Sabtu, 09 Agustus 2014

[World News] Russian Deputy Prime Minister Suggests Resuming MiG-31 Interceptor Aircraft Production

MiG-31 interceptor aircraftMiG-31 interceptor aircraft

The production of MiG-31 interceptor aircraft should resume, as they could prove effective for another 15 years, Russian Deputy Prime Minister Dmitry Rogozin said Friday.

“The aircraft had no rivals. That was the opinion of the Military-Industrial Commission, the Defense Ministry, the industry on the whole and even the State Duma, which used to hold special hearings on the subject of the interceptor. The production should be revived, as the jet is being upgraded. This fighter will certainly be effective for another 15 years, with its various modifications that are up to today’s military requirements,” Rogozin said.

The deputy prime minister went on to say that he believed the aircraft had big export potential and expected high demand for the MiG-31.

The MiG-31 is a long-range supersonic interceptor aircraft based on the MiG-25. The MiG-31 went into production in 1979, with some 500 delivered. In 1994, production of the jets was curtailed.

  ★ rian.ru  

ISIS Proyek Dari Mossad, CIA dan MI6?

CIA MossadLogo CIA, MI6 dan Mossad (sumber : english.farsnews.com)

Mantan pegawai badan intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA), serta juga sebagai mantan agen CIA, Edward Snowden, pembocor rahasia intelijen AS yang kini bermukim di Rusia mengungkapkan bahwa bahwa Islamic State of Irak and Syria (ISIS) bukan murni organisasi militan Islam. Organisasi ini merupakan bentukan kerjasama dari badan intelijen Inggris (MI6), Amerika (CIA) dan Israel (Mossad).

Snowden mengatakan badan intelijen ketiga negara itu secara khusus menciptakan sebuah organisasi teroris yang mampu menarik semua ekstremis dunia untuk bergabung di suatu tempat, dengan menggunakan strategi yang disebut "the hornet's nest" atau sarang lebah. Menurut Snowden, dokumen NSA itu terlihat mengimplementasikan strategi sarang lebah untuk melindungi entitas Zionis dengan menciptakan slogan-slogan keagamaan dan Islam.

Menurut media-media di Iran, sepeti dikutip Moroccantimes, pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi dilatih secara khusus oleh badan intelijen Israel, Mossad. Badan intelijen tiga negara tersebut sengaja membentuk kelompok teroris untuk menarik kelompok-kelompok garis keras di seluruh dunia dalam satu tempat. Dengan strategi ini, kelompok-kelompok yang merupakan musuh Israel dan sekutunya itu jadi lebih mudah terdeteksi. Tujuan lainnya, untuk merawat instabilitas di negara-negara Arab.

Menurut dokumen yang dirilis oleh Snowden, disebutkan juga, "Satu-satunya solusi untuk melindungi negara Yahudi adalah dengan menciptakan musuh di dekat perbatasannya". Dokumen yang dibocorkan itu mengungkapkan bahwa pimpinan tertinggi ISIS yang juga seorang ulama, Abu Bakr al-Baghdadi telah dilatih secara militer yang intensif selama satu tahun di bawah kendali Mossad. Selain latihan militer dan pengorganisasiannya, dia juga dilatih dalam masalah teologi dan seni berbicara.

Global Research, sebuah lembaga peneliti independen dari Canada menyebutkan bahwa seorang Rusia, pakar dalam studi oriental, Vyacheslav Matuzov, mengatakan pemimpin dari Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) Abu Bakr al-Baghdadi memiliki hubungan sangat dekat dan terus bekerja sama dengan Badan Intelijen Pusat AS (CIA). Matuzov menyatakan, “All facts show that Al-Baghdadi is in contact with the CIA and during all the years that he was in prison (2004-2009) he has been collaborating with the CIA,” katanya di Suara Radio Rusia, Selasa, 8 Juli 2014.

Dia mengatakan bahwa AS tidak perlu menggunakan drone untuk mengamati ISIL, karena sudah memiliki akses ke para pemimpin ISIL. Matuzov juga meyakini sejak komandan teroris merupakan sekutu AS, maka Washington tidak akan memerangi mereka. Mereka adalah bagian dari rencana besar dari AS, tegas Mantuzov.

Dalam penelitiannya, menurut Global Research bahwa ISIL adalah kelompok ekstremis Takfiri yang awalnya adalah para pemberontak yang berjuang melawan invasi pimpinan AS ke Irak pada tahun 2006. Kemudian ISIL sejak Tahun 2012 berkembang menjadi lebih besar di Suriah. Kelompok ini dikenal bertanggung jawab atas pembunuhan massal dan tindakan ekstremis kekerasan di seluruh Suriah dan Irak.

Dalam catatan Global Reserarch, pemimpin ISIL adalah Abu Bakr Al-Baghdadi, yang pernah menjadi seorang tahanan di penjara AS Bucca pada tahun 2004, kemudian dilepaskan pada tahun 2009 dan mengumumkan dirinya sebagai khalifah dari negara Islam. Beberapa informasi menyebutkan bahwa pejuang suku Kurdi mengungkapkan bahwa mereka telah menemukan bahan makanan kemasan buatan Israel di tempat persembunyian ISIL di Mosul dan kota Kirkuk.

Beberapa laporan pengamat militer juga menyebutkan bahwa rumah sakit milik Israel telah merawat militan ISIL yang terluka dalam pertempuran. Bahkan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu juga telah melakukan kunjungan ke rumah sakit lapangan yang didirikan oleh otoritas Israel di wilayah Suriah yang diduduki ISIL untuk mengobati pemberontak yang luka akibat bertempur dengan pasukan Suriah.

