Muhamad Noor dan seorang perwira menengah AURI asal Kalimantan, Mayor Tjilik Riwut yang juga Komandan Mobile Brigade MN 1001, hari itu sedang membicarakan bagaimana mengirim bantuan perjuangan ke dalam wilayah Kalimantan.

    Pulau Kalimantan diblokade Belanda dengan menempatkan kapal-kapal perang di pantai strategis. Jadi sangat tidak memungkinkan memasukan personil bantuan melalui laut. Terpikir oleh keduanya bahwa jalan satu-satunya hanya melewati udara, diterjunkan! Bagaimana caranya ? "Temui saja KASAU, Pak," saran Tjilik Riwut kepada Mohamad Noor. Pada saat itu KASAU dijabat oleh Komodor Surjadi Suryadarma, yang lebih dikenal dengan panggilan Pak Surya.

    Masih di Bulan Juli 1947, secara kebetulan Mohamad Noor berada dalam kereta api Yogyakarta-Jakarta dengan Pak Surya. Ketika kereta berhenti di Cikampek, Mohamad Noor menyatakan keinginan untuk mengirim bantuan ke Kalimantan melalui udara kepada KSAU. Pembicaraan menjadi serius karena KSAU menanggapinya dengan antusias. Terjadi kesepakatan, KSAU dalam hal ini AURI akan menyiapkan pesawat dan perlengkapan parasut serta pelatihan, sementara Gubernur Mohamad Noor menyiapkan 72 personil yang akan dilatih.

    Dari jumlah itu, 60 orang adalah putera daerah asli Kalimantan dari anggota MN 1001 dan selebihnya orang Jawa, Madura dan Sulawesi. Mereka menjalani latihan kering, tanpa pesawat terbang mempelajari teknik melompat dati tiang luncur, mendarat dengan dua kaki rapat dan berguling. Itu saja yang yang dapat mereka lakukan, meskipun pelatihnya para perwira / bintara AURI seperti Soedjono, Legino, Amir Hamzah dan beberapa nama lagi adalah pionir-pionir yang pernah terjun keluar dari pesawat Churen (biasa disebut Cureng) dua tahun sebelumnya pada tahun 1945.

    Sementara para calon pasukan lintas udara (linud) itu berlatih, pihak AURI menyiapkan perlengkapan pakaian khusus dan sepatu lars untuk bererak di Hutan Kalimantan serta senjata perorangan karaben yang akan mereka bawa. Penyedia perlengkapan sendiri tidak tahu apa yang dibutuhkan seorang pasukan Linud yang bergerak di medan Borneo yang mayoritas masih berupa hutan lebat. Mayor Tjilik Riwut saja yang tahu gambaran daerah itu, karena Ia orang asli Dayak Ngaju yang sering keluar masuk Kalimantan.

 Menyimpang 10 km

    Hari H ditentukan 17 Oktober 1947, tiga setengah bulan sejak ide penerjunan pasukan Linud itu muncul. Hanya ada satu pesawat C-47 Dakota yang disewa dari pemiliknya Robert Earl Freeberg, seorang warga Amerika. Bob nama panggilannya, merupakan veteran perang Amerika, mantan penerbang pesawat pengebom B-24 Liberator AU AS. Setelah selesai dinas militer, ia bekerja di perusahaan penerbangan Filipina, Cali. Ia pun keluar dari Cali dan membeli pesawat Dakota untuk disewakan. Dari situlah Bob yang petualang, mempunyai peluang masuk ke Indonesia yang sedang memerlukan pesawat.  Untuk penerjunan ke Kalimantan, pesawat Dakota milik Bob diberi nomor registrasi RI-002.

    Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Bob Freeberg cukup besar jasanya. Salah Satuhnya mengantar Presiden pertama RI Soekarno keliling Sumatera menggalang dana untuk pembelian pesawat Dakota.

    Keberanian Bob Freeberg terbang di Indonesia waktu itu menyebabkan orang-orang di Maguwo menjulukinya "Bob the best one". Pesawat RI-002 sendiri bersama Bob Freeberg hilang dalam penerbangan Jawa-Sumatera tahun 1948. Bangkai pesawatnya baru ditemukan di Bukit Pungur, Lampung, 30 tahun kemudian.

    Pada 17 Oktober 1947, Bob didampingi Kopilot Opsir Muda Udara III Makmur Suhodo, siap membawa 14 pasukan linud yang terpilih. Kemampuan Pesawat Dakota harus membatasi jumlah penumpangnya, apalagi untuk sebuah misi rahasia. Yang terpilih adalah orang asli Kalimantan yang fasih berbahasa Dayak Ngaju, karena penerjunan direncanakan di lapangan desa Sepanbiha, 12 km dari desa Buntut Sapau, Kotawaringin.

    Daerah yang merupakan basis pasukan MN 1001 itu umumnya berbahasa Dayak Ngaju. Mereka adalah Letnan Iskandar, asli Sampit, ditunjuk sebagai komandan tim, Letnan Dachlan, orang Sampit juga, menjadi wakil komandan. Sementara yang lain adalah Bitak, Kosasih, Bachri, Willem Immanuel, Amirudin, Ali Akbar, Darius, Manawi, dan Djarmi, menjadi anggota tim, Dua orang dari Jawa adalah Kapten Hari Hadisumantri yang mengemban tugas khusus dan Kapten Soejoto seorang ahli telegrafis. Mayor Tjilik Riwut sendiri ikut dalam pesawat sebagai penunjuk jalan.

    "Selamat jalan dan selamat berjuang, MERDEKA...", KSAU Suryadarma memberi semangat kepada mereka sebelum terbang. Sementara Tjilik Riwut menambahkan bahwa tugas tersebut penuh resiko dengan kemungkinan selamat 50 persen. Bila dalam tiga hari tidak ada kabar ke Markas Besar Tentara di Yogyakarta, maka mereka akan dianggap gugur dalam tugas.

    Pukul 02.30, RI-002 lepas landas. Kapten pilot mengarahkan pesawat RI-002 ke Utara. Setelah beberapa wakyu terbang, C-47 Dakota RI-002 mulai memasuki wilayah udara Kalimantan. Benar penyusupan ini tidak diketahui Belanda. Terbukti tidak adanya gangguan sedikitpun. Apalagi Bob terbang tanpa mempergunakan Komunikasi dan mematikan lampu-lampu yang ada. Hamparan hutan dan rawa-rawa, menunjukan ciri Kalimantan. Pesawat Dakota terus ke utara, mencari koordinat Sepanbiha yang merupakan tujuan penerjunan. Mayor Tjilik Riwut sebelumnya mengatakan bahwa droping zone berupa lapangan dekat dengan bukit.

    Diperkirakan pesawat sudah memasuki daerah tujuan, pilot menanyakan kepada Tjilik Riwut apakah lokasi itu sudah benar. pengamatan dari udara sering membuat orang bingung, meskipun orang itu sudah sangat hafal ketika di darat. Begitu juga dengan Mayor, tampaknya mengalami vertigo. Mengingat hari sudah siang, pukul 07.00, diputuskan penerjunan dimulai.

    Bitak yang membawa bendera merah putih, berdiri di urutan pertama, setelah penerjunan dua koli barang. Dibelakang J Bitak, ada satu koli barang lagi, barulah Letnan Dachlan. Bel isyarat keluar pesawat berbunyi, dua koli barang di terjunkan dahulu. Setelah itu dengan muka tegang, Bitak keluar pesawat. Satu koli barang lagi, kemudian disusul Letnan Dachlan keluar pesawat dengan raut muka yang tegang.

    Karena belum pernah latihan sebelumnya, maka nyali mereka agak was-was dan tegang. Namun dengan tekad dan semangat, 13 prajurit pasukan linud pertama itu sukses mengembangkan parasut Irvin. Hanya satu orang, Djarmi, yang mogok tidak mau keluar pesawa, karena tidak mampu melawan perasaaan takutnya. Ia pun di bawa kembali ke Yogyakarta bersama Tjilik Riwut. C-47 Dakota RI-002 kembali selamat ke Maguwo melalui jalur Karimunjawa dan Gunung Muria sebagai check point. Pukul 11 siang mendarat di Yogyakarta.

 Nyangkut

    Rasa takut ke 13 pasukan linud itu beralasan. Mereka untuk pertama kalinya melihat ke bawah, bukannlah pemandangan yang wajar dan mereka melihat bukan sebuah lapangan seperti yang dikatakan dalam briefing terakhir. Melainkan hamparan pohon-pohon hutan yang rapat. Sebagian putra daerah itu tahu kalau hutan di daerahnya pohonnya tinggi dan besar.

    Semua pernerjun akhirnya benar tersangkut di puncak-puncak pohon. Jauh dari pekiraan, mendarat di tanah datar, segera bertemu teman dan barang-barang dukungan. Perjuangan pertama mereka adalah melawan buasnya alam dan baru bertemu teman setelah lelah saling mencari. Perlengkapan sebagai pasukan seperti senjata dan sepatu serta alat komunikasi, umumnya dilepas atau dibuang saat menyelamatkan diri menuruni pohon.

