Sabtu, 13 Oktober 2012

Armada Jaya XXXI/2012: Pasukan katak TNI AL Uji Peralatan Tempur Di Perairan Banjarmasin

Uji peralatan tempur kendaraan air yang dimiliki pasukan katak TNI AL dalam melaksanakan tugas khusus yang tergabung dalam Komando Tugas gabungan amfibi Latihan Armada Jaya XXXI/2012 saat berada di perairan sekitar Pulau Sebuku Banjarmasin (Foto Pelita)

PASUKAN katak TNI AL yang tergabung dalam latihan Armada Jaya XXXI/2012 melaksanakan kegiatan uji coba peralatan tempur kendaraan air dalam rangka mendukung keberhasilan tugas khusus pada saat tahap latihan Umum di perairan sebelah utara Pulau Sebuku, Banjarmasin.

Latihan pasukan katak tersebut dilaksanakan saat dua kapal penyapu ranjau KRI Pulau Rengat 711, KRI Pulau Rupat 712  bersama dengan unsur kapal peran  angkut pasukan  menempati posisi lego  jangkar.

Dengan diagram serbuan di daerah latihan umum pada saat seluruh unsur kapal perang RI yang tergabung dalam unsur Komando tugas gabungan Amfibi melaksanakan latihan umum dan uji komunikasi serta melaksanakan bekal umum logistik dan bahan bakar.

“Uji peralatan tempur kendaraan air tersebut dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesiapan pasukan katak TNI AL dalam rangka pelaksanaan tugas khusus pada saat on board di kapal perang penyapu ranjau yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Amfibii dalam rangka pendaratan pasukan pendarat marinir di perairan Kalimantan Timur,” ujar Kepala Dispenarmabar, Lekol Laut (KH) Agus Cahyono, Sabtu (13/10/2012).
© Pelita Online

Armada Jaya XXXI/2012: Kapal Perang RI Luncurkan Rudal

Banjarmasin, ... Konvoi unsur kapal perang RI jenis perusak kawal rudal dengan menggunakan senjata rudal kapal permukaan berhasil menenggelamkan kapal di wilayah kedaulatan NKRI di perairan Sulawesi Utara,kamis (13/10).

Tembakan rudal langsung ke sasaran kapal permukaan tersebut dilaksanakan secara berlanjut diawali dengan serangan udara langsung (SUL) dari pesawat tempur yang diterbangkan dari salah satu pangkalan udara Indonesia, dilanjutkan dengan tembakan rudal dari KRI jenis perusak kawal rudal ke konvoi kapal perang musuh di perairan mandala operasi.

Demikian manuver lapangan pertempuran laut konvoi unsur kapal perang RI yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Laut (Kogasgabla) yang disimulasikan pada Latihan Armada Jaya XXXI/2012 di Perairan Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara.

Kapal perang RI dibawah Kogasgabla dengan Panglima Komando Tugas gabungan Laut (Pangkogasgabla) Laksma TNI Tri Wahyudi, S.Eyang sehari-hari menjabat Komandan Gugus Tempur laut Komando Armada RI kawasan barat (Guspurla Koarmabar) bertugas melaksanakan operasi tempur laut gabungan untuk memutus Garis Perhubungan Laut serta merebut keunggulan laut di perairan Timur Kalimantan dan Laut Sulawesi dalam rangka mendukung tugas Pokok komando Gabungan.

Dalam manuver lapangan pertempuran laut tersebut Kogasgabla mengerahkan sejumlah unsur kapal perang RI diantaranya kapal perang jenis Sigma Kelas KRI Diponegoro 365, KRI Frans Kaisepo 367, KRI Sultan Iskandar Muda , jenis Fregat KRI Slamet Riyadi 352, KRI Oswal Siahaan 354, KRI Abdul Halim perdana Kusuman 355.

Sedangkan jenis perusak kawal tipe parchim KRI Untung Suropati 372, KRI Cut nyak Dien 375, KRI Wiratno 375, KRI Lambung Mangkurat 374, kapal cepat kelas FPB 57 KRI Layang 805, KRI Hiu 804, KRI Ajak 633 dan kapal selam KRI Nanggala 402.

Sementara itu Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib) dengan Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pangkogasgabfib) Laksda TNI Sadiman,S.E melaksanakan komando dan kendali unsur-unsur kapal perang RI di daerah latihan Umum di sebelah utara peairan Pulau Sebuku, Banjarmasin.

Dalam rangka melanjutkan tugas mendaratkan pasukan pendarat Marinir, Konvoi unsur kapal perang RI jenis angkut pasukan Landhing ship tank (LST) dan angkut tang tipe Froch dengan perlindungan satuan tugas laut sebagai unsur tabir dan pesawat udara melanjutkan lintas laut menuju daerah sasaran amfibi di perairan Sanggata, Kalimantan Timur.(Koarmabar)

 Kapal Koarmatim Tembakan Rudal Yakhont

Penembakan Rudal Yakhont 2011
(Foto TNI AL)
KRI Oswald Siahaan (OWA) 354 dari jajaran unsur Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Timur (Satkor Koarmatim) yang tergabung dalam Latihan Armada Jaya XXXI/2012 menembakkan Rudal Yakhont dan berhasil menenggelamkan kapal Ex KRI Teluk Berau yang dijadikan sasaran dalam latihan tersebut, Sabtu (13/10).

Manuver lapangan Armada Jaya XXXI/2012 yang digelar di perairan Laut Sulawsi tersebut, KRI OWA 354 tepat pada pukul 09.58 WITA telah meluncurkan Rudal Yakhont dan berhasil mengenai target sasaran yang ditempatkan pada koordinat 0241.54 U – 12240.30 T (perairan Laut Sulawesi).

Begitu mendapat serangan Rudal Yakhont, tepat pada pukul 10.05 WITA sasaran mengalami kemiringan hingga 45 derajat. Kemudian tidak menunggu lama, pada pukul 10.06 WITA (satu menit kemudian), anjungan kapal yang menjadi sasaran tembak mulai tenggelam. Selanjutnya pada pukul 10.07 WITA, sasaran tembak tersebut dinyatakan tenggelam secara keseluruhan.

Rudal Yakhont yang saat ini diuji cobakan penembakan dalam Latihan Armada Jaya XXXI merupakan salah satu senjata strategis yang dimiliki TNI AL. Negara asal rudal ini adalah Rusia. Rudal ini memiliki kecepatan terbang kurang lebih 2 mach, dengan jangkauan tembak 300 km. Ketika ditembakan, rudal tersebut memiliki sudut luncur 90 derajat, dengan ketinggian terbang 14.000 mter. Dengan berat 3.000 kg, rudal ini memiliki panjang 8.900 mm dengan diameter 720 mm.

Pada tahap manuver lapangan Armada Jaya XXXI/2012 yang dimulai tanggal 9 hingga 22 Oktober, kekuatan yang dikerahkan secara kuantitas kurang lebih 5.500 personel, 35 kapal perang berbagai jenis (kapal selam, perusak kawal rudal, kapal cepat rudal, perusak kawal, angkut tank, buru ranjau, kapal tanker dan kapal bantu tunda), 6 pesawat udara, 1 Batalyon Tim Pendarat Marinir beserta 93 kendaraan tempur Pasukan Pendarat.

Latihan Armada Jaya ini merupakan salah satu aktualisasi tentang kesiapan TNI AL dalam melaksanakan operasi amfibi, operasi laut gabungan dan operasi pendaratan administrasi di perairan timur yurisdiksi nasional dalam rangka menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI.

 Yakhont TNI AL Tenggelamkan Kapal Perang Musuh

Penembakan Rudal Yakhont
(Foto Angkasa
SABTU (13/10) merupakan hari yang paling menggembirakan bagi TNI AL, setelah dalam puncak latihan Armada Jaya XXXI/2012 yang telah berlangsung sejak 25 September  lalu, rudal Yakhont yang ditembakkan dari KRI 534 Oswald Siahaan berhasil menjebol dan menenggelamkan “kapal perang musuh” yang diperankan kapal perang yang sudah tidak dipakai lagi. Tepat pukul 10.00 wita, rudal Yakhont menjebol bagian tengah kapal yang ditempatkan 182 km dari KRI 534, dan beberapa menit kemudian impaknya membuat kapal sasaran ini tenggelam.

Kepada Angkasa/Commando yang diberi kesempatan meliput langsung penembakan ini secara eksklusif dari Kapal Markas KRI 591 Surabaya, di perairan Sulawesi Utara, KSAL Laksamana TNI Soeparno menyatakan apresiasi mendalam kepada seluruh prajurit  yang terlibat dalam demo penembakan ini. Ia juga menyatakan penghargaan serupa kepada pihak Seskoal yang baru pertama kali dipercaya sebagai pengendali latihan puncak TNI AL, Armada Jaya. Secara umum, Armada Jaya XXXI/2012 merupakan ajang latihan operasi amfibi untuk merebut  kembali sebuah wilayah di Kalimantan Timur yang dikuasai musuh.

Yakhont ditembakkan untuk menghancurkan kekuatan laut musuh yang datang untuk mem-back-up kekuatan mereka yang tengah diserbu pasukan Marinir TNI AL. Kesaktian rudal antikapal permukaan ini kini tengah jadi rebutan perhatian dunia, termasuk Malaysia, Australia dan AS. Itu karena rudal yang sangat agresif ini mampu mengendus dan menghantan sasaran sejauh 300 km hanya dalam enam menit. Belum ada rudal antikapal manapun yang mampu menyamai kesaktian rudal yang sampai saat ini baru dimiliki Rusia, Vietnam, Suriah dan Indonesia ini. Exocet yang umumnya memperkuat kapal-kapal perang regional setidaknya hanya mampu memburu sasaran sejauh 75 km.