Informasi lain yang memperkuat adanya kaitan antara kelompok ISIL (ISIS) dengan badan intelijen AS, disampaikan oleh pejabat Yordania, bahwa anggota ISI telah dilatih disebuah markas rahasia di Yordania oleh instruktur dari Amerika Serikat. Pada minggu pertama bulan Juni 2014 mingguan Jerman Der Spiegel menulis bahwa militer AS telah melatih pemberontak Suriah di Yordania.

Latihan di Yordania dilaporkan terutama pada penggunaan senjata anti-tank. Majalah Jerman itu melaporkan sebelumnya sekitar 200 orang pemberontak telah menerima pelatihan selama tiga bulan. Harian Inggris Guardian juga melaporkan bahwa AS pada bulan Maret membantu pelatihan militer kepada pemberontak Suriah di Yordania bersama dengan instruktur Inggris dan Perancis. Reuters melaporkan juru bicara Departemen Pertahanan AS menolak berkomentar langsung pada laporan majalah Jerman itu. Kementerian luar negeri Prancis dan kementerian luar negeri dan pertahanan Inggris juga tidak mau berkomentar kepada Reuters.

 Kontroversi info intelijen Abu Bakr al-Baghdadi 

Abu Bakr al-Baghdadi dalam rangka upaya klaim sebagai keturunan Nabi Muhammad, melengkapi namanya menjadi Abu Bakr Al-Baghdadi Al-Hussein Al-Qurashi. Setelah AS melakukan Invasi ke Irak pada tahun 2003, al-Baghdadi membantu mendirikan kelompok militan, Jamaat Jaysh Ahl al-Sunnah wal-Jamaah (JJASJ), di mana ia menjabat sebagai kepala Komite penilaian kelompok. Menurut catatan Departemen Pertahanan AS, Bakr al-Baghdadi kemudian ditangkap oleh pasukan AS dan ditahan di Camp Bucca AS dari awal Februari 2004 hingga awal Desember 2004. Dari catatan yang ada, al-Baghdadi setelah itu tidak pernah ditahan lagi (Wiki).

Al -Baghdadi dan kelompoknya bergabung dengan Mujahidin Shura Council (MSC) pada tahun 2006, di mana ia menjabat sebagai anggota Komite hukum MSC. Setelah mengubah nama MSC sebagai Negara Islam Irak (ISI) pada tahun 2006, al-Baghdadi Menjadi pengawas umum Komite penghakiman ISI dan anggota dari kelompok Dewan Konsultatif senior.

Negara Islam Irak (ISI) juga dikenal sebagai Al-Qaeda di Irak atau AQI-Irak, bagian dari organisasi militan Islam internasional Al-Qaeda. Al-Baghdadi diumumkan sebagai pemimpin ISI pada tanggal 16 Mei 2010, setelah tewasnya pendahulunya Abu Omar al-Baghdadi dalam serangan bulan April. Antara Maret dan April 2011, ISI mengklaim 23 serangan di selatan Baghdad, semua menuduh telah dilakukan di bawah komando al-Baghdadi.

Setelah serangan pasukan AS, Navy SEALs X-Team pada tanggal 2 Mei 2011 di Abbottabad, Pakistan yang menewaskan pemimpin tertinggi Al-Qaeda Osama bin Laden, al-Baghdadi merilis pernyataan memuja Osama bin Laden dan mengancam akan melakukan pembalasan atas kematiannya.

Pada 15 Agustus 2011, gelombang serangan bunuh diri ISI dimulai di Mosul yang mengakibatkan 70 orang tewas. Tak lama kemudian, ISI berjanji pada situs web untuk melakukan 100 serangan di seluruh Irak sebagai pembalasan atas kematian bin Laden. Baghdadi menyatakan bahwa kampanye ini akan menampilkan berbagai metode serangan, termasuk razia, serangan bunuh diri, bom pinggir jalan dan serangan senjata ringan, di semua kota dan daerah pedesaan di seluruh negeri. ISI terus melakukan teror di Irak.

Pada 8 April 2013, al-Baghdadi mengumumkan pembentukan Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) yang diterjemahkan dari bahasa Arab sebagai Islamic State of Iraq and Syria. Sebagai pemimpin ISIS, al-Baghdadi menjalankan dan memimpin semua aktivitas ISIS di Irak dan Suriah.

ISIS kemudian terlibat konflik dengan Jabhat al-Nusra (Al-Nusra Front) yang diketahui sebagai perwakilan Al-Qaeda di Suriah. Ketika mengumumkan pembentukan ISIS, al-Baghdadi menyatakan bahwa faksi jihad perang saudara Suriah, Jabhat al-Nusra juga dikenal sebagai Al-Nusra Front adalah bagian dari ISIS. Pemimpin Jabhat al-Nusra, Abu Mohammad al-Jawlani, mengajukan keberatan ke Emir Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri, yang kemudian mengeluarkan pernyataan agar ISIS harus membatasi operasinya hanya di Irak dan keluar dari Suriah. Pada bulan Januari 2014 Al-Nusra berhasil menmaksa ISIS keluar dari kota Raqqa, pada bulan Februari 2014 Al-Qaeda memutuskan hubungan dengan ISIS. Tetapi ISIS dengan berani menentang seruan Al-Qaeda tersebut.