    Ternyata pasukan linud pertama itu terlebih dahulu bersusah payah melawan alam dari pada melawan Belanda. Hal itu terjadi karena kesalahan menentukan daerah droping zone yang meleset sekitar 10 km dan berakibat fatal bagi pelakunya. Mereka kehilangan senjata, sepatu, suplai makanan yang hilang waktu diterjunkan bersama pasukan dan mengharuskan mengonsumsi tanaman buah yang tak lazim, menghadapi binatang hutan seperti lintah.


    Akibatnya hampir semua dalam keadaan lemah dan sakit. Lebih tragisnya, mereka dianggap gugur karena tidak ada komunikasi ke MBT Yogyakarta, kemungkinan alat komunikasi hilang atau rusak. Dari 13 pasukan penerjun itu, tiga gugur di tembak Belanda dan 10 orang di tawan dan di masukin ke penjara dengan tuduhan melawan pemerintah yang syah.


Sumber :
    ◆ edisi koleksi Angkasa
Diposting oleh abarky di 11.37.00 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Artikel, TNI

Clara Sumarwati Adalah Pendaki Sejati

Clara Sumarwati adalah pendaki gunung dari Indonesia yang mencatatkan diri sebagai pendaki wanita pertama dari Indonesia dan Asia Tenggara yang berhasil mencapai puncak Everest pada tahun 1996. Sampai saat ini, prestasi tersebut menjadi barang kontroversial, antara percaya dan tidak jika Clara telah sampai di puncak tertinggi dunia tersebut. Bagi yang kontra kebanyakan mempertanyakan foto - foto saat dia di puncak Everest. Padahal menurut Clara, foto - foto itu telah terbakar di kostnya dahulu.

Clara adalah anak ke-6 dari 8 bersaudara pasangan Marcus Mariun dan Ana Suwarti. cita - cita Clara sewaktu kecil adalah menjadi ahli hukum, tetapi ia tidak bisa menolak ketika kakak laki-lakinya menyekolahkannya di Universitas Atmajaya jurusan Psikologi Pendidikan. Saat kuliah ia ingin menjadi pembimbing dan juru konseling di SMU. Tetapi begitu lulus universitas di tahun 1990, haluannya sama sekali berubah ketika ia gabung dengan ekspedisi pendakian gunung ke puncak Annapurna IV (7.535 meter) di Nepal. Rekannya, Aryati, berhasil mencatatkan diri sebagai perempuan Asia pertama yang mencapai puncak itu pada tahun 1991. Pada Januari 1993, Clara bersama tiga pendaki puteri Indonesia lainnya menaklukkan puncak Aconcagua (6.959 meter) di pegunungan Andes, Amerika Selatan.

Sebenarnya pendakian Everest tahun 1996 itu bukan ekspedisi Everest yang pertama bagi Clara. Pada tahun 1994, ia bersama lima orang dari tim PPGAD (Perkumpulan Pendaki Gunung Angkatan Darat) berangkat tetapi hanya mampu mencapai ketinggian 7.000 meter karena terhadang kondisi medan yang teramat sulit dan berbahaya di jalur sebelah selatan Pegunungan Himalaya (lazim disebut South Col). Kegagalan mencapai puncak ini justru membuat Clara Sumarwati semakin penasaran dan bercita - cita untuk mengibarkan Merah - Putih di puncak Everest pada 17 Agustus 1995, tepat 50 tahun Indonesia merdeka. Sebanyak 12 perusahaan ia hubungi waktu itu untuk mendapatkan sponsor. Biaya yang ia butuhkan tidak sedikit, mencapai Rp 500 juta, karena memang segitulah biaya yang harus dikeluarkan siapa pun yang ingin menaklukkan Everest waktu itu. Tidak ada jawaban. Menurut Clara, bahkan ada pihak perusahaan yang meragukan kemampuannya sehingga enggan memberi sponsor.

Salah satu pihak yang ia hubungi untuk sponsor adalah Panitia Ulang Tahun Emas Kemerdekaan Republik Indonesia, yang dibawahi Sekretariat Negara. Clara dipanggil menghadap pada bulan Agustus 1995 dan mendapat konfirmasi bahwa Pemerintah bersedia mensponsori ekspedisinya. Serta merta Clara menjadwal - ulang ekspedisi yang seharusnya memancang bendera Indonesia di tahun 1995. Ia mencanangkan ekspedisi berangkat di tahun berikutnya, pada bulan Juli 1996. Ternyata pengunduran jadwal itu mempunyai makna tersendiri karena pada tahun 1995 itu terjadi badai dahsyat di Himalaya yang menewaskan 208 pendaki dari berbagai negara.

Akhirnya Clara Sumarwati menjadikan dirinya orang Asia Tenggara yang pertama sampai di puncak Everest, yaitu pada tanggal 26 September 1996. Namanya dan tanggal pencapaiannya tercatat antara lain di buku - buku Everest karya Walt Unsworth (1999), Everest: Expedition to the Ultimate karya Reinhold Messner (1999) dan website EverestHistory.com, sebuah referensi andal akan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendakian gunung di dunia.

 ▲ DIRAGUKAN

Kesangsian akan peristiwa bersejarah yang dicatatnya itu datang dari berbagai pihak di tanah air, semata - mata karena dianggap tidak memberi cukup bukti, contohnya seperti foto yang menunjukkan ia memegang bendera yang tertancap di puncak. Namun di berbagai sumber pencatatan dunia, Clara diakui sebagai penakluk puncak Everest ke - 836. Masyarakat pendaki gunung internasional pun sudah maklum bahwa Clara adalah orang Indonesia dan juga orang Asia Tenggara pertama yang sampai ke puncak Everest.

 ▲ RUMAH SAKIT JIWA MAGELANG

Clara pertama kali masuk dan dirawat di RSJ pada 1997. Selama di RSJ, dia pun kerap bercerita bahwa dia pernah mendaki Gunung Everest. Namun, ceritanya kerap diabaikan oleh para tenaga medis karena dianggap hanya sebagai bagian dari khayalannya. Prestasi Clara dan keberadaannya sebagai sosok istimewa yang pernah mengharumkan nama bangsa baru terungkap pada bulan Oktober 2009 ketika ada sejumlah tim penilai pemuda pelopor dari Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga yang datang untuk menilai Poppy Safitri, wakil kontingen Jawa Tengah untuk lomba pemuda pelopor tingkat nasional. Salah satu aktivitas Poppy adalah mengajar tari di RSJ. Dalam kunjungan ke RSJ itulah, salah satu anggota tim mengenali sosok Clara.

CLARA SUMARWATI MERASAKAN DIRINYA KECIL DAN RENDAH SAAT BERADA DI PUNCAK EVEREST PADA KETINGGIAN 8.848 METER.

Kata - kata itu bukan diucapkan seorang kerdil, melainkan meluncur dari bibir Clara Sumarwati, pendaki Indonesia pertama yang berhasil menaklukkan Mount Everest, gunung tertinggi di dunia. Prestasinya itu berawal dari peristiwa dua tahun sebelumnya. Clara bersama lima orang dari tim PPGAD (Perkumpulan Pendaki Gunung Angkatan Darat) gagal mencapai puncak Everest.

Banyak yang tak mengetahui untuk apa misi pendakian itu. Bahkan ada yang menuntut agar Clara menancapkan bendera perusahaannya di puncak Everest. Tentu saja tidak mudah mengiyakannya. Selain menambah beban buat pendaki, bendera yang ditancapkan di puncak biasanya hilang terbawa angin atau tertimbun salju. Lalu ada pula perusahaan sepatu yang menghendaki agar Clara memakai produknya. Padahal, sepatu itu bukan jenis sepatu pendaki.

 ▲ MEMULAI MISI SULIT

Akhirnya titik terang datang juga. Usulan Clara yang dikirim ke Panitia Ulang Tahun Emas Kemerdekaan RI, Januari 1995, ditanggapi tujuh bulan kemudian. Beberapa hari setelah usai perayaan Kemerdekaan Emas itu, Clara dipanggil ke Kantor Sekretariat Negara. "Iki ono sing keri siji (ini ada satu yang ketinggalan)," tutur Clara, menirukan Menteri Moerdiono saat menyambutnya. Artinya, ada satu acara peringatan yang belum dilaksanakan. Yakni mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Everest. Moerdiono menyanggupi untuk membiayai misi pendakian Clara dengan dana sebesar Rp 510 juta.

Jadwal rencana pun diatur kembali. Pemasangan bendera, yang semula akan dilakukan bertepatan dengan perayaan 17 Agustus 1995, diundur menjadi bulan Juli setahun kemudian. Apalagi waktu itu badai dan cuaca buruk menerpa Pegunungan Himalaya, sehingga terjadi longsor salju yang menewaskan 208 orang pendaki. "Secara fisik sebenarnya kami sudah siap," kata Clara. Kesiapan fisik memang dilatihnya sejak ide pendakian itu muncul di benaknya, dua tahun silam. Mulai pukul 07.00, ia berlatih lari mengelilingi Stadion Senayan, Jakarta, selama dua jam, di bawah pengawasan Gibang Basuki, anggota Komando Pasukan Khusus berpangkat Sersan Dua. Kemudian sore hari, ia melatih otot di Pusat Kebugaran Hotel Grand Hyatt, Jalan Thamrin, Jakarta. Sedangkan siang, ia berkeliling keluar - masuk kantor untuk mendapatkan sponsor.