Yakhont adalah rudal P-800 Oniks versi ekspor. Dirancang menggunakan pendorong ramjet oleh NPO Mashinostroyeniya pada 1983, rudal berkecepatan Mach 2 ini baru benar-benar berani diuji tembakkan dari pangkalan darat, kapal perang, pesawat udara dan kapal selam sejak 2001. NATO menjuluki rudal yang menyeramkan ini sebagai SS-N-26. Dari basis rudal ini pula, India selanjutnya mengembangkan PJ-10 BrahMos. Walau dari segi pengalaman tempurnya kalah dengan Exocet, kehadiran Yakhont di Suriah telah bikin kebat-kebit Israel. Agresivitas rudal ini bikin tidak “PeDe” sekutu AS ini karena hanya memiliki penangkal berupa rudal Barak-8 dan Magic Wand. Kalau saja nanti pecah konflik, mungkin ini akan jadi kesempatan Suriah untuk membalas kekalahan yang mereka alami dalam Pertempuran di Latakia pada 1973.(A. Darmawan)

 Berikut Video Peluncuran Rudal Yakhont




 Satu Rudal berhasil, Membatalkan peluncuran rudal dan terpedo lainnya ...

Rudal Yakhont menenggelamkan target
(Foto Uwa212)
Jakarta - KRI Oswald Siahaan (OWA-354) berhasil menenggelamkan kapal lawan dengan rudal Yakhont dalam latihan pada Sabtu (13/10) di perairan Laut Sulawesi.

Siaran pers Komando Gabungan Armada Jaya XXXI/2012 yang ditandatangani SPAO Kogab AJ XXXI/2012  Kol. (Mar) FX Deddy Susanto menyebutkan jarak sasaran adalah 182 km dengan waktu 5 menit.

Rencananya, pada uji coba senjata strategis tersebut akan melibatkan 10 kapal perang dengan berbagai peluru kendali yang akan diluncurkan seperti rudal Yakhont, rudal Excocet  MM 40, rudal C-802 serta penembakan Torpedo Sut (Surface and Underwater Target).

Namun, pada pelaksanaannya satu rudal Yakhont yang diluncurkan dari KRI OWA 354  mampu menenggelamkan kapal yang digunakan sebagai sasaran tembak.

Uji coba senjata strategis yang digelar pada Sabtu di Perairan Laut Sulawesi, dihadiri Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, delegasi Komisi I DPR/MPR RI  Tri Tamtomo dan Yahya Sacawiria, serta seluruh Pangkotama dan pejabat teras TNI AL.

Menanggapi keberhasilan pada uji coba penembakan senjata strategis, Kasal Laksamana TNI Soeparno mengungkapkan kegembiraannya sekaligus mengucapkan selamat kepada seluruh personel yang terlibat pada uji coba penembakan.

Kasal juga menyampaikan pesan “Pertahankan keberhasilan ini demi Kejayaan Angkatan Laut”.(ANT)

Sebagian Hibah F-16 Akan Ditempatkan Di Pekanbaru

F16 TNI AU (Ipenk-666)
Bandung - Terkait hibah pesawat tempur F 16 dari Amerika Serikat yang berjumlah 24 unit, nantinya sebagian akan ditempatkan di Pekanbaru, Riau. Pesawat itu pun nantinya akan menjaga pertahanan Indonesia di wilayah Komando Operasi Tentara Nasional Angkatan Udara I (Koopsau I).

“Nantinya, rencananya dari 24 pesawat tempur F 16 akan ada di Pekanbaru juga,” ucap Panglima Komando Operasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara I (Koopsau I) Marsekal Muda TNI Bagus Puruhito, ditemui seusai memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Pangkalan Udara Husein Sastranegara, Sabtu (13/10).

Dijelaskan Bagus, untuk penempatannya tidak akan di Skuadron 12 Pekanbaru. Melainkan dibangun tempat baru.

“Mungkin pada tahun 2014 awal sudah siap. Dan, nantinya pesawat itu bertahap,” jelasnya.

Menurut dia, skuadron untuk pesawat tempur F 16 itu berdiri sendiri. Dan, tidak bergabung dengan skuadron 12 Pekanbaru.

Dijelaskan dia, penempatan F 16 di sana yakni untuk menjaga perbatasan dan pertahanan Indonesia dari ancaman negara asing. Seperti diketahui, wilayah barat Indonesia berbatasan dengan Singapura yang terdekat, dan Malaysia.

Lebih lanjut Bagus mengatakan, penambahan pesawat tempur F 16, dikarenakan perkembangan teknologi, alat sistem utama persenjataan (Alutsista). Selain itu, antisipasi ancaman dari negara asing.

Bagus mengungkapkan, kini belum ada pelanggaran dan ancaman dari negara asing. Namun demikian, pihaknya akan terus berusaha menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
© Pikiran Rakyat

★ Robot Penembak Otomatis Buatan Yazid Alqahar

Robot Penembak Otomatis Buatan Yazid Alqahar
Ilustrasi Robot Militer
TEKNOLOGI robot sudah banyak dikembangkan di negara maju, bahkan sudah diaplikasikan di beberapa bidang, khususnya untuk membantu kaum difabel. Di bidang militer juga sudah dikembangkan pesawat tanpa awak.

Jika robot juga digunakan dalam operasi militer atau sejenisnya, bukan hanya mempermudah, tapi juga bisa mengurangi korban manusia. Hal inilah yang menginspirasi Muhammad Yazid Alqahar (20), mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2010 Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung. Ia menciptakan robot penembak otomatis yang bisa diaplikasikan sebagai senjata sungguhan yang dapat dimanfaatkan di bidang militer.

"Ide awal muncul saat saya melihat di televisi, adanya korban jiwa dari pihak aparat saat menumpas kejahatan. Kenapa tidak dibuat saja sebuah senjata otomatis yang bisa digunakan untuk hal-hal seperti itu. Saya juga berpikir, selama ini TNI kita butuh senjata untuk mempertahankan Indonesia. Bagaimana kita buat sistem yang otomatisasi untuk membantu pertahanan negara atau bantu mempermudah dalam menjaga Indonesia dari pihak luar," kata Yazid, sapaan akrab mahasiswa asal Dumai, Riau, ini saat ditemui di ruang Divisi Robot Unikom, Jalan Dipati ukur, Senin (8/10/2012).

Awalnya, ia mencoba membuat program robot penembak otomatis dengan menerapkan ilmu logaritma. Hanya dengan prosesor sederhana, ia berhasil membuat program tersebut. Setelah program selesai, ia mulai membuat robot senjata dengan membeli senjata mainan sejenis airsoft gun. Lalu dirancanglah senjata ini menjadi sebuah robot senjata yang dioperasikan melalui komputer. Pada senjata tersebut dipasang laser, web cam (kamera kecil), serta kabel yang dihubungkan ke komputer. Untuk menyangga senjata, dibuat penyangga dari besi. Dan untuk mengaktifkan robot senjata ini juga terdapat kotak khusus untuk tempat tombol on/off.

"Yang sulit dari robot senjata ini adalah membuat software-nya, yakni untuk menentukan atau mendeteksi target yang akan ditembak. Selebihnya tidak terlalu sulit, termasuk saat merencang hardware-nya," kata mahasiswa yang hobi membuat program di komputer ini.

Kelebihan robot senjata karyanya ini bisa mendeteksi target secara otomatis. Robot juga secara otomatis mengarahkan sasarannya dan bisa berputar 140 derajat. Bahkan robot senjata ini bisa mendeteksi target yang bergerak. Karena itu, robot senjata ini bisa dimanfaatkan sebagai senjata antirudal. Robot ini bisa mendeteksi rudal dan menembaknya lebih dulu sebelum rudal mengenai sasaran.

"Intinya, robot senjata ini saya buat dengan sistem pengindraan menggunakan teknik pengelolaan citra, yakni bagaimana robot bisa melihat seperti mata manusia. Karena semua komputerisasi yang serba otomatis inilah, robot ini juga saya namakan robot senjata otomatis," katanya.

Meski masih berupa purwa rupa atau seperti mainan karena peluru yang digunakan juga peluru mainan plastik yang biasa dimainkan oleh anak-anak, karyanya ini bisa diaplikasikan menjadi senjata sungguhan yang bisa digunakan TNI sebagai alat pertahanan.

Menurut dia, tinggal mengubah hardware-nya, semisal diganti senjata sungguhan dan peluru sungguhan. Prosesornya diganti dengan prosesor khusus. Adapun programnya tidak perlu diubah, hanya tinggal disesuaikan.

Karyanya ini sudah diuji coba dengan dua puluhan target. Senjata ditembakkan selama sepuluh detik dengan akurasi 90 persen. Untuk menembak target hanya butuh setengah detik dengan kecepatan 300 kaki/detik.

Cara kerja robot senjata seberat 5 kg ini, ujar Yazid, pertama-tama robot akan mengambil gambar target melalui web cam. Setelah itu, gambar yang sudah didapat diolah atau dibaca oleh program di komputer. Setelah dapat dibaca, sistem akan mengarahkan senjata ke target tersebut. Lalu, secara otomatis kokang senjata akan bergerak untuk menembak target.