Pada tanggal 29 Juni 2014, ISIS mengumumkan pembentukan khilafah, al-Baghdadi meresmikan dirinya sebagai Khalifah, dikenal sebagai Khalifah Ibrahim, dan ISIL (ISIS) berganti nama menjadi Islamic State (Negara Islam). Deklarasinya itu banyak dikritik oleh pemerintahan negara-negara dan kerajaan di Timur Tengah serta kelompok-kelompok jihad lainnya, serta juga oleh para teolog Muslim Sunni dan sejarawan.

Yusuf al-Qaradawi, seorang pengajar terkemuka yang tinggal di Qatar menyatakan: "Deklarasi yang dikeluarkan oleh Islamic State itu tidak sah menurut hukum dan memiliki konsekuensi yang berbahaya bagi Sunni di Irak dan pemberontakan di Suriah." Dia menambahkan bahwa gelar Khalifah "hanya dapat diberikan oleh seluruh bangsa dan kaum muslim di dunia, bukan oleh satu kelompok." Al-Baghdadi sebagai khalifah menyatakan mendesak umat Islam di seluruh dunia untuk pindah dan bergabung ke Negara Islam baru itu.

Catatan khusus : Pada tanggal 4 Oktober 2011, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memasukan Abu Bakr al-Baghdadi sebagai teroris global yang khusus dicari dan mengumumkan hadiah hingga US $ 10 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya atau kematiannya. Dalam pemberian hadiah besar lainnya bagi kalangan teroris, hanya Ayman al-Zawahiri, pimpinan tertinggi Al-Qaeda yang tercatat lebih tinggi dihargai kepalanya yaitu US $ 25 juta.

 Analisis 

Dari beberapa fakta diatas, terlihat adanya perbedaan informasi penahanan pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi yang kini mengangkat dirinya menjadi Khafilah Negara Islam. Pakar dari Rusia dalam studi oriental, Vyacheslav Matuzov menyatakan Baghdadi telah ditahan di AS selama empat tahun dan kemudian dilepas dan menjadi agen CIA. Sementara informasi lain (Wiki) menyebutkan referensi Departemen Pertahanan AS menyatakan al-Baghdadi hanya ditahan selama 10 bulan di penjara (Camp Bucca) dari bulan Februari-Desember 2004. Nampaknya informasi Matuzov tidak akurat, karena sejak 2006 Baghdadi diketahui kembali aktif di kawasan Irak.

Tetapi nampaknya ada kemungkinan pada tahun 2005 selama setahun Al-Baghdadi menghilang, dia sedang menjalani latihan di Yordania dibawah pelatih dari Mossad, karena Baghdadi baru diberitakan muncul dan aktif pada 2006 bergabung pada Mujahidin Shura Council (MSC). Baghdadi kemudian mengubah nama MSC menjadi Negara Islam Irak (ISI), dan pada 16 Mei 2010 dia menjadi pimpinan tertinggi. Selama aktif di ISI diketahui Baghdadi ikut beroperasi sebagai organisasi militant Al-Qaeda di Irak atau AQI-Irak.

Kiprah al-Baghdadi kemudian mulai bersinar setelah ISIS melebarkan sayap ke Suriah dan melakukan serangan bom bunuh diri di Mosul pada 15 Agustus 2011. ISIS dibawah kepemimpinan Abu Bakr al-Baghdadi kemudian terus melakukan serangan bom bunuh diri di Irak dan Baghdadi mengeluarkan pernyataan akan membalas kematian Osama bin Laden yang ditembak mati Pasukan Khusus AS Navy SEALs pada 2 Mei 2011.

Nah, pada tanggal 4 Oktober 2011 itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengumumkan memasukkan nama Baghdadi sebagai teroris global yang namanya dicari dan kepalanya dihargai US $ 10 juta. Pengumuman ini yang sangat menarik perhatian, karena seperti dikatakan oleh pakar Rusia Matuzov, Baghdadi adalah agen binaan CIA yang dilatih oleh Mossad. Apakah ini merupakan upaya pengamanan agen seperti yang biasanya dilakukan badan intelijen? Biasa disebut sebagai upaya desepsi pengamanan agen agar tidak terbaca oleh counter intelligence lawan.

Kiprah al-Baghdadi kemudian semakin menjadi-jadi. Pembentukan ISIS (ISIL) pada 8 April 2013 semakin menunjukkan kepercayaan diri dan anak buahnya. Dikabarkan di daerah operasi Suriah, sebagian besar milisi asing kemudian bergabung ke ISIS. Al-Baghdadi tidak perduli, siapapun yang dianggap bertentangan akan diserangnya. ISIS ini telah mendapatkan reputasi untuk aturan brutal di daerah yang dikendalikannya. Semua diatur dengan hukum syariat Islam yang sangat keras, mereka yang beragama selain Islam dipaksa masuk Islam atau membayar pajak, dan apabila menolak akan dipenggal kepalanya.

Konflik ISIS dengan pemerintahan negara-negara di Timur Tengah semakin menjadi-jadi terutama setelah dia mengumumkan Negara Islam versi Baghdadi, dimana dia menjadi Khalifah pada tanggal 29 Juni 2014. Al-Baghdadi mendesak umat Islam di seluruh dunia untuk pindah dan bergabung dengannya.