Agar tubuhnya tahan menghadapi hawa dingin dan salju, Clara berendam di kolam renang Senayan, Jakarta. "Karena terlalu sering, sampai-sampai penjaga kolam renang menganjurkan agar kami membeli karcis langganan," kata Gibang Basuki. Selain itu, sebulan sekali Clara melakukan latihan naik - turun gunung sambil membawa beban. Mulai dari Gunung Gede, Jawa Barat, sampai ke puncak Soekarno di Pegunungan Jayawijaya, Irian Jaya.

Di samping berendam selama dua jam di sebuah kali kecil di Suryakencana Jawa Barat, Clara melakukan latihan mendaki dengan kemiringan 900. Di Citatah, Jawa Barat, misalnya, dengan tali, ia naik - turun Gedung Pemadam Kebakaran yang tingginya sekitar 30 meter. Latihan yang biasa disebut rapling atau turun monyet itu juga dilakukan di celah-celah Tebing Singgalang, Padalarang. "Latihan ini yang paling menyeramkan," kata Clara, yang juga berlatih memanjat tebing dengan jari - jemarinya.

Kenyang menjalani semua latihan berat tadi, barulah Clara bersama Gibang Basuki mengurus izin mendaki. Mengingat misi pendakian solo (tunggal) ini lewat jalur utara, maka surat izinnya dikeluarkan oleh Pemerintah Cina, di Beijing. Dan berkat bantuan seorang warga Australia, mereka berhasil mendapatkan izin dari China Mountain Association (CMA).

Lalu dengan biaya sebesar US$ 12.000, mereka mengontrak 12 penduduk Tibet, yang akan membawa beban dan tukang masak. Mereka biasa disebut sherpa, berasal dari nama suku Sherpa di Tibet, yang sering naik - turun gunung. Di samping itu, Clara dan Gibang harus menyewa pula seorang petugas Cina dari China Tibet Mountaineering Association (CTMA), yang berperan sebagai penerjemah sekaligus, "Untuk mempermudah prosedur di perbatasan Cina - Tibet," kata Clara.

Setelah urusan perizinan beres, mereka kembali ke Jakarta melakukan latihan terakhir. Pas 8 Juli 1996, Clara dan Gibang Basuki memulai perjalanan bersejarah itu. Mereka menumpang Kuwait Airlines menuju Frankfurt, Jerman, untuk membeli perlengkapan mendaki. "Masuk di toko perlengkapan pendaki seperti masuk surga," tutur Clara, yang menghabiskan dana sampai US$ 50.000. Termasuk di antaranya 12 tabung oksigen dan sepatu. Sepuluh hari kemudian mereka menuju Kathmandu.

 ▲ MENUJU TIBET

Di ibukota Nepal, Kathmandu, selain menjemput ke 12 pemanggul beban serta pemandu jalan, Clara dan Gibang melakukan latihan aklimatisasi. Yakni latihan menyesuaikan diri di tempat ketinggian. Mula-mula mereka diterbangkan pada ketinggian 3.000 meter dengan helikopter. Setelah itu, pelan-pelan mendaki sampai puncak Gunung Kalapatar, yang tingginya 5.545 meter. Kemudian turun kembali ke Kathmandu.

Perjalanan darat menuju perbatasan tidaklah mudah. Terjadi longsor di jalan-jalan raya, sehingga rombongan Clara harus kembali ke Kathmandu dan istirahat seminggu. Sampai - sampai lima kali mereka harus mengganti kendaraan pengangkut. Baik di Kota Zhangmo maupun Nylam Tim, Nepal, mereka menginap di hotel milik Pemerintah Cina. Kondisi kamarnya kurang memadai. Listrik sering mati, dan airnya yang keruh cuma sesekali mengalir. "Kami makan malam di restoran Cina yang makanannya berminyak," tutur Gibang Basuki.

Sementara menunggu waktu, mereka mengisi kegiatan dengan mengikuti ziarah ke kuil, adat penduduk Nepal dan Tibet yang diikuti pula para pendaki umumnya. "Di kuil itu banyak tanah liat dibakar, seperti di kasongan Yogya," kata Clara. Setelah itu mereka pun mengawali petualangan, dan tiba di tempat yang biasa disebut Base Camp. Di tempat setinggi 5.154 meter yang dilengkapi dengan pos dan alat komunikasi ini, Clara melakukan latihan naik turun gunung selama empat hari sambil menunggu kedatangan petugas penerjemah Cina.

Dan sekitar pukul 09.00 waktu setempat, 26 Agustus 1996, Clara memulai langkah yang bersejarah dalam hidupnya. Diiringi 12 pembawa beban, Clara menuju tempat pemberhentian berikutnya. Lokasi ini lazim disebut Camp 1, ditentukan sesuai dengan kemampuan para pendaki mengayun langkah. Untuk Clara, Camp 1 mencapai setinggi 5.500 meter. Di sini rombongan Clara disambut hujan lebat, sehingga mereka harus beristirahat dalam tenda. Paginya, menuju ke Camp 2 pada ketinggian 6.000 meter.

Setelah mereka beristirahat secukupnya, perjalanan dilanjutkan ke Camp 3, Advanced Camp. Di Camp 3 ini Clara harus melakukan latihan naik - turun gunung (aklimitasi) selama tiga pekan. Sebab di ketinggian 6.450 meter itu lapisan oksigen mulai berkurang sehingga banyak pendaki yang menderita hipoksia alias pusing karena kekurangan oksigen. Apalagi ia terserang batuk dan sakit tenggorokan karena tak tahan dengan suhu sedingin minus 350C, akibat badai salju. "Sampai - sampai susah bernapas," tuturnya.

Clara sembuh setelah diberi minum strepsil dan sebutir tablet antibiotik oleh seorang dokter Yogoslavia dari sebuah rombongan Amerika Serikat yang tiba belakangan. Tim pendaki Amerika Serikat dimintai Gibang Basuki tanda jasa. "Berupa barang apa saja bolehlah," kata Basuki. Sebab tim Amerika itu menggunakan rute -mulai Base Camp sampai Camp 3- yang dibuat oleh para sherpa dari tim Indonesia. Bukan karena komersial, melainkan sebagai balas jasa bagi para sherpa yang merintis jalur tersebut. Memang para sherpa inilah yang merintis jalan menuju kamp berikutnya, baru kemudian si pendaki mengikuti dari belakang. Salah seorang di antaranya bernama Ghalzhen yang terkenal lihai. Ia, bersama tiga rekannya, hampir tewas ditimpa longsoran salju (avalanche).

Tim Ceko yang beranggotakan 12 orang itu akhirnya memberi tali, tenda, bahan makanan, serta meminjamkan alat telekomunikasi berupa telepon satelit. Oleh Gibang Basuki, pemberian itu diserahkan kepada Ghalzhen dan 11 anggota pembawa barang lainnya. Sedangkan enam orang tim Afrika, yang juga menggunakan rute Indonesia, menyumbangkan tali dan uang kontan US$ 200. Lalu ada pula sebuah tim lain yang menolak dimintai sumbangan. Belakangan baru diketahui, ternyata mereka cuma mengantongi izin pendakian untuk seminggu. Artinya, ya mereka tidak bakal sampai ke pucuk Everest.

Didampingi empat sherpa (delapan lainnya sudah berangkat lebih dulu), tim Indonesia melanjutkan perjalanan ke Camp 4 yang tingginya 7.069 meter, untuk selanjutnya meneruskan perjalanan ke Camp 5, setinggi 7.900 meter. Saat hendak melanjutkan perjalanan ke Camp 6, Gibang Basuki kembali ke Camp 5. Hal ini memang lazim dilakukan sebuah tim pendakian solo (tunggal). Sebab, sebagai pendukung tim, Gibang harus berada di belakang. Bila kondisi memungkinkan, misalnya, persediaan oksigen dan cuaca cukup baik, barulah Gibang menyusul ke kamp berikutnya.

Di Camp 6 ini kemiringan mencapai 80 derajat, sehingga perlu istirahat sejenak meneguk air minum tiap berjalan setengah jam. Gunanya, untuk menghindari batuk dan radang tenggorokan. Di samping itu, di jalur ini banyak terdapat jebakan salju. "Saya sempat terperosok ke jurang," tutur Clara. Dalam perjalanan dari Camp 5 menuju kamp berikut, kondisinya kurang mendukung. Empasan angin yang sangat kencang dan berkabut memaksa misi pendakian dihentikan beberapa kali. "Air sisa pernapasan di masker saya sampai membeku menjadi es," Clara bercerita kepada Abdul Latief Siregar dari Gatra.

Alhamdulillah, Clara bersama lima sherpa berhasil mencapai Camp 6 pada pukul 16.00. Di lokasi yang tingginya 8.300 meter inilah Clara dan rombongan beristirahat. Tatkala istirahat itu, Clara yang masih dalam kondisi fit ditawari Kaji, pemimpin sherpa, untuk melanjutkan perjalanan. Menurut ramalan Kaji, cuaca di sekitar kamp cukup bagus. Ditawari begitu, Clara pun tergoda. Setelah dipikir masak-masak, maka diambil keputusan untuk melanjutkan perjalanan pada pukul 01.00 dini hari, menuju pucuk Dewi Bumi. Waktu itu Clara sempat mengingatkan Kaji agar Gibang Basuki diberitahu rencana mendadak itu. Sekaligus mengajak Gibang agar ikut dalam ekspedisi yang bersejarah itu. Namun, Kaji melarang dengan alasan persediaan oksigen mereka tak akan cukup. Belakangan Gibang mengetahui alasan Kaji itu cuma dibuat-buat. Apa boleh buat, Gibang Basuki yang sebetulnya juga mampu meraih puncak Everest cuma berada di Camp 5.