Meski sudah cukup bagus dan mendapat apresiasi dari juri di ajang Indonesia ICT Award (INAICTA) 2012 dengan meraih medali emas pada September lalu, robot senjata otomatis ini masih memiliki kekurangan, yakni belum bisa membedakan kawan dan lawan. Ke depannya ia akan membuat program tersebut agar bisa mendeteksi target yang seharusnya.

Bahkan robot senjata otomatis ini akan bisa bergerak sendiri dengan memanfaatkan motor penggerak hingga bisa berjalan ke arah mana pun. "Pastinya akan terus dikembangkan. Ini robot karya saya yang pertama, tentu harapan saya bisa dikembangkan lebih bagus lagi agar bisa dimanfaatkan menjadi sebuah karya yang positif," katanya.

Robot senjata otomatis yang meraih medali emas untuk kategori Aplicative Robot for University ini juga pernah diikutkan dalam ajang Robogames April 2012 di Amerika Serikat dan mendapat penghargaan di ajang tersebut. Namun saat itu robot senjata belum bisa mendeteksi benda atau target bergerak. Bila tidak ada halangan, robot senjata otomatis ini akan diikutkan dalam ajang internasional Asia Pasific ICT Award (APICTA) yang akan digelar di Brunei Darussalam pada bulan Desember mendatang.(*)
© Tribunnews

UU Inhan Wajibkan Alutsista Produksi Dalam Negeri

Rantis Komodo (Dhephrest)
Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI, Muhammad Najib mengatakan, UU Industri Pertahanan (Inhan) bisa mengikat pejabat kita baik pada Kementerian Pertahanan maupun TNI, agar menggunakan alat utama sistem persenjataan (alutsista) produksi dalam negeri.

"Kalau terpaksa beli di luar negeri, maka harus diikuti dengan berbagai persyaratan, seperti transfer teknologi, atau dalam jangka panjang ada join production sehingga ketergantungan kita akan alutsista luar negeri bisa berkurang," kata Najib di Jakarta, Jumat.

Dia meneruskan, "di saat bersamaan akan tumbuh industri pertahanan dalam negeri yang bisa memasok alutsista."

Dia menyebut UU Inhan akan dijalankan oleh siapapun yang memerintah negeri ini.

"Kalau dibingkai UU, kan jangka panjang, siapapun nantinya yang berkuasa, dia tetap dikawal oleh UU ini," kata Najib.

UU Inhan memberi kepastian bagi industri dalam negeri karena baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang sehingga percaya diri memproduksi dan mengembangkan alutsista.

"Kalau pemerintah tidak melaksanakan bisa kena sanksi, pejabatnya bisa kena hukuman. Sehingga daya paksanya sangat kuat. Sanksi bukan dalam pengertian hukuman yang harus ditanggung, karena soal hukuman diatur UU lain. Tapi sanksi yang semangatnya mengikat pemerintah," sebut Najib.

Pada UU Inhan terdapat pasal yang memberi sanksi bagi TNI yang membeli alutsista dari luar negeri padahal tersedia di dalam negeri. Najib menyatakan, saat ini yang lebih dikedepankan adalah bagaimana mendorong industri pertahanan dalam negeri maju.

"Sebaiknya kita tidak berbicara punishment, tapi bagaimana kita mendorong idealisme bangsa, dan kepentingan negara menjadi prioritas. Kita tidak ingin berbagai pejabat melakukan itu," kata dia.

UU Inhan juga akan menghindari maraknya makelar alutsista yang sering menciptakan masalah seperti korupsi. "Dengan adanya UU ini kita lebih memprioritaskan hubungan antarnegara, hubungan G to G, yang bisa saling menguntungkan bagi kedua negara, dan meminimalisasi peran broker.

UU ini juga lebih membuka pengusaha untuk terjun dalam bisnis alutsista demi mendapatkan keuntungan jangka panjang, seperti investasi membangun industri pertahanan dan memproduksi alutsista yang diperlukan.(zul)
© Antara

Orang-Orang "Penting" di Ekspedisi KRI Dewaruci Keliling Dunia (2)

JARANG DI DARAT: Khoirul Saleh (kiri) mengecek tekanan darah Serka Supari menjelang lomba panjat tiang Dewaruci dalam peringatan kemerdekaan RI 17 Agustus 2012. Foto : Suryo Eko Prasetyo/Jawa Pos

Keberadaan Sertu Rum Khoirul Soleh sebagai bintara kesehatan (bakes) sangat penting dalam ekspedisi KRI Dewaruci kali ini. Dialah "dokter" yang harus selalu stand by untuk menangani awak kapal yang ambruk. Inilah laporan wartawan Jawa Pos SURYO EKO PRASETYO yang ikut dalam pelayaran selama 9 bulan itu.

 Pontang-panting Tangani Diare Masal ABK

DI setiap satuan kapal TNI-AL yang hendak berlayar dalam waktu lama, pasti disertakan tenaga kesehatan. Apalagi bila kapal yang menjalankan misi khusus itu membawa banyak penumpang (awak kapal). Kehadiran dokter, perawat, atau tenaga kesehatan sekelas mantri sekalipun sangat dibutuhkan. Mau berobat ke mana lagi kalau tidak ke orang-orang "penting" itu saat sakit di tengah laut.

Dalam ekspedisi KRI Dewaruci keliling dunia 2012, Dinas Kesehatan Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) menugaskan dua personel andal. Mereka adalah Letnan Satu Laut (K) dr Bangun Pramujo dan Sersan Satu Rum Khoirul Soleh.


Kendati bukan ABK (anak buah kapal) tetap di Dewaruci, Khoirul sudah malang melintang di berbagai penugasan militer di darat maupun laut. Jam terbangnya sudah tinggi. Karena itu, begitu mendapat tugas untuk mengikuti ekspedisi Dewaruci kali ini, dia langsung siap. Selain karena perintah komandan, pelayaran panjang kali ini sangat menantang profesionalitasnya sebagai tenaga kesehatan.


"Berlayar bareng Dewaruci adalah pengalaman pertama saya ke luar negeri. Apalagi keliling dunia dengan waktu yang sangat lama," kata Khoirul.


Selama 25 tahun pengabdiannya di TNI-AL, dia tak pernah mengikuti pelayaran sampai lebih dari sembilan bulan seperti dalam ekspedisi Dewaruci kali ini. Khoirul ikut bertugas di kapal perang paling lama tidak lebih dari tiga bulan.


Dia lalu mencontohkan saat ditugaskan on board di KRI Pandrong pada Oktober"Desember 2011. Di atas kapal patroli itu, Khoirul berlayar mengelilingi perairan Indonesia wilayah timur untuk menjaga keamanan teritorial laut. Tanpa tenaga dokter, dia menjadi rujukan para awak kapal yang mengalami gangguan kesehatan.


"Alhamdulillah, waktu itu tidak ada kasus medis berat yang mengharuskan kapal sandar untuk merujuk pasien ke rumah sakit terdekat," ujarnya.


Hanya berselang dua minggu setelah tugas patroli KRI Pandrong selesai, Khoirul sudah mendapat perintah untuk ikut mengawal KRI Dewaruci sejak Januari silam hingga saat ini.


Memang, dalam tujuh tahun ini, Khoirul sering mendapat tugas "melaut". Setiap tahun dia dua hingga tiga kali berlayar dalam durasi yang lumayan lama. Praktis, waktunya lebih banyak dihabiskan di atas laut daripada di darat. Bapak tiga anak itu dalam setahun hanya punya waktu berkumpul keluarga sekitar tiga bulan.


"Sejak pindah ke Diskes Koarmatim pada 2005, saya lumayan bisa meluangkan waktu untuk keluarga. Sebelum itu, lebih sering di laut," ungkap pria asal Jombang tersebut.


Menjadi prajurit dengan pangkat kelasi dua pada 1987, Khoirul kali pertama berdinas di Yonkesmar, Karangpilang, Surabaya, sekitar tiga tahun. Kemudian, dia dipindah ke Yonif 2 Marinir, Cilandak, dan Diskes Detasemen Jala Mangkara, Jakarta, selama empat tahun.


Dia sempat kembali ke Jatim ketika dimutasi ke Yonif 3 Marinir, Gedangan, Sidoarjo, dan Yonif 1 Marinir, Tanjung Perak, Surabaya, sampai 2004. Selama itu, berbagai penugasan ke Nanggroe Aceh Darussalam dia peroleh. Misalnya, saat darurat militer, operasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan tanggap militer.


Kala itu, Khoirul juga ikut turun ke medan perang, keluar-masuk hutan, serta naik-turun gunung selama 16 bulan. Dia tercatat empat kali mendapat tugas khusus di provinsi ujung barat Indonesia itu. "Tantangannya lebih berat dibanding masa pendidikan," kenang prajurit yang tidak menyangka akan diposisikan di korps kesehatan tersebut.


Kasus menonjol ditemui Khoirul ketika ada ABK yang gulung koming karena perutnya sakit. Rupanya, si ABK punya riwayat sakit usus buntu akut yang tidak dilaporkan ke tim medis. Puncaknya, saat kapal berada di kawasan utara Indonesia, sakit si pasien tak bisa dibendung lagi.