Kini, Islamic State bentukan Al-Baghdadi semakin kuat, mempunyai ribuan pasukan bersenjata, memiliki peralatan perang hasil rampasan dari pasukan Irak di Mosul. Dengan idenya membentuk negara Islam yang menerapkan syariat Islam dengan keras, disatu pihak dia tidak disukai, tetapi dilain pihak dia dipuja. Sebagai contoh, di Indonesia ada kelompok yang melakukan ba'iat kepada al-Baghdadi tidak peduli apa yang dilakukannya dan dimanapun dia berada, yang penting kata mereka, ada tokoh yang menyuarakan negara Islam dan telah membuktikan keberhasilan langkah militernya untuk menguasai sebuah negara.

Jadi memang benar, ISIS bukanlah aliran agama yang berisi ajaran teologi dan ritual keagamaan. ISIS atau faham Islamic State Baghdadi adalah gerakan politik yang bisa mengancam kedaulatan dan konstitusi. ISIS termasuk dalam kategori gerakan transnasional politik agama. Itulah sebabnya organisasi ini dinilai sangat berbahaya apabila terbentuk dan kemudian membesar. Tujuannya apabila berkembang di Indonesia hanya satu, yaitu akan merebut dan mengubah dasar negara Pancasila dan UUD 1945.

Nah, kini yang menjadi pertanyaan, apakah memang ISIS dan Abu Bakr al-Baghdadi adalah bentukan tiga badan intelijen dari tiga negara? Memang bisa diakui bahwa keberadaan ISIS yang kemudian berkembang menjadi IS (Islamic State) telah menimbulkan konflik kepelbagai pejuru. al-Baghdadi telah menabrak semua pihak yang bertikai, dan ada satu dimana dia tidak terlibat, yaitu dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Disinilah point penting, pada masa mendatang kita akan melihat apakah mereka justru merupakan bemper dari Israel?

Kesimpulannya, antara politik dan intelijen memang merupakan dua komponen intelijen strategis yang sangat erat kaitannya di wilayah konflik Timur Tengah itu. Kini si principle agent memasukkan komponen sosial sebagai bumbu penyedap dan komponen militer sebagai unsur penekan dan diplomasi. Kita harus siap jangan sampai kemasukan atau terjadi infiltrasi komponen militer, karena komponen sosial politik sudah mulai melakukan infiltrasi kedalam negeri.

Walau target ISI pada awalnya hanya untuk menimbulkan gelombang kejut serta penciptaan instabilitas di kawasan Timur Tengah, penulis agak khawatir al-Baghdadi akan menjadi bola liar memantul ke pejuru dunia. Indonesia mereka pasti ketahui masih banyak kaum muslim yang tidak faham apabila dimanfaatkan untuk sebuah kepentingan politik sepihak. Banyak pasti yang akan terkejut dan kecewa apabila memang benar informasi Snowden itu, ISIS juga buatan Mossad yang dibuat untuk melindungi Israel.

Disinilah intelijen dan aparat keamanan sebaiknya mewaspadainya, karena faham ini sudah merembes lebih dari empat bulan tanpa adanya langkah counter yang pasti dan tegas. Kata teman penulis, "untung ada video Youtube itu, kita jadi tersadar."

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net

  ★ ramalanintelijen  

Proyek Jet Tempur PT DI

http://2.bp.blogspot.com/-sdC_aH1KT7k/UTDj6Fgv6LI/AAAAAAAAakA/BuVaFriebbA/s640/KFX-IFX-103c.jpgKFX/IFX (KDN)

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sedang mengembangkan dua tipe pesawat asli karya anak bangsa. Pesawat yang dirancang adalah untuk angkutan penumpang dan keperluan tempur. Lantas bagaimana kelanjutan proyek pesawat terbang itu?

Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana menerangkan pesawat penumpang tipe N219 baru siap diperkenalkan ke publik (roll out) pada awal tahun 2015. Tiga bulan berikutnya atau sekitar bulan Maret, N219 akan menjalani uji coba terbang perdana (first flight).

"Roll out awal 20015. Itu 2-3 bulan habis roll out baru first flight," kata Andi saat acara RITECH Expo 2014 di Kantor BPPT Jalan MH Thamrin Jakarta, Sabtu (9/8/2014).

Setelah uji terbang, N219 baru bisa memperoleh sertifikasi dari Kementerian Perhubungan selaku regulator. Sertifikasi ditargetkan paling lambat keluar pada Februari 2017.

Sertifikasi ini penting sebagai syarat untuk produksi massal. Andi membenarkan sampai sekarang, Indonesia belum mempunyai pesawat asli buatan lokal yang lolos uji sertifikasi dari Kemenhub.

"N250 nggak bisa diproduksi karena belum disertifikasi," jelasnya.

N219 merupakan pesawat baling-baling canggih karya putra-putri bangsa. Pesawat ini mampu membawa penumpang dan barang lebih banyak dibandingkan pesawat sejenis seperti Dornier 228-202.

Pesawat Dornier ini telah dipakai oleh maskapai Susi Air. Pesawat N219 juga dibandrol jauh lebih murah ketimbang Dornier namun memakai teknologi kokpit terbaru.

"Kita targetnya ingin US$ 4,5 juta. Dornier baru dibeli seharga US$ 8 juta," ujarnya.

Sedangkan untuk pembuatan pesawat tempur, PTDI bersama Kementerian Pertahanan RI dan Korea Selatan memasuki tahap Engineering Manufacturing Development.

Proses EMD dimulai tahun ini dan berlangsung hingga 10 tahun ke depan. Proses akhir EMD ini adalah sertifikasi pesawat Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX).

"Ini kita mulai tahun ini dan baru selesai 2025," katanya.