Jam menunjukkan pukul 01.00, Clara bangun dari tidurnya. Lalu menyantap nasi kering yang tersimpan di rantangnya, dan menenggak segelas teh manis hangat. Setelah itu barulah Clara berangkat menembus kegelapan malam disertai lima sherpa. Ia menuju puncak. Cuaca cukup bersahabat. Tidak berkabut, meski dingin sangat mencucuk. Untuk menghindari frostbite (pembekuan jari - jari tangan dan kaki), Clara mengenakan pakaian rangkap. Mulai dari long zone (sejenis pakaian senam), kaus bertangan pendek dan bertangan panjang, sampai baju hangat, yang kemudian ditutup lagi dengan down jacket yang direkomendasikan untuk suhu minus 40 derajat.

Selain itu Clara Sumarwati juga mengenakan sarung tangan berlapis - lapis. Mulai dari yang tipis, lalu kaus tangan yang direkomendasikan untuk dipakai dalam suhu minus 300C, sampai sarung tangan tebal. Demikian juga kaus kakinya sampai dua rangkap. Bisa dibayangkan betapa berat beban pakaian yang dikenakan para pendaki pada tahun 1920. Tapi kini hal itu bisa dihindari, "Karena bahannya bagus, terasa ringan," kata Clara.

Perjalanan menuju atap dunia pun dimulai. Itu dilakukan dengan cara travesing atau menyisir sambil mengitar. Para sherpa yang berpengalaman membuat hati Clara jadi tenang. Ghalzen yang membuat jalur, diikuti para sherpa lain seperti Dhawa, Ghalzen Kecil, dan Kaji, sang pimpinan, mengecek keselamatan jalur yang akan digunakan. Barulah Clara berjalan menyusul di belakang.

Menjelang sampai ke pucuk bumi, Clara dihadang hamparan salju sebatas paha manusia. Pada ketinggian 8.550 meter, hadangan pun makin serius. Sebab, bentuknya lain lagi. Yakni o­nggokan salju raksasa setinggi 10 meter, yang bentuknya seperti pinggul sapi. Untuk melewati gundukan itu, para pendaki memerlukan tangga dan tali. Demikian juga Clara. Dengan tangga yang sudah agak retak setinggi 10 meter dan tali-temali, ia akhirnya melewati hadangan itu.

 ▲ INDONESIA RAYA BERKUMANDANG

Sulit dibayangkan, saya akhirnya dapat melalui gundukan itu," kata Clara dengan bangga. Maka, ketika jarum jam menunjukkan pukul 11.00 waktu setempat, Clara Sumarwati pun sampai di pucuk Everest. Setelah memandang ke sekeliling dan merasa yakin bahwa ia memang sedang tegak di atap dunia, Clara berkata dalam hati, "Tiba-tiba saya merasa sangat kecil dan rendah." Setelah selesai mengucapkan 50 kali doa Salam Maria sambil memegang rosarionya (seperti tasbih), pemeluk Katolik ini menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sambil memegang Sang Merah Putih. Lalu wanita kelahiran Yogyakarta ini berpose memegang majalah Time yang bergambar sampul Presiden Soeharto.

Sementara itu, Gibang Basuki menunggu kabar di Camp 4 dengan cemas. Begitu mendengar kabar keberhasilan Clara dari handy talky di genggamannya, ia terkejut bercampur gembira. "Saya sudah mau marah. Kok lama nggak turun - turun," ujar Sersan Dua Koppasus ini. Lalu ia turun ke Camp 3, meminjam peralatan komunikasi tim Ceko, untuk mengabarkan keberhasilan ini ke Indonesia.

Keraguan atas keberhasilan Clara, yang sejak semula menggelayuti hampir seluruh pendaki Indonesia, pun hilang. Seorang putri Indonesia ternyata mampu meraih prestasi tertinggi dunia. Yakni menaklukkan pucuk Gunung Everest dalam waktu 53 hari. Sebuah perkumpulan pendaki gunung Nepal bernama Pasang Lhamu (diambil dari nama seorang pendaki wanita Nepal yang tewas di puncak Himalaya tahun 1993), telah mengatur pertemuan antara Clara dan Menteri Olahraga Nepal.

Sebuah konferensi pers menyambutnya di Kathmandu, sesaat setelah Clara menjejakkan kaki kembali di ibu kota Nepal itu. Sejumlah piagam dan kertas penghargaan diberikan kepadanya. Antara lain, diangkat menjadi anggota kehormatan oleh Nepal Mountaineering Association. Sedangkan China Mountaineering Association (CMA) dan China Tibet Mountaineering Association (CTMA) memberi selembar sertifikat, yang menandakan bahwa Clara Sumarwati adalah salah seorang pendaki yang berhasil mencapai puncak tertinggi di dunia.

Dan sekembalinya di Indonesia, Clara langsung menghadap Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia, Wismoyo Arismunandar. Dalam pekan itu Clara diperkirakan akan mengadakan jumpa pers mengenai keberhasilannya itu.


[sumber belantaraindonesia]
Diposting oleh abarky di 11.19.00 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Artikel
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