Khoirul pun melapor ke komandan kapal mengenai kondisi ABK yang kesakitan. Komandan lalu memutuskan agar kapal merapat ke lantamal (pangkalan utama TNI-AL) terdekat yang memiliki rumah sakit. Operasi wajib dilaksanakan untuk menyelamatkan jiwa anak buahnya.
"Sebelum sandar, pasien saya infus dan terapi ringan. Begitu sandar, dia langsung kami evakuasi agar penanganan apendiks (usus buntu)-nya tidak terlambat," beber Khoirul tanpa menyebut nama si pasien dan nama kapal yang berlayar dengan alasan etika.

Dalam ekspedisi Dewaruci kali ini, dirinya juga mengalami kejadian luar biasa. Dia dan tim medis lainnya bahkan sempat dibuat kelabakan. Yakni, kejadian pada Agustus lalu seusai seluruh ABK muslim umrah ke Makkah. Hampir separo di antara 69 awak kapal yang umrah mengalami diare masal. Diduga, penyebabnya adalah makanan katering yang dikonsumsi para ABK kurang memenuhi standar kesehatan.

Saking parahnya, sejumlah personel sampai terkapar dua hari. Beberapa ABK mengalami dehidrasi karena banyaknya cairan yang keluar. "Kami sempat panik karena pelayaran harus segera dilanjutkan. Karena itu, kami harus bekerja keras agar para ABK yang terkapar bisa segera pulih kembali," ujar suami Nusrotin Alfiyah itu.

"Beruntung, oralit dan obat yang diminumkan dengan cepat memulihkan kondisi para pasien. Jadwal perjalanan kapal pun tak sampai terganggu karena tidak ada pasien yang harus opname," imbuhnya.

Selain kasus diare masal itu, hampir tak ada kasus menonjol lain yang ditangani sepanjang pelayaran sembilan bulan tersebut. "Kalau hanya masuk angin, flu, sakit kepala, itu biasa. Namanya hidup di tengah laut," tuturnya.

Khoirul berharap, seusai menjalankan misi Dewaruci keliling dunia nanti, kehidupannya bisa lebih "normal". Dia ingin lebih banyak berkumpul istri dan tiga anaknya yang sudah gede-gede. Di antara tiga anaknya, tinggal si bungsu, Dani Saputra, 17, yang masih duduk di bangku SMA. Dua putra pertamanya, Muhammad Ade, 21, dan Muhammad Feri Rokhman, 19, sudah kelar pendidikan. Bahkan, Feri kini bekerja di dunia kesehatan sebagai asisten apoteker.


"Pokoknya, setelah (pelayaran) ini saya berharap bisa lebih sering kumpul keluarga," tegas Khoirul. (*/c5/ari/bersambung)
© Jpnn

Tingkatkan moril, personel Marinir TNI AL ber-"Haka-haka"

Jakarta - Latihan perang puncak di lingkungan TNI AL, Armada Jaya 2012, akan digelar pekan depan di Sangatta, Kalimantan Timur. Latihan perang itu dilaksanakan belasan ribu personel TNI AL, salah satunya dari unsur Korps Marinir TNI AL.

Mereka tergabung dalam Komando Tugas Amfibi Armada Jaya XXXI/2012, yang akan melakukan skenario operasi pendaratan amfibi di pesisir Sangatta, yang berdekatan dengan garis perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Pulau Kalimantan.

Jelas mereka harus mempertahankan kebugaran fisik dan memelihara moril agar pasukan itu tetap dalam kondisi puncak dalam kesertaan pada operasi itu.

Tidak usah sulit memelihata kebugaran tubuh sambil memelihara kekompakan pasukan. Mereka ber-"Haka-haka" di geladak kapal perang KRI Banjarmasin-592, yang juga kapal komando satuan tugas dari untuk Korps Marinir TNI AL itu. Haka-haka adalah tarian perang tradisional yang sudah dimodifikasi sesuai keperluan militer.

Ber-"Haka-haka" di perairan Selat Makassar, Jumat pagi, geladak kapal perang besar buatan bangsa sendiri itu menjadi arenanya di antara alunan gelombang sedang. Haka-haka dilakukan secara serius namun cukup menyenangkan pasukan.
 
Di laut kita jaya!
© Antara

Jumat, 12 Oktober 2012

Armada Jaya XXXI/2012: KRI Unsur Kogasgabfib diserang

Perairan Selat Makasar, 12 Oktober 2012…..Konvoi unsur kapal perang yang tergabung dalam Komando tugas gabungan amfibi (Kogasgabfib) dipimpin Pangarmabar Laksda TNI Sadiman, S.E selaku Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pagkogasgabfib) mendapat ancaman kapal permukaan dan bahaya udara pada saat melaksanakan lintas laut di Pulau Jawa menuju perairan Sangatta Kalimantan Timur.

Ancaman tersebut terjadi saat unsur-unsur konvoi kapal perang membentuk manuver taktis lintas laut menuju Kalimantan timur mengangkut pasukan pendarat marinir di KRI Teluk Mandar 514, KRI Teluk Ratai 509, KRI Teluk Sampit 515, jenis Frosch KRI Celukan Bawang-532 dan KRI Teluk Cendrawasih 533, dan kapal markas KRI Banjarmasin 592 serta kapal bantu KRI Arun 903 dan Kapal rumah sakit KRI Dr. Soeharso- 990.


Simulasi ancaman dalam latihan Armada Jaya XXXI/2012 tersebut terjadi sejak konvoi unsur kapal perang melaksanakan peran pemanduan di alur perairan barat Surabaya (APBS) selanjutnya melalui perairan Pulau Jawa – Pulau Masalembo menuju perairan Sanggatta, Kalimantan Timur.


Dua unsur KRI jenis penyapu ranjau KRI Pulau Rengat 711, KRI Pulau Rupat 712 dan jenis parchim KRI Lambung Mangkurat-374 telah berada di depan unsur konvoi angkut pasukan yang mengangkut pasukan pendarat Marinir dan puluhan tank Amfibi PT-76, AMX-PAC, tank BMP-3F serta kelengkapan persenjataan berat roket multi laras RM 70 Grand Long.


Selama lintas laut Konvoi Unsur KRI mendapat perlindungan satuan tugas laut sebagai unsur tugas tabir dalam rangka menghadapi ancaman bahaya udara dan kapal permukaan antara lain KRI jenis Sigma Kelas Diponegoro 365, KRI Frans Kaisepo 367, KRI Sultan Iskandar Muda, KRI jenis perusak kawal tipe parchim KRI Untung Suropati 372, KRI Cut nyak Dien 375, KRI Wiratno 375.


Peran bahaya udara sedikitnya disimulasikan lebih dari enam kali pada siang dan malam selama lintas laut di sekitar perairan Pulau Masalembo dan memasuki perairan laut Jawa dan perann bahaya kapal permukaan saat mendekati perairan Pulau laut di Selat Makasar.


Sementara itu Unsur Komando Tugas gabungan laut dipawah komando panglima Komando Tugas gabungan laut (Kogasgabla) yang bertugas melaksanakan operasi tempur laut gabungan telah diberangkatkan beberapa hari sebelumnya untuk memutus Garis Perhubungan Laut serta merebut keunggulan laut di perairan Timur Kalimantan dan Laut Sulawesi terhadap unsur tabir dan badan utama konvoi musuh.


Unsur-unsur yang tergabung dalam dalam Kogasgabla diantaranya Kapal selam KRI Nanggala 402, dan jenis fregat KRI Slamet Riyadi 352, KRI Owalrd Siahaan, 354, KRI Abdul Halim Perdana Kusuma 355, serta jenis FPB 57 KRI Ajak 653 serta KRI Hiu 804 dan KRI Layang 805.


Pada hari ketiga unsur Konvoi Kogasgabfib memasuki perairan di sekitar Pulau Sebuku Selat Makasar dalam rangka melaksanakan kegiatan latihan umum yang dilaksanakan unsur-unsur angkut pasukan pendarat marinir dan bekal ulang bahan cair terhadap beberapa unsur KRI yang tergabung dalam kogasgabfib dari kapal bantu KRI Arun 903.


Unsur KRI jenis angkut pasukan yang tergabung dalam Kogasgabfib melaksanakan lego jangkar, sedangkan unsur-unsur satuan tugas laut yang bertugas sebagai unsur tabir melaksanakan perlindungan selama digelar kegiatan di sekitar Pulau Sebuku Selat Makasar.

© Koarmabar

Armada Jaya Tingkatkan Kesiapan di Perairan

Banjarmasin – Unsur komando tugas gabunggan amfibi (Kogasgabfib) melaksanakan pengecekan kesiapan di daerah latihan umum perairan sebelah utara Pulau Sebuku Banjarmasin, Jumat (12/10) sore.

Kogasfib dibawah Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi Laksda TNI Sadiman,S.E yang sehari hari menjabat Pangarmabar melaksanakan tahapan kegiatan latihan umum, uji komunikasi dan naik turun jaring pasukan pendarat  marinir.

Unsur-unsur KRI angkut pasukan jenis LST dan Froch sebagai badan utama Kogasgabfib sejak tiba di daerah perairan latihan umum menempati sektor lego jangkar KRI Teluk Mandar 514, KRI Teluk Ratai 509, KRI Teluk Sampi 515, jenis Froch KRI Celukan Bawang 532 dan KRI Teluk Cendrawasih 533 dan kapal markas KRI Banjarmasin 592.serta kapal bantu KRI Arun 903 melaksanakan bekal ulang bahan bakar.