Andi membenarkan proses EMD sempat tertunda karena adanya beberapa persoalan. Salah satunya adalah perbedaan permintan single engine (permintaan Korsel) dan double engine (permintaan Indonesia).

Akhirnya disepakati bawah KFX/IFX akan memakai double engine. KFX/IFX merupakan pesawat generasi 4.5. Pesawat ini memiliki teknologi di atas F16 dan F18 namun di bawah pesawat F 22 dan F35.

Pesawat ini paling tidak memiliki teknologi anti radar meski tidak secanggih pesawat F22 atau F35.

"Generasi 5 dia pakai teknologi tidak bisa dideteksi radar. Banyak teknologi yang dipakai sehingga nggak bisa dideteksi radar. Generasi 4.5 mendekati ke sana, tapi nggak secanggih itu," paparnya.

  ★ detik  

[World News] Penyerangan Terhadap Militan Daulah Islamiyah

Amerika Serikat telah memberi bantuan makanan dan air ke Irak ObamaPresiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan ia telah menyetujui serangan udara yang ditujukan terhadap militan Islam Daulah Islamiyah atau ISIS di Irak utara, jika mereka mengancam kepentingan AS.

Amerika Serikat telah memberi bantuan makanan dan air melalui udara ke Irak di bawah ancaman dari pejuang dari Daulah Islamiyah.

Kelompok ini telah merebut kota Qaraqosh, kota Kristen terbesar di Irak akibatnya warga melakukan eksodus untuk menyelamatkan diri.

Persediaan makanan diberikan kepada anggota minoritas Yazidi luar daerah Sinjar, kata seorang pejabat AS.

Banyak warga Yazidi telah meninggalkan rumah mereka dan beberapa berlindung di pegunungan terdekat.

Sebelumnya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bertemu untuk membahas situasi di Irak.

"Para anggota Dewan Keamanan PBB mengimbau masyarakat internasional untuk mendukung pemerintah dan rakyat Irak dan untuk melakukan semaksimal mungkin untuk membantu meringankan penderitaan penduduk yang terkena dampak konflik di Irak," kata Duta Besar Inggris untuk PBB Mark Lyall Grant.

Sementara itu, Amerika Serikat memperingatkan situasi bagi kelompok minoritas di Irak dapat menjadi "bencana kemanusiaan".

AS juga akan mengirimkan bantuan kemanusiaan berupa makanan dan obat-obatan untuk warga di Irak utara melalui udara.
Serangan udara pertama AS melawan DI Pesawat tempur ASPentagon menyatakan dua pesawat F/A-18 menjatuhkan bom laser 500 pound.

Amerika Serikat menyatakan telah melakukan serangan udara terhadap milisi Daulah Islamiyah di Irak, yang sebelumnya dikenal dengan nama ISIS.

Pentagon menyatakan pesawat mereka menyerang artileri yang dipakai di Irak utara untuk melawan pasukan Kurdi yang mempertahankan kota Irbil.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengizinkan dilakukannya serangan udara hari Kamis (7 Agustus), tetapi mengatakan dirinya tidak akan mengirim kembali pasukan Amerika Serikat ke Irak.

Dua pesawat F/A-18, menurut Pentagon, menjatuhkan bom laser 500 pound pada artileri bergerak dekat Irbil.

Serangan udara ini merupakan yang pertama sejak Presiden Obama menarik pasukannya dari Irak pada tahun 2011.

Daulah Islamiyah (DI) sekarang menguasai banyak wilayah Irak dan Suriah.

Bulan Juni, DI menguasai kota Mosul, Irak utara dan bergerak maju ke selatan ke arah Baghdad, dan awal pekan ini pejuangnya menguasai Qaraqosh, kota Kristen, terbesar Irak.

Bagian media Pentagon Laksamana John Kirby mengatakan DI menggunakan artileri menyerang pasukan Kurdi yang berusaha mempertahankan Irbil, tempat markas AS berada.

Hari Kamis, Obama mengatakan pemerintah Irak meminta bantuan dan AS akan bertindak "berhati-hati dan bertanggungjwab, untuk menghindari kemungkinan aksi genosida" terhadap masyarakat Yazidi dan Kristen, keduanya kelompok minoritas di Irak.

Intervensi Amerika Serikat ini menyusul meningkatkan kekhawatiran internasional atas nasib umat Kristen dan kelompok minoritas Yazidi karena gerak maju DI.

Washington juga sudah menjatuhkan bantuan pangan darurat kepada ribuan pengungsi di kawasan pegunungan.
AS luncurkan serangan kedua ke Daulah Islamiyah Ini menjadi operasi militer pertama AS sejak penarikan pasukan pada 2011 lalu.

Amerika Serikat meluncurkan dua serangan udata tambahan untuk melawan militan Daulah Islamiyah, yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, di Irak utara, kata Pentagon.

Pesawat tanpa awak AS dan jet tempur laut menyerang target di dekat kota Irbil, Kurdish - lokasi yang sama dengan serangan pertama yang dilakukan Jumat (08/08).

Dalam aksi kedua ini, Pentagon mengklaim bahwa mereka berhasil menghancurkan mortar dan menewaskan sekelompok militan.

Dengan jet tempur, mereka juga berhasil menghancurkan tujuh kendaraan yang sedang melakukan konvoi, kata juru bicara Laksamada Muda John Kirby.

Rangkaian serangan ini menandai kali pertama AS terjun langsung dalam operasi militer di Irak sejak ditariknya pasukan AS pada 2011.