☆ Translate

☆ Pembaca

☆ Arsip Blog

  • ►  2025 (231)
    • ►  05/18 - 05/25 (1)
    • ►  05/11 - 05/18 (9)
    • ►  05/04 - 05/11 (12)
    • ►  04/27 - 05/04 (14)
    • ►  04/20 - 04/27 (12)
    • ►  04/13 - 04/20 (13)
    • ►  04/06 - 04/13 (12)
    • ►  03/30 - 04/06 (8)
    • ►  03/23 - 03/30 (12)
    • ►  03/16 - 03/23 (10)
    • ►  03/09 - 03/16 (10)
    • ►  03/02 - 03/09 (10)
    • ►  02/23 - 03/02 (17)
    • ►  02/16 - 02/23 (12)
    • ►  02/09 - 02/16 (15)
    • ►  02/02 - 02/09 (15)
    • ►  01/26 - 02/02 (10)
    • ►  01/19 - 01/26 (15)
    • ►  01/12 - 01/19 (14)
    • ►  01/05 - 01/12 (10)
  • ►  2024 (789)
    • ►  12/29 - 01/05 (15)
    • ►  12/22 - 12/29 (11)
    • ►  12/15 - 12/22 (12)
    • ►  12/08 - 12/15 (11)
    • ►  12/01 - 12/08 (8)
    • ►  11/24 - 12/01 (16)
    • ►  11/17 - 11/24 (12)
    • ►  11/10 - 11/17 (14)
    • ►  11/03 - 11/10 (16)
    • ►  10/27 - 11/03 (17)
    • ►  10/20 - 10/27 (17)
    • ►  10/13 - 10/20 (18)
    • ►  10/06 - 10/13 (18)
    • ►  09/29 - 10/06 (17)
    • ►  09/22 - 09/29 (25)
    • ►  09/15 - 09/22 (19)
    • ►  09/08 - 09/15 (13)
    • ►  09/01 - 09/08 (17)
    • ►  08/25 - 09/01 (18)
    • ►  08/18 - 08/25 (14)
    • ►  08/11 - 08/18 (13)
    • ►  08/04 - 08/11 (13)
    • ►  07/28 - 08/04 (14)
    • ►  07/21 - 07/28 (13)
    • ►  07/14 - 07/21 (11)
    • ►  07/07 - 07/14 (17)
    • ►  06/30 - 07/07 (22)
    • ►  06/23 - 06/30 (12)
    • ►  06/16 - 06/23 (13)
    • ►  06/09 - 06/16 (14)
    • ►  06/02 - 06/09 (21)
    • ►  05/26 - 06/02 (13)
    • ►  05/19 - 05/26 (10)
    • ►  05/12 - 05/19 (10)
    • ►  05/05 - 05/12 (19)
    • ►  04/28 - 05/05 (14)
    • ►  04/21 - 04/28 (15)
    • ►  04/14 - 04/21 (17)
    • ►  04/07 - 04/14 (12)
    • ►  03/31 - 04/07 (21)
    • ►  03/24 - 03/31 (17)
    • ►  03/17 - 03/24 (16)
    • ►  03/10 - 03/17 (14)
    • ►  03/03 - 03/10 (17)
    • ►  02/25 - 03/03 (17)
    • ►  02/18 - 02/25 (24)
    • ►  02/11 - 02/18 (15)
    • ►  02/04 - 02/11 (11)
    • ►  01/28 - 02/04 (10)
    • ►  01/21 - 01/28 (19)
    • ►  01/14 - 01/21 (14)
    • ►  01/07 - 01/14 (13)
  • ►  2023 (1045)
    • ►  12/31 - 01/07 (10)
    • ►  12/24 - 12/31 (13)
    • ►  12/17 - 12/24 (11)
    • ►  12/10 - 12/17 (14)
    • ►  12/03 - 12/10 (16)
    • ►  11/26 - 12/03 (15)
    • ►  11/19 - 11/26 (18)
    • ►  11/12 - 11/19 (17)
    • ►  11/05 - 11/12 (15)
    • ►  10/29 - 11/05 (14)
    • ►  10/22 - 10/29 (17)
    • ►  10/15 - 10/22 (16)
    • ►  10/08 - 10/15 (18)
    • ►  10/01 - 10/08 (19)
    • ►  09/24 - 10/01 (14)
    • ►  09/17 - 09/24 (22)
    • ►  09/10 - 09/17 (19)
    • ►  09/03 - 09/10 (19)
    • ►  08/27 - 09/03 (22)
    • ►  08/20 - 08/27 (22)
    • ►  08/13 - 08/20 (16)
    • ►  08/06 - 08/13 (22)
    • ►  07/30 - 08/06 (19)
    • ►  07/23 - 07/30 (18)
    • ►  07/16 - 07/23 (17)
    • ►  07/09 - 07/16 (17)
    • ►  07/02 - 07/09 (17)
    • ►  06/25 - 07/02 (18)
    • ►  06/18 - 06/25 (21)
    • ►  06/11 - 06/18 (15)
    • ►  06/04 - 06/11 (23)
    • ►  05/28 - 06/04 (25)
    • ►  05/21 - 05/28 (22)
    • ►  05/14 - 05/21 (19)
    • ►  05/07 - 05/14 (23)
    • ►  04/30 - 05/07 (18)
    • ►  04/23 - 04/30 (19)
    • ►  04/16 - 04/23 (23)
    • ►  04/09 - 04/16 (21)
    • ►  04/02 - 04/09 (22)
    • ►  03/26 - 04/02 (19)
    • ►  03/19 - 03/26 (20)
    • ►  03/12 - 03/19 (30)
    • ►  03/05 - 03/12 (26)
    • ►  02/26 - 03/05 (27)
    • ►  02/19 - 02/26 (31)
    • ►  02/12 - 02/19 (29)
    • ►  02/05 - 02/12 (26)
    • ►  01/29 - 02/05 (21)
    • ►  01/22 - 01/29 (22)
    • ►  01/15 - 01/22 (24)
    • ►  01/08 - 01/15 (19)
    • ►  01/01 - 01/08 (25)
  • ►  2022 (1151)
    • ►  12/25 - 01/01 (18)
    • ►  12/18 - 12/25 (21)
    • ►  12/11 - 12/18 (20)
    • ►  12/04 - 12/11 (23)
    • ►  11/27 - 12/04 (18)
    • ►  11/20 - 11/27 (18)
    • ►  11/13 - 11/20 (27)
    • ►  11/06 - 11/13 (32)
    • ►  10/30 - 11/06 (54)
    • ►  10/23 - 10/30 (22)
    • ►  10/16 - 10/23 (23)
    • ►  10/09 - 10/16 (17)
    • ►  10/02 - 10/09 (15)
    • ►  09/25 - 10/02 (25)
    • ►  09/18 - 09/25 (19)
    • ►  09/11 - 09/18 (20)
    • ►  09/04 - 09/11 (26)
    • ►  08/28 - 09/04 (24)
    • ►  08/21 - 08/28 (15)
    • ►  08/14 - 08/21 (20)
    • ►  08/07 - 08/14 (22)
    • ►  07/31 - 08/07 (18)
    • ►  07/24 - 07/31 (20)
    • ►  07/17 - 07/24 (17)
    • ►  07/10 - 07/17 (23)
    • ►  07/03 - 07/10 (20)
    • ►  06/26 - 07/03 (20)
    • ►  06/19 - 06/26 (18)
    • ►  06/12 - 06/19 (20)
    • ►  06/05 - 06/12 (24)
    • ►  05/29 - 06/05 (23)
    • ►  05/22 - 05/29 (23)
    • ►  05/15 - 05/22 (22)
    • ►  05/08 - 05/15 (13)
    • ►  05/01 - 05/08 (13)
    • ►  04/24 - 05/01 (16)
    • ►  04/17 - 04/24 (25)
    • ►  04/10 - 04/17 (29)
    • ►  04/03 - 04/10 (26)
    • ►  03/27 - 04/03 (23)
    • ►  03/20 - 03/27 (25)
    • ►  03/13 - 03/20 (20)
    • ►  03/06 - 03/13 (20)
    • ►  02/27 - 03/06 (16)
    • ►  02/20 - 02/27 (20)
    • ►  02/13 - 02/20 (26)
    • ►  02/06 - 02/13 (31)
    • ►  01/30 - 02/06 (18)
    • ►  01/23 - 01/30 (31)
    • ►  01/16 - 01/23 (33)
    • ►  01/09 - 01/16 (24)
    • ►  01/02 - 01/09 (15)
  • ►  2021 (1266)
    • ►  12/26 - 01/02 (26)
    • ►  12/19 - 12/26 (17)
    • ►  12/12 - 12/19 (15)
    • ►  12/05 - 12/12 (29)
    • ►  11/28 - 12/05 (27)
    • ►  11/21 - 11/28 (26)
    • ►  11/14 - 11/21 (30)
    • ►  11/07 - 11/14 (23)
    • ►  10/31 - 11/07 (19)
    • ►  10/24 - 10/31 (24)
    • ►  10/17 - 10/24 (21)
    • ►  10/10 - 10/17 (22)
    • ►  10/03 - 10/10 (20)
    • ►  09/26 - 10/03 (27)
    • ►  09/19 - 09/26 (25)
    • ►  09/12 - 09/19 (21)
    • ►  09/05 - 09/12 (27)
    • ►  08/29 - 09/05 (29)
    • ►  08/22 - 08/29 (23)
    • ►  08/15 - 08/22 (33)
    • ►  08/08 - 08/15 (18)
    • ►  08/01 - 08/08 (21)
    • ►  07/25 - 08/01 (18)
    • ►  07/18 - 07/25 (14)
    • ►  07/11 - 07/18 (13)
    • ►  07/04 - 07/11 (16)
    • ►  06/27 - 07/04 (19)
    • ►  06/20 - 06/27 (26)
    • ►  06/13 - 06/20 (25)
    • ►  06/06 - 06/13 (26)
    • ►  05/30 - 06/06 (24)
    • ►  05/23 - 05/30 (30)
    • ►  05/16 - 05/23 (29)
    • ►  05/09 - 05/16 (18)
    • ►  05/02 - 05/09 (21)
    • ►  04/25 - 05/02 (30)
    • ►  04/18 - 04/25 (31)
    • ►  04/11 - 04/18 (29)
    • ►  04/04 - 04/11 (41)
    • ►  03/28 - 04/04 (36)
    • ►  03/21 - 03/28 (32)
    • ►  03/14 - 03/21 (32)
    • ►  03/07 - 03/14 (30)
    • ►  02/28 - 03/07 (23)
    • ►  02/21 - 02/28 (23)
    • ►  02/14 - 02/21 (35)
    • ►  02/07 - 02/14 (18)
    • ►  01/31 - 02/07 (21)
    • ►  01/24 - 01/31 (27)
    • ►  01/17 - 01/24 (18)
    • ►  01/10 - 01/17 (22)
    • ►  01/03 - 01/10 (16)
  • ►  2020 (798)
    • ►  12/27 - 01/03 (21)
    • ►  12/20 - 12/27 (14)
    • ►  12/13 - 12/20 (14)
    • ►  12/06 - 12/13 (17)
    • ►  11/29 - 12/06 (25)
    • ►  11/22 - 11/29 (21)
    • ►  11/15 - 11/22 (16)
    • ►  11/08 - 11/15 (13)
    • ►  11/01 - 11/08 (16)
    • ►  10/25 - 11/01 (14)
    • ►  10/18 - 10/25 (20)
    • ►  10/11 - 10/18 (18)
    • ►  10/04 - 10/11 (21)
    • ►  09/27 - 10/04 (16)
    • ►  09/20 - 09/27 (18)
    • ►  09/13 - 09/20 (15)
    • ►  09/06 - 09/13 (22)
    • ►  08/30 - 09/06 (20)
    • ►  08/23 - 08/30 (20)
    • ►  08/16 - 08/23 (15)
    • ►  08/09 - 08/16 (22)
    • ►  08/02 - 08/09 (19)
    • ►  07/26 - 08/02 (18)
    • ►  07/19 - 07/26 (23)
    • ►  07/12 - 07/19 (23)
    • ►  07/05 - 07/12 (17)