Dua KRI jenis penyapu ranjau yang lebih dulu berada di daerah latihan umum melaksnakan pembersihan medan ranjau penyapu ranjau KRI Pulau Rengat 711, KRI Pulau Rupat 712 dan jenis parchim KRI Lambung Mangkurat 374 serta Froch KRI Teluk Sibolga 536 .Selanjutnya unsur-unsur tersebut melaksanakan lego jangkar sesuai dengan posisi diagram serbuan di daerah latihan umum.

Sementara unsur tabir yang terdiri dari  delapan unsur  KRI yang bertugas melaksanakan perlindungan terhadap badan utama Kogasgabfib dengan kapal markas komando di KRI Banjarmasin 592.Sedangkan Satuan pelaksana Operasi Udara melaksanakan  intai udara taktis sepanjang route menuju daerah sasaran.

Kekuatan pemukul unsur KRI yang tergabung dalam unsur tabir yang terdiri kapal perang jenis perusak kawal rudal ,fregat, dan sigma kelas serta parchim  telah menempati posisi di sektor penyekatan di daerah latihan umum di sekitar perairan Sebuku, Banjarmasin. Kesiapan siagaan tersebut dilaksanakan dalam rangka menghadapi ancaman udara maupun kapal permukaan. Sementara di daerah sasaran operasi telah ditugaskan Unsur intai kapal selam KRI Nanggala 402 melaksanakan kegiatan pengintaian terhadap unsure-unsur lawan.

Guna meningkatkan kesiapan dan ketahanan fisik prajurit pasukan pendarat marinir dilaksanakan latihan naik-turun jaring di beberapa kapal perang jenis angkut pasukan tipe landing ship tank (LST). Sedangkan untuk latihan pendaratan dilaksnakan reembarkasi atau diluncurkan ranpur tank amfibi dari kapal angkut KRI Teluk Sampit 515. Pengecekan jaring komunikasi antar unsur KRI dilaksanakan pengecekan sesuai dengan jaring komando taktis.

Sebelumnya untuk meningkatkan moril prajurit pasukan pendarat marinir secara serentak dilaksanakan olah raga dalam rangka mempertahankan fisik daya juang yang disiapkan melaksanakan pendaratan amfibi di Sangatta Kalimantan Timur.

Unsur-unsur Kogasfib selama lego jangkar di daerah latihan umum melaksanakan  pertahanan udara dan lawan sabotase bawah air.


Kepala Dispenarmabar
Agus Cahyono
Letkol Laut (KH) NRP. 10881/P


Teks Gbr- KRI Teluk Sampit-515 : KRI Teluk sampit-515 melaksanakan reembarkasi dan embarkasi Tank Amfibi Marinir melalui pintu rampah KRI yang tergabung dalam Kogasgabfib latihan Armada Jaya XXXI/2012 di perairan Sebuku Banjarmasin,  Jumat (12/10) sore ini.
© Poskota

Tuntutan Kemandirian Alutsista

Mistral Komodo (Foto Berita HanKam)
Jakarta - Dihadapkan dengan alokasi anggaran Negara bagi pemenuhan kebutuhan pokok minimum hingga tahun 2014, maka pemenuhan Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) bagi TNI secara mandiri perlu diprioritaskan. Fokus pembangunan Alutsista dalam negeri untuk memenuhi berbagai kebutuhan persenjataan dalam negeri mendesak untuk direalisasikan. Karena kondisi riil alokasi anggaran yang tersedia, tidak memungkinkan jika kita hanya mengandalkan Alutsista buatan luar negeri.

Harus kita sadari bahwa kondisi Alutsista yang memadai baik dari segi kualitas dan kuantitas di samping sebagai show of force, juga merupakan sebuah tuntutan  yang melekat kuat dalam sistem pertahanan negara dan bahkan menjadi syarat mutlak dalam melakukan diplomasi internasional. Sehebat apapun cara kita berdiplomasi dengan negara lain, tanpa didukung kekuatan pertahanan negara yang kuat, maka kita akan cenderung diremehkan oleh bangsa lain. Apalagi hingga saat ini, belum ada kekuatan lain yang bisa menopang kewibawaan sebuah negara dan mampu menaikkan bargaining power, selain kondisi pertahanan negara yang kuat.


Belajar dari pengalaman masa lalu, ketika kita lebih banyak menggantungkan Alutsista buatan asing, ternyata begitu negara pemasok alutsista melakukan embargo, maka kita kalang kabut, akibat ketiadaan suku cadang. Oleh karena itu, Bangsa Indonesia secara bertahap harus berani mengurangi ketergantungan dan hanya mengandalkan Alutsista produk asing, serta menuju pada kemandirian Alutsista produk dalam negeri.

Walaupun kita tidak mampu mandiri sepenuhnya, dalam arti melengkapi seluruh Alutsista buatan dalam negeri, terutama jenis alutsista yang memang belum dapat di produksi dalam negeri, tetapi secara bertahap kita harus meminimalkan pengadaan Alutsista produk luar negeri.


Sudah waktunya bangsa ini memiliki kemandirian dalam pengadaan Alutsista. Apalagi kita telah memiliki sejumlah BUMN industri strategis dalam negeri seperti PT Dirgantara Indonesia, PT PAL, PT Pindad, PT LEN, PT Inti Komunikasi, yang semuanya telah siap dan berkomitmen untuk mendukung kepentingan TNI dalam rangka mewujudkan kemandirian di bidang Alutsista.


Komitmen untuk memprioritaskan produk Alutsista dalam negeri, dengan memberdayakan industri pertahanan dalam negeri dan BUMN industri strategis harus menjadi tekad kita semua.


Yang masih perlu menjadi perhatian kita bersama adalah upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam penguasaan teknologi yang berkaitan dengan industri pertahanan serta mendorong para tenaga ahli kita yang masih bekerja di industri strategis asing untuk kembali ke tanah air.


Dengan demikian, pertahanan kita akan semakin kuat dan sekaligus kita mampu mandiri dalam industri pertahanan.


Oleh sebab itu kita berharap pembangunan pertahanan negara yang kuat harus dibarengi dengan pemenuhan kebutuhan Alutsista yang memadai. Apalagi Negara kita adalah negara besar, yang memiliki wilayah yang sangat luas dan berada dalam posisi silang yang sangat strategis, sehingga tantangan, gangguan dan ancaman yang dihadapi baik dari dalam negeri maupun luar negeri juga besar.

© Bisnis

Latihan Armada Jaya XXXI/2012 Koarmatim Kerahkan 21 Kapal Perang


MEMASUKI tahap manuver lapangan (manlap), 21 KRI dari jajaran unsur Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang dilibatkan dalam Latihan Armada Jaya XXXI/2012 melaksanakan beberapa kegiatan latihan di laut. Latihan yang digelar tersebut meliputi penangggulangan bahaya udara, melewati medan ranjau, hingga penanggulangan problem kesehatan dan masalah psikologi yang dialami oleh para prajurit.

Sejak kapal bertolak dari Dermaga Koarmatim, Rabu (10/10), hampir tidak ada kesempatan untuk santai, seluruh prajurit dalam kondisi siaga penuh; siap menghadapi setiap Rencana Informasi Latihan (RIL) yang disampaikan oleh para wasit dan pengendali latihan (Wasdal). Sekurang-kurangnya setiap lima belas menit, alarm terdengar meraung-raung tanda berlangsungnya peran tempur.

Hari ini Jumat (12/10), seluruh KRI Kormatim serta beberapa unsur latihan dari komando utama operasional lainnya akan melaksanakan beberapa jenis latihan pada tahap latihan umum. Beberapa latihan yang digelar di antaranya, simulasi penyapuan ranjau, simulasi sabotase, dan simulasi serangan udara.

Pada tahap manuver lapangan Armada Jaya XXXI/2012 yang dimulai tanggal 9 hingga 22 Oktober, kekuatan yang dikerahkan secara kuantitas kurang lebih 5.500 personel, 35 kapal perang berbagai jenis (kapal selam, perusak kawal rudal, kapal cepat rudal, perusak kawal, angkut tank, buru ranjau, kapal tanker dan kapal bantu tunda), 6 pesawat udara, 1 Batalyon Tim Pendarat Marinir beserta 93 kendaraan tempur Pasukan Pendarat.

Latihan Armada Jaya ini merupakan salah satu aktualisasi tentang kesiapan TNI AL dalam melaksanakan operasi amfibi, operasi laut gabungan dan operasi pendaratan administrasi di perairan timur yurisdiksi nasional dalam rangka menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI.

TNI Angkatan Laut sebagai alat pertahanan negara di laut dituntut kesiapannya dalam menghadapi dan memgantisipasi berbagai bentuk ancaman yang dapat mengganggu keamanan dan kedaulatan NKRI. Kesiapan TNI AL berupa tampilan kemampuan dan kekuatan alutsista yang andal, kesiapsiagaan operasional seluruh komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) dan profesionalisme prajurit matra laut. Pencapaian hasil dari kegiatan pembinaan tersebut, diukur melalui latihan puncak TNI AL yaitu Armada Jaya. 
© Dispenarmatim

Peringatan Bom Bali I


 Gories Mere: Ancaman Teror Akan Tetap Ada

Silakan punya pandangan yang berbeda tapi jangan merugikan kepentingan umum.

Kepala BNN Gories Mere. FOTO: ANTARA
Sepuluh tahun telah berlalu sejak ledakan dasyat mengoyak Bali pada 12 Oktober 2002. Ratusan nyawa melayang di Pulau Dewata yang selama ini  tenang.