Intervensi dilakukan menyusul meningkatkan kekhawatiran internasional atas nasib umat Kristen dan kelompok minoritas Yazidi karena gerak maju DI.

Marie Harf, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, mengatakan kepada BBC bahwa tujuan utama serangan ini adalah "untuk mencegah DI masuk ke Irbil".

Pejuang DI telah menguasai sebagian besar Irak utara sejak Juni.

"Kemudian, jangka panjang, kami ingin menyediakan waktu dan ruang untuk pasukan Kurdish untuk kembali dan bertempur sendiri," katanya.

Kelompok militan DI telah menguasai sejumlah bagian Irak dan Suriah.

Puluhan ribu orang dari kelompok minoritas telah meninggalkan rumah mereka.

DI sebelumnya dikenal sebagai ISIS, juga telah menyita bendungan terbesar Irak.

  ★ BBC  

[World Article] Penjara Seumur Hidup Bagi Pimpinan Rezim Pembantai di Kamboja

Dua orang tua ini termasuk pimpinan Khmer Merah selama 1975-1979 Suasana haru dan isak tangis terjadi di ruang pengadilan di Phnom Penh, Kamboja, Kamis 7 Agustus 2014. Namun, yang menangis bukanlah dua orang yang diadili, melainkan ratusan korban yang selamat dari kekejaman rezim Khmer Merah.

Mereka terharu setelah mendengar hakim membacakan vonis atas dua orang yang diadili. Dua petinggi Khmer Merah itu, Khieu Samphan dan Nuon Chea, dihukum penjara seumur hidup setelah dinyatakan bersalah terlibat dalam kejahatan atas kemanusiaan selama mereka berkuasa di Kamboja.

Salah satu pengunjung yang terharu adalah Bou Meng. Pria yang kini berusia 73 tahun itu selamat dari kekejaman penjara maut Tuol Sleng semasa rezim Khmer Merah. "Saya ingin melihat keadilan. Bukan yang setengah-setengah, tapi keadilan bagi orang-orang dimana pun," kata Bou seperti dikutip Voice of America.

Juru bicara pengadilan, Lars Olsen, menyebut keputusan hakim ini adalah "hari yang bersejarah" bagi rakyat dan sistem hukum di Kamboja. "Para korban telah menunggu 35 tahun untuk pertanggungjawaban hukum ini dan sekarang pengadilan telah menjatuhkan putusan. Ini merupakan tonggak yang jelas," lanjut Olsen seperti dikutip harian The Guardian.

Kerabat korban kekejaman Khmer Merah yang sudah meninggal pun terharu mendengar keputusan hakim. Mereka pun saling berpelukan tanda bersyukur bahwa keadilan telah ditegakkan. Sebaliknya, kedua terhukum tidak menunjukkan reaksi saat Hakim Nil Nonn membacakan vonis pengadilan yang disponsori oleh Perserikatan Bangsa Bangsa itu.

Usia dua terpidana itu sekarang sudah sangat sepuh. Khieu sekarang 83 tahun dan Nuon 88 tahun. Namun, semasa berkuasa, mereka memerintah rezim yang bengis. Hampir seperempat rakyat Kamboja saat itu habis terbantai oleh para pengikut rezim Khmer Merah.

Khieu Samphan dikenal sebagai "kepala negara" rezim Khmer Merah. Dia mewakili pemimpin rezim, Pol Pot, dalam mengendalikan pemerintahan. Sedangkan Nuon Chea merupakan wakilnya Pol Pot, sehingga disebut sebagai "Saudara Nomor Dua."

Mereka berdua dinyatakan bersalah atas kasus pembunuhan, penyiksaan politis, dan perbuatan-perbuatan tidak manusiawi lain. Dengan reaksi dingin, sebelum mendengar vonis, dua orang sepuh itu membantah semua tuduhan.

Persidangan dua pimpinan Khmer Merah itu selama ini mendapat perhatian luas dari rakyat Kamboja. Sebagian besar lahir, setelah Khmer Merah tidak lagi berkuasa, mereka penasaran dengan seberapa besar keterlibatan dua orang yang kini telah tua renta itu dalam kekejaman masa lalu.

Kendati sudah tua, Khieu dan Nuon masih bisa berkilah di persidangan. Mereka mengaku tidak tahu apa-apa atas kejahatan yang disangkakan. Walau menjabat posisi tinggi, Khieu dan Nuon juga menyatakan saat itu tidak punya kuasa untuk menghentikan pembantaian atas sebagian rakyat Kamboja.

Namun, hakim menolak argumen itu. Hakim mengingatkan bahwa, sebagai kepala negara, Khieu pasti tahu kebijakan Partai Komunis Kamboja - nama resmi Khmer Merah - yang berkuasa. Begitu pula dengan Nuon. Hakim melihat dia terbukti sebagai pengambil kebijakan tertinggi dalam kekuasaan partai.

Sementara itu, tim pengacara Nuon dan Khieu bakal mengajukan banding atas hukuman yang diberikan hakim kepada klien mereka. Namun, Majelis Hakim menyatakan bahwa kedua terpidana itu harus tetap ditahan selama pengajuan proses banding mengingat bobot kejahatan yang mereka lakukan.

Sebelumnya, empat tahun lalu, Kamboja juga berhasil mengadili eks petinggi Khmer Merah. Dia adalah Kaing Guek Eav, yang dikenal dengan julukan "Duch."