    • ►  06/28 - 07/05 (13)
    • ►  06/21 - 06/28 (10)
    • ►  06/14 - 06/21 (19)
    • ►  06/07 - 06/14 (12)
    • ►  05/31 - 06/07 (10)
    • ►  05/24 - 05/31 (8)
    • ►  05/17 - 05/24 (10)
    • ►  05/10 - 05/17 (13)
    • ►  05/03 - 05/10 (7)
    • ►  04/26 - 05/03 (7)
    • ►  04/19 - 04/26 (8)
    • ►  04/12 - 04/19 (7)
    • ►  04/05 - 04/12 (7)
    • ►  03/29 - 04/05 (9)
    • ►  03/22 - 03/29 (10)
    • ►  03/15 - 03/22 (12)
    • ►  03/08 - 03/15 (11)
    • ►  03/01 - 03/08 (12)
    • ►  02/23 - 03/01 (14)
    • ►  02/16 - 02/23 (12)
    • ►  02/09 - 02/16 (19)
    • ►  02/02 - 02/09 (18)
    • ►  01/26 - 02/02 (18)
    • ►  01/19 - 01/26 (18)
    • ►  01/12 - 01/19 (20)
    • ►  01/05 - 01/12 (16)
  • ►  2019 (618)
    • ►  12/29 - 01/05 (16)
    • ►  12/22 - 12/29 (8)
    • ►  12/15 - 12/22 (12)
    • ►  12/08 - 12/15 (19)
    • ►  12/01 - 12/08 (12)
    • ►  11/24 - 12/01 (16)
    • ►  11/17 - 11/24 (15)
    • ►  11/10 - 11/17 (18)
    • ►  11/03 - 11/10 (15)
    • ►  10/27 - 11/03 (14)
    • ►  10/20 - 10/27 (10)
    • ►  10/13 - 10/20 (12)
    • ►  10/06 - 10/13 (12)
    • ►  09/29 - 10/06 (6)
    • ►  09/22 - 09/29 (10)
    • ►  09/15 - 09/22 (9)
    • ►  09/08 - 09/15 (13)
    • ►  09/01 - 09/08 (10)
    • ►  08/25 - 09/01 (13)
    • ►  08/18 - 08/25 (17)
    • ►  08/11 - 08/18 (10)
    • ►  08/04 - 08/11 (12)
    • ►  07/28 - 08/04 (15)
    • ►  07/21 - 07/28 (17)
    • ►  07/14 - 07/21 (19)
    • ►  07/07 - 07/14 (8)
    • ►  06/30 - 07/07 (12)
    • ►  06/23 - 06/30 (9)
    • ►  06/16 - 06/23 (11)
    • ►  06/09 - 06/16 (7)
    • ►  06/02 - 06/09 (5)
    • ►  05/26 - 06/02 (7)
    • ►  05/19 - 05/26 (2)
    • ►  05/12 - 05/19 (8)
    • ►  05/05 - 05/12 (6)
    • ►  04/28 - 05/05 (11)
    • ►  04/21 - 04/28 (6)
    • ►  04/14 - 04/21 (11)
    • ►  04/07 - 04/14 (21)
    • ►  03/31 - 04/07 (29)
    • ►  03/24 - 03/31 (16)
    • ►  03/17 - 03/24 (11)
    • ►  03/10 - 03/17 (11)
    • ►  03/03 - 03/10 (10)
    • ►  02/24 - 03/03 (14)
    • ►  02/17 - 02/24 (8)
    • ►  02/10 - 02/17 (10)
    • ►  02/03 - 02/10 (9)
    • ►  01/27 - 02/03 (14)
    • ►  01/20 - 01/27 (12)
    • ►  01/13 - 01/20 (9)
    • ►  01/06 - 01/13 (11)
  • ►  2018 (896)
    • ►  12/30 - 01/06 (10)
    • ►  12/23 - 12/30 (9)
    • ►  12/16 - 12/23 (18)
    • ►  12/09 - 12/16 (19)
    • ►  12/02 - 12/09 (16)
    • ►  11/25 - 12/02 (16)
    • ►  11/18 - 11/25 (20)
    • ►  11/11 - 11/18 (26)
    • ►  11/04 - 11/11 (33)
    • ►  10/28 - 11/04 (17)
    • ►  10/21 - 10/28 (16)
    • ►  10/14 - 10/21 (15)
    • ►  10/07 - 10/14 (20)
    • ►  09/30 - 10/07 (19)
    • ►  09/23 - 09/30 (16)
    • ►  09/16 - 09/23 (17)
    • ►  09/09 - 09/16 (13)
    • ►  09/02 - 09/09 (13)
    • ►  08/26 - 09/02 (18)
    • ►  08/19 - 08/26 (13)
    • ►  08/12 - 08/19 (18)
    • ►  08/05 - 08/12 (9)
    • ►  07/29 - 08/05 (13)
    • ►  07/22 - 07/29 (13)
    • ►  07/15 - 07/22 (15)
    • ►  07/08 - 07/15 (11)
    • ►  07/01 - 07/08 (4)
    • ►  06/24 - 07/01 (9)
    • ►  06/17 - 06/24 (6)
    • ►  06/10 - 06/17 (8)
    • ►  06/03 - 06/10 (13)
    • ►  05/27 - 06/03 (12)
    • ►  05/20 - 05/27 (16)
    • ►  05/13 - 05/20 (22)
    • ►  05/06 - 05/13 (28)
    • ►  04/29 - 05/06 (32)
    • ►  04/22 - 04/29 (23)
    • ►  04/15 - 04/22 (26)
    • ►  04/08 - 04/15 (22)
    • ►  04/01 - 04/08 (14)
    • ►  03/25 - 04/01 (15)
    • ►  03/18 - 03/25 (23)
    • ►  03/11 - 03/18 (16)
    • ►  03/04 - 03/11 (14)
    • ►  02/25 - 03/04 (18)
    • ►  02/18 - 02/25 (18)
    • ►  02/11 - 02/18 (17)
    • ►  02/04 - 02/11 (30)
    • ►  01/28 - 02/04 (14)
    • ►  01/21 - 01/28 (27)
    • ►  01/14 - 01/21 (18)
    • ►  01/07 - 01/14 (28)
  • ►  2017 (1796)
    • ►  12/31 - 01/07 (9)
    • ►  12/24 - 12/31 (11)
    • ►  12/17 - 12/24 (12)
    • ►  12/10 - 12/17 (15)
    • ►  12/03 - 12/10 (14)
    • ►  11/26 - 12/03 (15)
    • ►  11/19 - 11/26 (23)
    • ►  11/12 - 11/19 (26)
    • ►  11/05 - 11/12 (21)
    • ►  10/29 - 11/05 (18)
    • ►  10/22 - 10/29 (18)
    • ►  10/15 - 10/22 (31)
    • ►  10/08 - 10/15 (16)
    • ►  10/01 - 10/08 (21)
    • ►  09/24 - 10/01 (25)
    • ►  09/17 - 09/24 (21)
    • ►  09/10 - 09/17 (20)
    • ►  09/03 - 09/10 (23)
    • ►  08/27 - 09/03 (29)
    • ►  08/20 - 08/27 (32)
    • ►  08/13 - 08/20 (34)
    • ►  08/06 - 08/13 (29)
    • ►  07/30 - 08/06 (40)
    • ►  07/23 - 07/30 (52)
    • ►  07/16 - 07/23 (38)
    • ►  07/09 - 07/16 (48)
    • ►  07/02 - 07/09 (42)
    • ►  06/25 - 07/02 (27)
    • ►  06/18 - 06/25 (39)
    • ►  06/11 - 06/18 (44)
    • ►  06/04 - 06/11 (36)
    • ►  05/28 - 06/04 (33)
    • ►  05/21 - 05/28 (46)
    • ►  05/14 - 05/21 (49)
    • ►  05/07 - 05/14 (41)
    • ►  04/30 - 05/07 (39)
    • ►  04/23 - 04/30 (43)
    • ►  04/16 - 04/23 (44)
    • ►  04/09 - 04/16 (41)
    • ►  04/02 - 04/09 (59)
    • ►  03/26 - 04/02 (51)
    • ►  03/19 - 03/26 (60)
    • ►  03/12 - 03/19 (36)
    • ►  03/05 - 03/12 (52)
    • ►  02/26 - 03/05 (42)
    • ►  02/19 - 02/26 (48)
    • ►  02/12 - 02/19 (31)
    • ►  02/05 - 02/12 (47)
    • ►  01/29 - 02/05 (32)
    • ►  01/22 - 01/29 (39)
    • ►  01/15 - 01/22 (53)
    • ►  01/08 - 01/15 (39)
    • ►  01/01 - 01/08 (42)
  • ►  2016 (2926)
    • ►  12/25 - 01/01 (46)
    • ►  12/18 - 12/25 (64)
    • ►  12/11 - 12/18 (53)
    • ►  12/04 - 12/11 (57)
    • ►  11/27 - 12/04 (49)
    • ►  11/20 - 11/27 (78)
    • ►  11/13 - 11/20 (66)
    • ►  11/06 - 11/13 (75)
    • ►  10/30 - 11/06 (111)
    • ►  10/23 - 10/30 (78)
    • ►  10/16 - 10/23 (50)
    • ►  10/09 - 10/16 (51)
    • ►  10/02 - 10/09 (68)
    • ►  09/25 - 10/02 (62)
    • ►  09/18 - 09/25 (62)
    • ►  09/11 - 09/18 (54)
    • ►  09/04 - 09/11 (56)
    • ►  08/28 - 09/04 (53)
    • ►  08/21 - 08/28 (58)
    • ►  08/14 - 08/21 (51)
    • ►  08/07 - 08/14 (66)
    • ►  07/31 - 08/07 (67)
    • ►  07/24 - 07/31 (49)
    • ►  07/17 - 07/24 (71)
    • ►  07/10 - 07/17 (48)
    • ►  07/03 - 07/10 (23)
    • ►  06/26 - 07/03 (47)
    • ►  06/19 - 06/26 (69)
    • ►  06/12 - 06/19 (48)
    • ►  06/05 - 06/12 (33)
    • ►  05/29 - 06/05 (45)
    • ►  05/22 - 05/29 (34)
    • ►  05/15 - 05/22 (34)
    • ►  05/08 - 05/15 (45)
    • ►  05/01 - 05/08 (50)
    • ►  04/24 - 05/01 (46)
    • ►  04/17 - 04/24 (32)
    • ►  04/10 - 04/17 (34)
    • ►  04/03 - 04/10 (65)
    • ►  03/27 - 04/03 (52)
    • ►  03/20 - 03/27 (53)
    • ►  03/13 - 03/20 (53)
    • ►  03/06 - 03/13 (55)
    • ►  02/28 - 03/06 (63)
    • ►  02/21 - 02/28 (48)
    • ►  02/14 - 02/21 (65)
    • ►  02/07 - 02/14 (64)
    • ►  01/31 - 02/07 (58)
    • ►  01/24 - 01/31 (63)
    • ►  01/17 - 01/24 (62)
    • ►  01/10 - 01/17 (73)
    • ►  01/03 - 01/10 (69)
  • ►  2015 (3859)
    • ►  12/27 - 01/03 (66)
    • ►  12/20 - 12/27 (46)
    • ►  12/13 - 12/20 (67)
    • ►  12/06 - 12/13 (66)
    • ►  11/29 - 12/06 (72)
    • ►  11/22 - 11/29 (80)
    • ►  11/15 - 11/22 (75)
    • ►  11/08 - 11/15 (72)
    • ►  11/01 - 11/08 (49)
    • ►  10/25 - 11/01 (69)
    • ►  10/18 - 10/25 (59)
    • ►  10/11 - 10/18 (60)
    • ►  10/04 - 10/11 (79)
    • ►  09/27 - 10/04 (75)
    • ►  09/20 - 09/27 (62)
    • ►  09/13 - 09/20 (83)
    • ►  09/06 - 09/13 (84)
    • ►  08/30 - 09/06 (78)
    • ►  08/23 - 08/30 (78)
    • ►  08/16 - 08/23 (88)
    • ►  08/09 - 08/16 (81)
    • ►  08/02 - 08/09 (84)
    • ►  07/26 - 08/02 (75)