Sejak itu pula ratusan pelaku telah ditangkap dan dikenai  hukuman dengan sangkaan terorisme. Tapi teror tak jua surut. Ibarat sel, mereka terus mereproduksi dirinya, berubah-ubah bentuk, dan nama. Jaringan teror tak pernah bisa mati.

Inilah wawancara dengan Komjen Gories Mere. Jenderal bintang tiga itu kini secara formal memang duduk sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional. Tapi, dia masih terlibat--meski tidak langsung--dalam penanganan terorisme di Indonesia.

Dia berada di balik layar dan dianggap sebagai "sesepuh" polisi kontra teror di Indonesia. Saat Bom Bali meledak pada 2002, Gories ditunjuk sebagai Ketua Tim Penyidik kasus Bom Bali I.

Dia pun sukses menangkap Amrozi (yang kini telah dieksekusi mati). Penangkapan Amrozi adalah jalan masuk untuk mengungkap kasus Bom Bali I secara keseluruhan.

Berikut petikan wawancara dengan Gories, yang juga pernah menjabat sebagai mantan Kadensus dan juga mantan Kasatgas Bom, minggu lalu.

Ratusan pelaku teror sudah ditangkap baik hidup dan mati, diadili, dieksekusi mati, bahkan sudah ada yang bebas sejak Bom Bali 2002 tapi sel teror terus saja beregenerasi, apa yang salah?

Dari semua ini yang penting adalah deradikalisasi. Kalau ada kelompok, dan mereka berbeda dengan pemerintah kita, sebenarnya ini sah-sah saja dalam konteks demokrasi. Yang masalah itu kan, yang sangat ultra kanan atau kiri, dan mereka jadi crime dengan ngebom-ngebom. Meledakan bom itu crime, jadi di sini perbedaannya.

Lantas bagaimana menghentikannya?

Ideologi radikal itu kan tidak hanya ada di Indonesia saja. Dimana-mana  hal itu terjadi. Sepanjang ideologi radikal masih ada, maka tindakan  radikal masih akan ada. Itu yang dihadapi di seluruh dunia hari ini. Di dalam dunia Islam misalnya ada kelompok radikal yang juga masih belum bisa diberantas, bahkan di Arab Saudi, lalu di dunia Kristen, yakni di Amerika Serikat juga ada radikalisme. Di Irlandia juga. Semua itu paham yang sangat keras yang selalu merasa benar untuk dirinya sendiri. Untuk kelompoknya sendiri.

Jadi apa solusinya?


Ya dengan deradikalisasi. Silakan punya pandangan yang berbeda tapi jangan merugikan kepentingan umum, merugikan orang lain, merusak, dan bahkan menghilangkan nyawa orang lain.

Kalau berbicara konteks Indonesia, apa kelompok yang kini paling mengancam, setelah Jamaah Islamiah "mati suri" dan banyak muncul kelompok baru seperti yang terakhir kelompok Al-Qaeda Indonesia?

Ini sulitnya. Mereka itu elastis. Kita tidak pernah tahu, sebelum mereka  bertindak dengan menggalang kekuatan seperti menimbun senjata api, bahan peledak, dan kemampuan. Yang jelas kelompok-kelompok itu ada dan tidak bisa kita kecilkan. Kita tidak bisa prediksi kemana mereka akan melakukan aksinya secara tepat. Ini soal pikiran orang yang tak gampang dibaca. Ancaman akan tetap ada dan tiap negara tak bisa menanganinya seorang diri. Kita perlu saling bekerjasama.

 Ideologi Jadi Alasan Sulitnya Memutus Mata Rantai Terorisme

Tindakan keras polisi dalam menangani terorisme malah kontra produktif.

Tak terasa, sudah satu dekade peristiwa memilukan Bom Bali I terjadi. Diketahui, tiga rentetan peledakan bom dasyat karya Amrozi cs menghantam Pulau Dewata pada 12 Oktober 2002 malam.

Dua ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club di Jl Legian, Kuta, Bali. Sementara itu, ledakan terakhir mengguncang wilayah dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat.

Tercatat 202 orang meregang nyawa dan 209 orang luka-luka. Dunia pun berduka. Pasalnya, sebagian besar korban merupakan wisatawan asing yang tengah menikmati pelesiran di Bali. Warga Indonesia juga ikut menjadi korban. Bom membunuh tanpa memilih korbannya. Pascarentetan ledakan itu, peristiwa pengeboman kembali terjadi di Tanah Air. Seperti, Bom  Marriott Hotel (2003), Kedutaan Australia (2004), Bom Bali II (2005), Marriott serta Ritz Carlton (2009), dan lainnya.

Pengungkapan dan penemuan dugaan perakitan bom ikut menghiasi. Terakhir, bahan peledak berdaya lemah memporakporandakan sebuah rumah kontrakan di Beji, Depok.

Rangkaian peritiwa itu, membuktikan mata rantai teroris di Indonesia terus berkembang. Lalu, bagaimana cara memutusnya? Pengamat Terorisme, Al Chaidar menilai, cukup susah mengatasinya.

"Memang agak susah memutus mata rantai kelompok radikal ini, karena mereka sudah tahu caranya memanfaatkan situasi hukum kita yang lemah. Memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk berkembang. Cukup susah  memberantasnya karena ini ideologis," ujar Al Chaidar kepada  Beritasatu.com, kemarin.

Dikatakan Chaidar, membuka ruang diskusi dengan tema Islam menjadi salah satu solusi memutus mata rantai teroris. "Program untuk memutusnya adalah membuka ruang diskusi untuk diperdebatkan  secara terbuka dengan menggunakan tema, misalnya hukum syariat islam,  tema tentang makna penafsiran islam atau sejarah nabi. Intinya tema-tema  krusial.

Selain itu, memberikan universitas atau akademisi untuk mempelajari dan melakukan penelitian terkait memerangi pemberontakan. Seperti penelitian antropologi dan lainnya. Kalau ini tidak dilakukan akan sangat susah," tambahnya.

Chaidar menuturkan, memang untuk melakukan itu tak semudah membalikan telapak tangan. "Untuk memulai itu semua memang tidak gampang. Tapi, kita harus punya pusat studi," katanya.

Sementara itu, Chaidar mengatakan, tindakan keras polisi  dalam menangani terorisme malah kontra produktif dan menimbulkan dendam. "Kesan umum yang muncul adalah tindakan polisi yang keras, police brutality. Menyebabkan dendam dan musuh yang nyata. Di sisi lain jumlah mereka cukup banyak, sedangkan polisi sedikit. Karena itu, sebaiknya ketika tertangkap mereka diberikan fasilitas yang  manusiawi. Bila terlalu keras bisa kontra produktif," ungkapnya.

"Selain itu, intelijen agak susah memasuki wilayah mereka. Karena hanya kerabat dekat saja yang bisa mendekat dan masuk. Sementara, intelijen bukan bagian dari mereka sehingga informasi minim," lanjut Chaidar.

Chaidar memaparkan, antarlembaga juga harus berkoordinasi. Kementerian pendidikan perlu serius menangani masalah ini, BNPT, Pengadilan, dan Kementerian Dalam Negeri ikut bersinergi.

"Kemendagri jangan hanya mengurusi Pemilukada saja. Harus serius dan perlu langkah-langkah  yang diambil. Mencari kelompok atau gerakan ini bukan hanya tugas polisi saja. Pemberantasan kemiskinan dan keterbelakangan juga faktor yang mempengaruhi," tegasnya.

Ketika ditanya apakah perang melawan terorisme ini sudah masuk tahap akhir atau sebaliknya, Chaidar menyatakan, ini baru permulaan.

"Ini baru permulaan saja. Dilihat dari mereka masih kurang cerdas, karena aktivitasnya masih bisa diprediksi. Masih gampang ditelusuri," imbuhnya.

Terkait apakah perlu membubarkan sekolah-sekolah yang diduga mencetak para teroris, menurut Chaidar kalau bisa dibubarkan cukup bagus. "Kalau bisa ada yang bubarkan cukup bagus. Namun, bagaimana melakukan itu di tengah-tengah demokrasi yang berkembang, sementara hukum kita makin lama semakin lemah. Dan mereka memanfaatkan itu."

Sedangkan, kenapa bisa begitu gampang kekuatan asing masuk? Chaidar menyampaikan, pengawasan imigrasi masih lemah. "Selain karena ini merupakan jaringan transinternasional, pihak imigrasi juga masih lemah. Seharusnya, imigrasi punya pengawasan yang tinggi. Kalau menurutnya harus dicurigai ya diikuti, jangan sampai lemah pengawasannya," tandasnya.

 Amankan Peringatan Bom Bali, Polisi All Out di Ring 2 dan 3

Mereka gabungan dari berbagai unsur di antaranya intel, Gegana, Densus 88, dan Brimob.


Petugas mengamankan lokasi Monumen Bom Bali. FOTO: AFP
Polda Bali sepertinya all out dalam mengamankan peringatan Bom Bali 1, 12 Oktober 2012, besok. Sebanyak 2.300 personel keamanan dari unsur TNI/Polri dikerahkan untuk mengamankan peringatan yang dibayang-bayangi serangan  teror itu.

Adalah Wakapolda Bali Brigjen Ketut Untung Yoga yang menyatakan pada Rabu (10/10) jika berdasarkan informasi yang dikumpulkan ada indikasi serangan teror terhadap tamu VVIP yang hadir dalam peringatan itu.