Sebagai Kepala Penjara Tuol Sleng di Phnom Penh era Khmer Merah, Duch bertanggung jawab menyiksa dan membunuh lebih dari 14.000 tahanan secara keji. Sama seperti yang dialami Khieu dan Nuon, Duch akhirnya dihukum penjara seumur hidup.

 Kisah kelam 

Pengadilan atas Duch, Khieu dan Nuon itu mengingatkan kembali Kamboja, dan juga masyarakat internasional akan kekejaman Khmer Merah di masa silam. Sebagai kekuatan komunis, Khmer Merah berhasil menang perang saudara pada 1975 dan otomatis berkuasa di negara bekas jajahan Prancis itu.

Selama memerintah 1975-1979, Khmer Merah sangat beringas. Di tangan mereka, sekitar nyawa dua juta jiwa rakyat Kamboja melayang secara kejam.

Menurut The History Channel, dipimpin Pol Pot, Nuon Chea, Ieng Sary, Son Sen, Khieu Samphan, dan Partai Komunis Khmer mereka semasa berkuasa menerapkan eksekusi politik, kelaparan, dan kamp kerja paksa bagi para musuh politik maupun kalangan intelektual.

Perintah pertama Khmer Merah kepada penduduk di Phnom Penh saat itu adalah segera tinggalkan kota. Mereka memperdaya penduduk dengan alasan bahwa Phnom Penh akan dibom pesawat Amerika Serikat, sehingga harus mengungsi.

Dalam hitungan jam, Phnom Penh sunyi senyap. Rezim Khmer Merah sengaja memindahkan penduduk ke desa untuk dibuat menjadi kaum tani sekaligus menyingkirkan kaum-kaum tertentu yang mereka anggap sebagai musuh rakyat.

Selama empat tahun berkuasa, rezim Khmer Merah menyiksa dan membantai warga yang berprofesi sebagai guru, kaum profesional, maupun yang tergolong kelas borjuis, atau kapitalis.

Tempat-tempat mereka dieksekusi dikenal sebagai ladang pembantaian (killing field). Ada juga warga dikirim ke kamp kerja paksa, tergantung dari bobot kesalahan, atau latar belakang mereka berdasarkan penilaian subjektif para aparat. Di sana, mereka pun dibiarkan kelaparan.

Rezim Khmer pun menanamkan nilai-nilai revolusioner ekstrem kepada anak-anak melalui suatu kamp khusus dengan tidak lagi mengakui orangtua kandung mereka. Anak-anak pun dikerahkan untuk memata-matai dan mengintimidasi orang-orang dewasa.

Rezim Khmer Merah juga membubarkan pemerintahan kerajaan, walau tetap mengakui Raja Norodom Sihanouk sebagai kepala negara hingga 2 April 1976, saat dia mundur dari jabatannya. Sihanouk berstatus sebagai tahanan rumah di Phnom Penh, sebelum akhirnya berhasil mengungsi ke AS dan akhirnya pindah ke Tiongkok.

Rezim Khmer Merah akhirnya berakhir pada 1979, saat Vietnam menyerang Kamboja dan berkuasa di sana selama sepuluh tahun, sebelum akhirnya tercipta kesepakatan damai. Para pimpinan Khmer Merah, termasuk Pol Pot melarikan diri ke hutan. Namun, sebagian dari mereka saat ini berhasil ditangkap dan tengah diadili untuk kasus kejahatan atas kemanusiaan.

 Pol Pot 

Sebagai orang yang paling diburu, Pol Pot meninggal dalam pelarian. Dia dinyatakan tewas pada 15 April 1998. Menurut stasiun berita BBC, para jurnalis saat itu menyaksikan jenazahnya yang telah terbujur kaku di suatu desa di Kamboja bagian barat, diberitahu bahwa Pol Pot meninggal karena serangan jantung.

Pol Pot tidak pernah mengungkapkan usianya, namun dia diyakini wafat di usia sekitar 70 tahun. Nama Pol Pot terdengar menyeramkan bagi rakyat Kamboja yang hidup di akhir dekade 1970-an.

Tahun 1997, Pol Pot diberhentikan sebagai pemimpin Khmer Merah. Bahkan, pengadilan khusus Khmer Merah menjatuhkan dia hukuman penjara seumur hidup. Kabar meninggalnya Pol Pot tersiar beberapa jam setelah para petinggi kelompok Khmer Merah bersiap menyerahkan dia kepada pemerintah Kamboja untuk mengakhiri perang saudara.

Namun, mantan menteri luar negeri Amerika Serikat, Henry Kissinger, yang menjabat saat Khmer Merah berkuasa di Kamboja, menduga bahwa Pol Pot sengaja dibunuh.

Pol Pot memimpin Partai Komunis Kamboja pada tahun 1962, setelah menjadi seorang pengikut Marxis saat belajar Paris, Prancis. Dia dan kelompok perlawanan Khmer Merah yang dibentuknya berkuasa di Kamboja selama periode 1975-1979, setelah perang melawan pasukan pemerintah yang didukung AS.

Semasa memerintah, Pol Pot dan rezimnya membuat kebijakan bahwa warga yang masuk kelompok intelektual adalah musuh negara. Itulah sebabnya banyak warga dari kaum terpelajar disiksa dan dibunuh.(asp)

  ★ Vivanews  

[World News] ISIS Produk AS

Agar Timteng Bergolak HeadlineHillary Clinton (Foto: istimewa)

Mantan Menlu AS Hillary Clinton membuat pernyataan yang mengejutkan dunia. Hillary mengakui, gerakan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) merupakan gerakan buatan AS guna memecah belah dan membuat Timur Tengah senantiasa bergolak.