    • ►  07/19 - 07/26 (40)
    • ►  07/12 - 07/19 (66)
    • ►  07/05 - 07/12 (71)
    • ►  06/28 - 07/05 (75)
    • ►  06/21 - 06/28 (64)
    • ►  06/14 - 06/21 (85)
    • ►  06/07 - 06/14 (71)
    • ►  05/31 - 06/07 (72)
    • ►  05/24 - 05/31 (66)
    • ►  05/17 - 05/24 (62)
    • ►  05/10 - 05/17 (59)
    • ►  05/03 - 05/10 (66)
    • ►  04/26 - 05/03 (79)
    • ►  04/19 - 04/26 (77)
    • ►  04/12 - 04/19 (71)
    • ►  04/05 - 04/12 (88)
    • ►  03/29 - 04/05 (75)
    • ►  03/22 - 03/29 (77)
    • ►  03/15 - 03/22 (93)
    • ►  03/08 - 03/15 (83)
    • ►  03/01 - 03/08 (74)
    • ►  02/22 - 03/01 (72)
    • ►  02/15 - 02/22 (68)
    • ►  02/08 - 02/15 (93)
    • ►  02/01 - 02/08 (88)
    • ►  01/25 - 02/01 (90)
    • ►  01/18 - 01/25 (81)
    • ►  01/11 - 01/18 (97)
    • ►  01/04 - 01/11 (108)
  • ►  2014 (4200)
    • ►  12/28 - 01/04 (105)
    • ►  12/21 - 12/28 (100)
    • ►  12/14 - 12/21 (119)
    • ►  12/07 - 12/14 (106)
    • ►  11/30 - 12/07 (83)
    • ►  11/23 - 11/30 (81)
    • ►  11/16 - 11/23 (97)
    • ►  11/09 - 11/16 (100)
    • ►  11/02 - 11/09 (126)
    • ►  10/26 - 11/02 (79)
    • ►  10/19 - 10/26 (88)
    • ►  10/12 - 10/19 (74)
    • ►  10/05 - 10/12 (107)
    • ►  09/28 - 10/05 (71)
    • ►  09/21 - 09/28 (85)
    • ►  09/14 - 09/21 (82)
    • ►  09/07 - 09/14 (76)
    • ►  08/31 - 09/07 (78)
    • ►  08/24 - 08/31 (77)
    • ►  08/17 - 08/24 (90)
    • ►  08/10 - 08/17 (75)
    • ►  08/03 - 08/10 (68)
    • ►  07/27 - 08/03 (49)
    • ►  07/20 - 07/27 (78)
    • ►  07/13 - 07/20 (82)
    • ►  07/06 - 07/13 (61)
    • ►  06/29 - 07/06 (69)
    • ►  06/22 - 06/29 (97)
    • ►  06/15 - 06/22 (70)
    • ►  06/08 - 06/15 (69)
    • ►  06/01 - 06/08 (129)
    • ►  05/25 - 06/01 (92)
    • ►  05/18 - 05/25 (61)
    • ►  05/11 - 05/18 (73)
    • ►  05/04 - 05/11 (69)
    • ►  04/27 - 05/04 (78)
    • ►  04/20 - 04/27 (71)
    • ►  04/13 - 04/20 (71)
    • ►  04/06 - 04/13 (67)
    • ►  03/30 - 04/06 (64)
    • ►  03/23 - 03/30 (75)
    • ►  03/16 - 03/23 (67)
    • ►  03/09 - 03/16 (87)
    • ►  03/02 - 03/09 (71)
    • ►  02/23 - 03/02 (90)
    • ►  02/16 - 02/23 (82)
    • ►  02/09 - 02/16 (84)
    • ►  02/02 - 02/09 (76)
    • ►  01/26 - 02/02 (63)
    • ►  01/19 - 01/26 (73)
    • ►  01/12 - 01/19 (58)
    • ►  01/05 - 01/12 (57)
  • ►  2013 (3186)
    • ►  12/29 - 01/05 (27)
    • ►  12/22 - 12/29 (41)
    • ►  12/15 - 12/22 (74)
    • ►  12/08 - 12/15 (79)
    • ►  12/01 - 12/08 (60)
    • ►  11/24 - 12/01 (78)
    • ►  11/17 - 11/24 (77)
    • ►  11/10 - 11/17 (76)
    • ►  11/03 - 11/10 (65)
    • ►  10/27 - 11/03 (67)
    • ►  10/20 - 10/27 (47)
    • ►  10/13 - 10/20 (43)
    • ►  10/06 - 10/13 (56)
    • ►  09/29 - 10/06 (66)
    • ►  09/22 - 09/29 (66)
    • ►  09/15 - 09/22 (48)
    • ►  09/08 - 09/15 (56)
    • ►  09/01 - 09/08 (76)
    • ►  08/25 - 09/01 (80)
    • ►  08/18 - 08/25 (73)
    • ►  08/11 - 08/18 (56)
    • ►  08/04 - 08/11 (38)
    • ►  07/28 - 08/04 (54)
    • ►  07/21 - 07/28 (44)
    • ►  07/14 - 07/21 (60)
    • ►  07/07 - 07/14 (53)
    • ►  06/30 - 07/07 (57)
    • ►  06/23 - 06/30 (59)
    • ►  06/16 - 06/23 (52)
    • ►  06/09 - 06/16 (76)
    • ►  06/02 - 06/09 (78)
    • ►  05/26 - 06/02 (75)
    • ►  05/19 - 05/26 (82)
    • ►  05/12 - 05/19 (90)
    • ►  05/05 - 05/12 (78)
    • ►  04/28 - 05/05 (88)
    • ►  04/21 - 04/28 (68)
    • ►  04/14 - 04/21 (57)
    • ►  04/07 - 04/14 (52)
    • ►  03/31 - 04/07 (54)
    • ►  03/24 - 03/31 (55)
    • ►  03/17 - 03/24 (68)
    • ►  03/10 - 03/17 (44)
    • ►  03/03 - 03/10 (53)
    • ►  02/24 - 03/03 (63)
    • ►  02/17 - 02/24 (59)
    • ►  02/10 - 02/17 (71)
    • ►  02/03 - 02/10 (44)
    • ►  01/27 - 02/03 (67)
    • ►  01/20 - 01/27 (43)
    • ►  01/13 - 01/20 (44)
    • ►  01/06 - 01/13 (49)
  • ▼  2012 (2101)
    • ►  12/30 - 01/06 (55)
    • ►  12/23 - 12/30 (38)
    • ►  12/16 - 12/23 (66)
    • ►  12/09 - 12/16 (34)
    • ►  12/02 - 12/09 (61)
    • ►  11/25 - 12/02 (63)
    • ►  11/18 - 11/25 (57)
    • ►  11/11 - 11/18 (55)
    • ►  11/04 - 11/11 (85)
    • ►  10/28 - 11/04 (57)
    • ►  10/21 - 10/28 (47)
    • ►  10/14 - 10/21 (58)
    • ►  10/07 - 10/14 (67)
    • ►  09/30 - 10/07 (53)
    • ►  09/23 - 09/30 (49)
    • ►  09/16 - 09/23 (48)
    • ►  09/09 - 09/16 (43)
    • ►  09/02 - 09/09 (74)
    • ►  08/26 - 09/02 (52)
    • ►  08/19 - 08/26 (30)
    • ►  08/12 - 08/19 (31)
    • ►  08/05 - 08/12 (41)
    • ►  07/29 - 08/05 (44)
    • ►  07/22 - 07/29 (27)
    • ►  07/15 - 07/22 (44)
    • ►  07/08 - 07/15 (35)
    • ►  07/01 - 07/08 (46)
    • ►  06/24 - 07/01 (44)
    • ►  06/17 - 06/24 (46)
    • ►  06/10 - 06/17 (44)
    • ►  06/03 - 06/10 (51)
    • ►  05/27 - 06/03 (49)
    • ►  05/20 - 05/27 (44)
    • ►  05/13 - 05/20 (39)
    • ►  05/06 - 05/13 (52)
    • ►  04/29 - 05/06 (47)
    • ►  04/22 - 04/29 (55)
    • ►  04/15 - 04/22 (70)
    • ▼  04/08 - 04/15 (56)
      • Vila Salazar
      • Penyergapan Nikolau Lobato
      • Boeing 737 Jalani D Check di AIROD
      • 200 personel TNI siap ke Lebanon
      • ★ Combat Management System
      • Dirembug Di Dalam Kereta Api
      • Clara Sumarwati Adalah Pendaki Sejati
      • Membentuk Industri Pertahanan Indonesia
      • Giant Bow I
      • Merebut Bandara Kapeso
      • FV-603 Saracen
      • Penangkapan Agen Intelijen Rusia
      • Fatahilah Class
      • Penugasan Pasukan Garuda Bhayangkara di Darfur Sudan
      • ☆ 75 Menit Bersama Kunarto Pada Sepotong Pagi Tahu...
      • BRDM-1
      • Minggu Palma 1976
      • Petaka Menjelang Hari Jadi
      • Penyergapan David Alex
      • LVT-7A1
      • Operasi sergap persembunyian teroris di Jatiasih, ...
      • Dishubkominfo Akan Bersihkan Ranjau
      • ★ Pesawat - Pesawat Buatan Anak Negeri Indonesia
      • Duka dari penugasan KONGA XX-F di Kongo
      • Menyeru Nama "Tuhan" Di Rawa-Rawa
      • Fokker F-27
      • Membendung Sniper Liar
      • Kapolsek Mulia Tewas Ditembak OPM
      • ★ Moro LIPI V1
      • Indonesia Jajaki Pembelian Alutsista dari Inggris
      • TNI-AU kerja sama dengan PT DAE
      • TNI AL Siapkan Lima KRI Antisipasi Gempa
      • Operasi Temanggung
      • ☆ Leo Wattimena
      • Muntaha Hill
      • Mandau Class
      • ★ Target Drone
      • Serangan Teror Di Bumi Pertiwi
      • Penangkapan 3 Pelaku Penculikan WN Rusia
      • ✪ Kebutuhan Teknologi Pesawat Patroli Maritim Indo...
      • Sibarau Class
      • Saat Konflik IDF dan LAF
      • ★ ITS Buat Kapal Perang 1,8 Miliar
      • Pindad Sanggup Produksi Tank Leopard Versi Indonesia
      • TNI AU akan beli simulator Sukhoi
      • PT. Pindad Siap Penuhi Program Revitalisasi Alutsi...
      • ★ Radar Militer dan Sipil Diintegrasikan
      • RI-China mantapkan mekanisme alih teknologi rudal
      • Juwono: Pengadaan Sukhoi Era Megawati Keluar Jalur
      • Sikatan : Penugasan Pertama di Medan Tempur
      • Menggempur Tropaz
      • Tank Malaysia Siaga di Perbatasan Kalimantan
      • ☆ Alexander Evert Kawilarang
      • FV701 Ferret
      • ★ Kendaraan Mess Lapangan
      • Kejarlah Daku Kau Ku "Sekolahkan" (10)
    • ►  04/01 - 04/08 (31)
    • ►  03/25 - 04/01 (39)
    • ►  03/04 - 03/11 (9)
    • ►  02/26 - 03/04 (26)
    • ►  02/19 - 02/26 (28)
    • ►  02/12 - 02/19 (5)
    • ►  02/05 - 02/12 (4)
    • ►  01/29 - 02/05 (1)
    • ►  01/01 - 01/08 (1)