Tamu VVIP itu di antaranya adalah PM Australia Julia Gilard dan mantan PM Australia Jhon Howard. Dalam acara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga berencana untuk hadir.

Seserius apa ancaman itu dan apakah ancaman itu riil? Saat dihubungi, kemarin, Yoga menjawab, "Prinsipnya kehati-hatian dan mengedepankan upaya-upaya pencegahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu keamanan dan kelancaran penyelenggaraan event tersebut."

Lantaran itulah, sebanyak 1.300 personel Polri itu akan ditempatkan di ring 3 dan sebagian di ring 2. "Kalau ring 1 yang harus menjawab Paspampres karena itu wilayah mereka, kalau di ring 3 itu tanggung jawab polisi, maka kami akan melakukan pengaturan, penjagaan, dan pengamanan, sedangkan di ring 2 sesuai koordinasi di lapangan dengan Paspampres," tambah Ketut.

Mereka itu terdiri dari unsur lalu lintas, sabhara, Binmas, intel, gegana, Detasemen Khusus 88, dan Brimob. Juga pecalang (penjaga adat) yang akan turut dilibatkan.

Para polisi itu, menurut Yoga, akan dilengkapi dengan alat bantu berteknologi deteksi, kelengkapan melekat perorangan, dan persenjataan  khusus tergantung dinamika situasi yang dihadapi. Alat bantu berteknologi deteksi itu adalah X-ray, metal detektor, dan mirror.

Ada dua titik lokasi yang menjadi fokus pengamanan, yaitu Garuda Wisnu Kencana Jinbaran dan monumen bom Bali I Ground Zero Legian, Kuta.

Kepolisian fokus pada empat hal pengamanan. Pertama, pengamanan tokoh-tokoh yang hadir pada peringatan itu. Kedua, pengamanan terhadap tempat penyelenggaraan. Ketiga, pengamanan terhadap barang. Terakhir, pengamanan terhadap aktivitas acara yang sedang berlangsung.

TNI AL Kembangkan Terapi Hiperbarik

Jakarta - Untuk menekan tingkat kecelakaan di laut, TNI AL mengembangkan terapi hiperbarik. Terapi ini saat ini menjadi salah satu bidang kesehatan yang berkembang pesat dalam dunia kesehatan, khususnya di matra laut. Hiperbarik bertujuan mendukung kegiatan keangkatanlautan dalam menjalankan misi menjaga pertahanan negara.

"Kesehatan dan keselamatan jiwa prajurit AL saat ini menjadi fokus perhatian para pemimpin TNI AL," kata Kepala Dinas Kesehatan TNI AL, Laksma TNI Jeanne Winaktu, ditemui di sela-sela seminar internasional bertema "Kesehatan Hiperbarik dan Kegawatdaruratan di Laut", di Jakarta, Kamis (11/10).

Dalam mengembangkan terapi hiperbarik ini, TNI AL bekerja sama dengan sejumlah stakeholder kesehatan di dalam negeri, seperti Kementerian Kesehatan dan sejumlah perguruan tinggi yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan. Jeanne secara sederhana menjelaskan terapi hiperbarik adalah terapi pemberian oksigen bertekanan tinggi di dalam ruang tertutup. Ini dilakukan dengan tekanan-tekanan tertentu sehingga bisa dijadikan terapi pengobatan.[nsf/P-3]
© Koran Jakarta

★ Puna Wulung Akan Masuk Skuadron Udara RI

Puna Wulung
Jakarta - Sejak awal pengembangannya pada 2004 lalu, pengembangan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) yang dilakukan oleh BPPT telah menghasilkan berbagai prototipe yang sesuai dengan misi terbang yang diembannya. Diantaranya yaitu PUNA Wulung, Gagak, Pelatuk, Seriti serta Alap-alap. Bahkan setelah bekerjasama dengan Balitbangkemenham pada 2011 lalu telah berhasil pula dikembangkan PUNA untuk misi surveilance (pemantauan dari udara). Pengembangan PUNA dengan misi pemantauan udara ini dimaksudkan untuk dipergunakan TNI sebagai pendukung wahana patroli perbatasan NKRI.

“Dalam kerekayasaan suatu teknologi, capaian-capaian tersebut baru sebatas Technology Development Phase. Hal ini harus dilanjutkan ke tahap engineering manufacturing sebelum sampai tahap akhir yaitu tahap produksi. Demo flight PUNA kali ini merupakan momentum PUNA melewati fase technology development,” ungkap Kepala BPPT, Marzan A Iskandar pada acara Demo Flight PUNA WULUNG di Bandar Udara Halim Perdanakusuma Jakarta (11/10).


Dalam demo flight yang juga dihadiri oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono tersebut ditampilkan PUNA Wulung yang dapat dimanfaatkan untuk misi surveilance. PUNA Wulung mempunyai bentang sayap 6 m, kecepatan operasional 52÷69 knots, kemampuan terbang 4 jam pada ketinggan sampai 8000 ft serta mampu lepas pandas pada jarak 300 m. Pesawat tersebut juga dilengkapi dengan target lock camera system untuk misi surveilance. Pesawat ini juga mampu terbang auto-pilot hingga 73,4 km.


“Masih banyak yang harus dilakukan dalam penyempurnaan produk PUNA pada tahap engineering manufacturing ke depan. Diantaranya menyusun standar desain PUNA nasional, menyempurnakan kendali auto take off-landing serta terbang konfigurasi bersama dalam satu squadron,” tegas Marzan.


Hal senada kembali ditegaskan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Gusti Muhammad Hatta, mengenai perlunya pengembangan dan penelitian lebih lanjut dalam proses penyempurnaan produk PUNA tersebut. Misalnya bagaimana upaya untuk lebih meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negerinya (TKDN), dan meningkatkan kualitas PUNA baik dari segi jarak tempuh, pengurangan tingkat kebisingan maupun perluasan kemampuan operasinya.


“Demo flight kali ini menunjukkan bahwa anak bangsa mampu mengembangkan teknologi sebagaimana bangsa maju lainnya. Yang harus dilakukan adalah yakin terhadap karya hasil anak bangsa tersebut. Jika kita ingin maju, industri nasional seharusnya memakai hasil penemuan dari peneliti kita,” ujarnya.


Setelah melihat demo flight kemampuan PUNA Wulung, Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro menyatakan bahwa PUNA tersebut dapat dikatakan sudah lulus dari phase technology development. Dengan demikian, PUNA Wulung akan masuk dalam jajaran skuadron udara RI.


“Indonesia memang berencana untuk membangun skuadron PUNA yang akan ditempatkan di perbatasan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah pertama dari sisi pengguna, yaitu TNI AU, mengenai spesifikasi teknis dan operational requirements yang diharapkan. Dalam tahap engineering manufacturing nantinya, keperluan pengguna ini harus diperhatikan. Kemudian dari sisi produsen, diharapkan yang memproduksi PUNA ini nantinya adalah industri dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk membangun industri pertahanan dalam negeri,” ungkap Purnomo.


Ke depan, lanjutnya, diharapkan PUNA ini tidak hanya untuk misi surveilance saja, tapi juga pengintaian, perang elektronika, dan bahkan jika memungkinkan dapat dijadikan rudal dan bombing. “Kalau industri pertahanan kuat, TNI pasti kuat. Inilah yang ingin kita capai ke depan. Disamping itu kepentingan pemerintah adalah membangun multiplier effect dari pengembangan industri pertahanan dalam negeri ini,” ungkapnya.


Untuk mencapai semua itu, menurut Marzan, diperlukan kerjasama yang lebih luas dan intens dari seluruh potensi bangsa baik dari sistem politik (Kemenhan, Kemenperin, Kemenkominfo, Kemenristek dan Bappenas), sistem demand (TNI), sistem industri serta sistem litbang. “Secara umum BPPT akan berperan sebagai lembaga intermediasi, technology clearing house, audit teknologi, pengkaji dan penyedia solusi teknologi dalam mendukung industri pertahanan ini. BPPT akan terus berkontribusi secara berkelanjutan untuk mewujudkan PUNA nasional sebagai salah satu wahana pencapaian kemandirian teknologi industri pertahanan nasional yang menjadi keniscayaan suatu bangsa,” tutup Marzan.

© BPPT

★ KRI Klewang Terbaru Berbahan Baja

Jakarta - Insiden terbakarnya KRI Klewang membuat TNI Angkatan Laut berpikir ulang memesan kapal dari bahan komposit karbon. Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Soeparno mengatakan bahwa KRI Klewang yang baru bakal dibuat dari bahan yang lebih kuat.

"Jelas bahannya harus lebih kuat. Jangan komposit kayak KRI Klewang yang kemarin. Bisa terbakar lagi gara-gara korsleting listrik," kata Soeparno, Kamis (11/10).

Soeparno menambahkan , pembuatan KRI Klewang bakal ditanggung asuransi dan ganti rugi atas kebakaran kapal yang diklaim antiradar tersebut.

Jika diganti berbahan baja solid apakah akan membuat kemampuan antiradar kapal hilang? Soeparno menjamin bahwa antiradar bakal menjadi fitur yang harus dipertahankan kendati bahan pembuat kapal sudah berganti. Sebab, teknologi antiradar masih bisa digunakan kendati bahan kapal dari baja.

Seperti diketahui, KRI Klewang milik TNI AL yang baru diluncurkan pada 31 Agustus 2012 lalu dari galangan kapal PT Lundin Industry Invest, Banyuwangi, ludes terbakar pada Jumat 28 September lalu. Tidak ada barang yang tersisa dari kapal tersebut. Kapal tersebut terbakar setelah ada korsleting listrik yang menimbulkan api.

Api dengan cepat dan lahap memakan semua bodi kapal hingga tak bersisa. Untungnya, kapal tersebut sudah diasuransikan. PT Lundin juga mengaku siap bertanggungjawab terhadap kapal tersebut.

"KRI Klewang sudah kobong (terbakar, Red). Sudah habis nggak perlu dibicarakan lagi. Yang penting nanti Klewang yang baru lebih kuat," kata Soeparno.
© JPNN

Orang-Orang "Penting" di Ekspedisi KRI Dewaruci Keliling Dunia (1)

KRI Dewaruci berada di New York
Kesuksesan ekspedisi KRI Dewaruci keliling dunia hingga tiba kembali ke tanah air kemarin (1/10) tak bisa dilepaskan dari orang-orang "penting" di kapal latih TNI-AL itu. Salah satunya Serka Lis Supari. Wartawan Jawa Pos SURYO EKO PRASETYO yang ikut dalam pelayaran bersejarah tersebut menceritakan peran besar Supari.
 Supari, si Tukang Listrik yang Ahli Tambal Kapal

SUPARI mengawali pendidikan di TNI-AL pada 1987. Sebagai orang desa, dia tidak pernah membayangkan akan menjadi prajurit matra laut.

Tapi, siapa sangka, lulusan STM YPP Bersubsidi Purworejo, Jawa Tengah, jurusan listrik itu akhirnya menjadi orang pertama di desanya yang diterima di TNI-AL. Dia benar-benar bangga. "Alhamdulillah, sekali daftar saya langsung katut (diterima)," kenangnya.


Ketertarikan Supari masuk TNI-AL sebenarnya bermula dari coba-coba. Sebab, selulus STM, dia menganggur tiga tahun. Saat itu dia "terdampar" di Jakarta dan tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Dengan bekal ijazah sekolah kejuruan itulah, pria asal Desa Kledung, Kecamatan Banyuurip, Purworejo, tersebut ikut seleksi calon tamtama di Armada RI Kawasan Barat (Armabar) Jakarta.


Tapi, baru menyerahkan berkas saja, Supari sudah kena damprat panitia yang mendaftar. Waktu itu dia ditanya mengapa baru mendaftar setelah tiga tahun lulus sekolah. Supari menjawab sekenanya.


"Pas ditanya apa saja kegiatan saya sebelum mendaftar, saya bilang mblakrak dan dolan. Spontan saya langsung dibilang bego oleh petugas itu," ujar Supari, lalu terkekeh.


Pada masa itu persyaratan fisik atau postur yang proporsional, khususnya tinggi badan, belum ditetapkan minimal 165 cm seperti ketentuan sekarang. Karena itu, dengan tubuh kerempeng setinggi 162 cm, Supari tetap boleh ikut seleksi.


Dia sempat kurang percaya diri dengan kondisi fisiknya. Apalagi, jumlah pendaftar ketika itu lebih dari 6.000 orang. Sementara itu, siswa calon tamtama (catam) yang diambil hanya 60 orang. "Mungkin sudah takdir, saya yang kecil dan ndeso ini ternyata masuk di tahap pantukhir (penentuan terakhir)," imbuhnya.

Supari mengungkapkan, fisiknya kurus sebenarnya bukan karena kurang gizi. Tetapi, karena dia gemar berolahraga, khususnya lari jarak jauh (10 ribu meter dan maraton). Dia bahkan menjadi andalan sekolahnya dalam kejuaraan-kejuaraan lari tingkat kabupaten.

"Hampir tiap hari saya lari 5-10 km. Itu resep yang membuat tubuh saya selalu fit," terang pria yang genap 47 tahun pada 2 April lalu dengan bangga.

Pada Desember 1987 Supari menjalani pendidikan dasar militer di Pusdikdasmil Juanda, Sidoarjo, sekitar tiga bulan dan pendidikan kejuruan di Kobangdikal, Bumimoro, Surabaya, sekitar sembilan bulan. Ketika dinyatakan lulus dari pendidikan itu, dia dilantik sebagai anggota TNI-AL dengan pangkat kelasi dua di korps listrik.

Setelah itu, Supari langsung ditempatkan di KRI Dewaruci di bawah Satuan Kapal Bantu Armatim. Dia seangkatan dengan dua personel senior di kapal latih itu. Yakni, Bintara Utama Peltu SBA Johanes Satoro dan Sertu Bek Ainu Rofik. Johanes dan Rofik sejak dinas perdana di Dewaruci belum pernah bertugas di kesatuan lain.

Sementara itu, Supari pada 2006-2011 pernah mendapat kepercayaan memperkuat satuan lain. Dia bertugas di Divisi Pantai Satuan Kapal Amfibi Koarmatim Surabaya dan mengikuti proyek maintenance listrik kapal Sigma di galangan kapal Schadel, Flishingen, Belanda.


Di KRI Dewaruci, anggota korps listrik berada di bawah departemen mesin. Supari yang kini berpangkat sersan kepala menjadi bintara paling senior di departemen itu. Sudah 14 komandan kapal silih berganti menjabat sejak dia masuk kapal berumur 60 tahun tersebut. Selama menjadi awak kapal legendaris itu, dia pernah mengalami kejadian luar biasa yang hampir merenggut nyawanya.

Sehari menjelang berlayar ke Australia pada akhir 1997, dapur kapal di geladak tengah terbakar hebat. Penyebabnya, tungku pemanas dan penggorengan mengalami korsleting. Kebetulan Supari sedang jaga darat atau piket. Saking paniknya juru masak ketika itu, api yang berkobar disiram air laut. Kobaran api bukannya padam, melainkan malah tambah besar dan sulit dijinakkan.


"Kami berusaha mati-matian memadamkan kebakaran agar tidak merembet ke ruang lain," ungkap bapak Rifki Muhammad Yusuf, 16, dan Hanif Nur Ibrahim, 12, itu.


Setelah kebakaran bisa dikendalikan, tugas baru menantinya. Instalasi dan tungku listrik di dapur rusak berat. Supari dan juru listrik lain ketiban sampur harus melembur untuk memperbaiki peranti 10 ribu kilowatt itu. "Sebab, kapal dijadwalkan harus berangkat jam 10 esok paginya," tuturnya.


Supari tidak bisa membayangkan bagaimana jika perbaikan itu tak dapat selesai sesuai dengan harapan komandan kapal. Pasalnya, kegiatan Dewaruci dalam pelayaran selama empat bulan keliling Australia sudah terjadwal. "Beruntung, kami bisa menyelesaikan perbaikan ekstra itu satu jam sebelum kapal berangkat," cerita Supari.


Ekspedisi Dewaruci keliling dunia 2012 menjadi tantangan tersendiri bagi Supari. Sebab, kali ini Dewaruci berlayar dalam waktu sangat lama dan sangat jauh. Kapal latih TNI-AL itu melintasi jarak 27 ribu nautikal mil atau 50.000 kilometer selama 277 hari. Dalam pelayaran tersebut, Dewaruci mengarungi 24 pelabuhan di 13 negara dan 4 benua.

Supari sudah terbiasa bekerja dalam tekanan. Dalam kondisi darurat, dia tetap bisa tenang. Pasalnya, suami Ngatini tersebut memiliki banyak keahlian. Selain di bidang kelistrikan, dia ahli pertukangan, mekanik, bahkan tampil di mimbar untuk berdakwah.

Ketika lambung kiri Dewaruci bocor di Boston, AS, Juli silam, Supari dipercaya untuk "membereskan". Dia lalu membuat pelat baja guna menambal kebocoran. Keterampilan dia memotong besi, menggerinda, dan mengelas tidak diragukan. Hasilnya sangat memuaskan. Hingga tiba di Pelabuhan Belawan, Medan, Senin (1/10) lalu, Dewaruci tak bocor lagi.

Kelebihan Supari dalam memperbaiki pendingin ruang (AC) juga tidak kalah oleh juru AC/fresh room. "Jam terbang beliau paling tinggi," puji juru AC/fresh room Kelasi Kepala Lis M. Irfan.


Di bidang kerohanian, Supari tergolong mahir berkhotbah. Dia sering dipercaya kru kapal menjadi imam salat dan berceramah saat bintara rohani (baroh) Pelda Bah Reza Nevyansyah berhalangan karena sakit. Supari beberapa kali tampil sebagai khatib salat Jumat maupun tarawih pada Ramadan lalu. "Ini amalan saya untuk menyampaikan kebenaran walaupun hanya satu ayat," imbuh jamaah majelis tafsir Alquran itu diplomatis.

Berkat berbagai prestasinya tersebut, Supari tak pernah tertinggal menjadi salah seorang kru andalan dalam berbagai misi pelayaran Dewaruci. Sebelum ekspedisi keliling dunia ini, dia pernah mengawal Dewaruci dalam pelayaran internasional perdana pada 1989 ke Malaysia dan Filipina; lalu keliling Australia (1991, 1998); Amerika (1999, 2000); serta Eropa (2003, 2005).

Dia berharap, seusai menyelesaikan tugas "penting" dalam ekspedisi Dewaruci kali ini, pangkatnya akan naik. "Mudah-mudahan naik menjadi sersan mayor," tutur tentara yang sudah mengabdi sekitar 24 tahun itu.(*/c10/ari)
© Jpnn
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...