☆ Label

Alkes (10) Alkom (82) Alutsista (5496) Analis (420) Arhanud (42) Armed (33) Artikel (5235) BAIS (1) Bakamla (193) Bappenas (1) Basarnas (26) BATAN (4) Berita (304) BIN (62) BNPB (8) BNPP (65) BNPT (56) BPPT (125) Brimob (72) BRIN (42) BSSN (9) BUMN (107) BUMNIS (1383) BUMS (471) CSV (2) Cyber (148) Defend.ID (110) Den 81 (7) Den Bravo (20) Denjaka (47) Densus 88 (84) Drone (338) Dwikora (32) EV (10) Foto (1214) Gegana (3) Hankam (6070) Helikopter (951) Hovercraft (3) Infografik (1) Infografis (16) Inhan (2209) INTI (7) Investasi (57) ITB (59) ITS (20) KAL (47) Kapal (1392) Kapal Selam (834) Kemhan (1197) Kemlu (12) Kendaraan (8) Kendaraan Militer (1723) Kerjasama (2365) KKIP (23) KKP (28) KN (42) Kogabwilhan (5) Kohanudnas (13) Komcad (12) Kominfo (1) Kompetisi (1) Konga (649) Konga Bhayangkara (23) Koopssus (15) Koopsudnas (2) Kopasgat (48) Kopaska (154) Kopassus (249) Korpaskhas (215) Kostrad (272) KP (9) KPLP (14) KRI (2345) LAPAN (235) Latgab (214) Latma (1150) LEN (208) Linud (17) LIPI (12) Marinir (648) Masa Integrasi Timor Timur (36) Masa Transisi (32) Nubika (13) OMSP (385) Operasi Intelejen (161) Operasi Militer (314) Opini (53) ORPA (1) Paspampres (42) Patma (36) Penerbad (42) Penerbal (109) Pesawat (4275) Pindad (992) Polairud (7) Polri (393) PPRC (54) PSDKP (1) PT Dahana (109) PT PAL (759) PT Sari Bahari (10) PT-DI (910) Radar (371) Raider (80) Robot (27) Roket (240) ROV (1) Rudal (817) SAR (51) Satelit (110) Satgas (1) Teror (781) TNI (1673) TNI AD (1596) TNI AL (3509) TNI AU (2692) Tokoh (268) Torpedo (21) Trikora (30) UAS (5) UAV (517) UCAV (39) UGCV (8) UGM (3) UI (2) Unhan (7) USV (19) UUV (6) Video (959) World (2920)

☆ Pengunjung


widgets

widget
free counters

☆ Live Traffic Garuda Militer

☆ Entri Populer

  • Indonesia dan Turki Kembangkan Jenis Baru Medium tank
    Vice President Inovasi PT Pindad Windu Paramata mengatakan Pindad dan FNSS akan bekerja sama kembali mengembangkan jenis b...
  • Menhan Tertarik Akuisisi 15 Jet Tempur Eurofighter Typhoon
    Jet tempur Euro Fighter Typhoon Austria berpatroli [eurofighter}  BUKAN jet tempur Rafale Perancis atau Sukhoi 35 Rusia,...
  • Dua Menteri Melirik Kapal Denmark
    Kapal "Ocean Going "  dengan panjang 150 meter Ilustrasi Fregat Iver Huitfeldt class [Brian Aitkenhead] ☆ M ...
  • Uji Dinamis Mission System USV Tahap I-II
      Unmanned Surface Vehicles (USV) Buatan STTAL Indonesia   ☆ P uslitbang Alpalhan Balitbang Kemhan melaksanakan uji dinami...
  • Panser Kobra Pesanan Kemhan RI dari Ceko Mulai Berdatangan
    Panser Kobra Pesanan Kemhan [twitter Putut Reza] ★ P esanan 22 unit kendaraan tempur pengangkut pasukan jenis Infantry Fig...
  • M3 Amphibious Pontoon TNI AD
    Sosok Buaya Raksasa Zeni TNI AD, Panjangnya 12 Meter Kedatangan M3 amphibious pontoon [Alutsista Indonesia] I ndonesia me...
  • Kopassus TNI dengan Seragam Baru
    Penampakan Sosok Hantu Rimba Pasukan Kopassus di hutan dengan seragam baru. [Indonesian Spetsnaz] T entara Nasional Indo...
  • ★ [Video] Prototipe Rudal Petir Generasi Keempat
    ➶ Dipublikasikan Indomiliter Penampakan rudal petir model lama dan baru [istimewa] ★ B ila merujuk ke berita yang kami tu...
  • PSDKP Beli 200 Senapan Serbu Buatan Pindad
    Menteri Edhy Siap Gelontorkan Rp 7 Miliar Senjata SS2 produksi Pindad M enteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo berenc...
  • Panser Badak Menggunakan Sistem Produksi Timoney
    Panser Badak pindad ★ PT Pindad, Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang industri pertahanan, telah menandat...

Blog Indonesia

blog-indonesia.com

Toolbar

Diberdayakan oleh Blogger.