Pernyataan Hillary tersebut, selain disiarkan berbagai media massa barat juga dilansir harian Mesir, Elmihwar. Rabu (6/8) lalu harian itu menuliskan bahwa Hillary menyatakan hal itu dalam buku terbarunya, “Hard Choice”.

Mantan Menlu di kabinet Obama masa jabatan pertama itu itu mengaku, pemerintah AS dan negara-negara barat sengaja membentuk organisasi ISIS demi memecah belah Timur Tengah (Timteng). Hillary mengatakan gerakan ISIS sepakat dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013.

“Kami telah mengunjungi 112 negara sedunia. Lalu kami bersama-sama rekan-rekan bersepakat mengakui sebuah Negara Islam (Islamic State/IS) saat pengumuman tersebut,” tulis Hillary.

Dalam buku tersebut juga diuraikan bahwa ‘negara Islam’ itu awalnya akan didirikan di Sinai, Mesir, sesuai revolusi yang bergolak di beberapa negara Timur Tengah. Semua, kata dia, berantakan saat kudeta yang digerakkan militer meletus di Mesir.

“Kami memasuki Irak, Libya dan Suriah, dan semua berjalan sangat baik. Namun tiba-tiba meletus revolusi 30 Juni-7 Agustus di Mesir. Itu membuat segala rencana berubah dalam tempo 72 jam,” ungkap istri mantan presiden AS, Bill Clinton, itu.

Hillary menambahkan, pihak barat sempat berpikir untuk menggunakan kekuatan. Persoalannya, Mesir bukanlah Suriah atau Libya, karena militer negara itu tergolong kuat. Selain itu, warga Mesir cenderung tidak pernah meninggalkan militer mereka. “Jadi, jika kami gunakan kekuatan melawan Mesir, kami akan rugi. Tapi jika kami tinggalkan, kami pun rugi,” tulis dia.

  ♞ Inilah  

[World News] Vietnam army to have S-400 system soon

S-300 system will be replaced with S-400 Vietnam will soon receive the latest generation anti-aircraft weapon system S-400, or Surface-to- Air Missiles (SAM) from Russia, said a senior Russian official.

Talking to MIA Russia Today news agency on August 6, Assistant to the Chairman of the Defense Committee of the State Duma Igor Novoselov affirmed that Vietnam’s current S-300 system will be replaced with S-400, dubbed SA-21 Glowler by NATO, in the near future.

S-400 can shoot down targets at both low and high altitudes, and cover a large area, he added.

Igor Novoselov noted that Russia is maintaining military and technical cooperation effectively with Vietnam – a strategic partner in Southeast Asia.

Russia has signed contracts to build two Gepard 3.9 frigates and six Kilo-class submarines for Vietnam.

  ★ Vietnambreakingnews  

Aksi Dakota dalam Kampanye PRRI

Foto: Dok. Sukardi

D
ari kokpit C-47 Dakota, Letnan Udara Satu Sukardi melihat di kejauhan pemburu P-51 Mustang dan pembom B-25 Mitchell masih melepaskan tembakan ke bawah dengan manuver menakutkan. Sesaat lagi ke-24 Dakota akan menerjunkan ratusan pasukan payung APRI di Tabing, Padang.

Dibanding merebut Pekanbaru dan Medan, Operasi 17 Agustus untuk menduduki Kota Padang pada 17 Maret 1958, relatif lebih mudah dari sisi penerbangan. Karena pada saat akan menyerang Padang, AURI sudah mempunyai modal tiga lapangan terbang di Pulau Bintan (Kijang), Pekanbaru (Simpang Tiga), dan Medan (Polonia).

Operasi perebutan Padang bisa disebut sebagai klimaks dari tiga operasi yang disiapkan oleh GKS (Gabungan Kepala Staf) dalam menyudahi petualangan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatera.

Seperti ditulis dengan sangat baik oleh Marsekal (Pur) Sukardi di bukunya, “Saatnya Berbagi Pengalaman dan Rasa Sukardi Marsekal TNI (Purn)” dan dikutip di tulisan ini, untuk merebut kembali secara militer seluruh wilayah di Sumatera Utara dan Tengah, telah disiapkan tiga operasi. Yaitu Operasi Tegas untuk menguasai kembali wilayah Riau, dipimpin oleh Letkol Inf Kaharuddin Nasution. Operasi Saptamarga untuk merebut Sumatera Timur dan Tapanuli, dipercayakan kepada Brigjen TNI Djatikusumo. Serta merebut Sumatera Barat, disiapkan Operasi 17 Agustus dengan komandan Kolonel Inf Achmad Yani. Sikap mendua Kolonel Barlian di Sumatera Selatan pun tidak dibiarkan berkembang lebih jauh, sehingga GKS mengirim Letkol dr Ibnu Sutowo dan pasukannya lewat Operasi Sadar. Sikap simpati Barlian kepada PRRI pula yang menjadikan GKS membatalkan penggunaan lapangan terbang Palembang sebagai pangkalan aju.

Soal Kolonel Barlian, Sukardi tiba-tiba ingat kejadian beberapa tahun silam saat dia menjadi staf ahli Menkopolhukam Soesilo Soedarman. Ketika itu muncul aspirasi dari rakyat Palembang untuk mengubah nama bandara menjadi Bandara Barlian. Oleh menteri, hal ini didiskusikan dengan Sukardi, yang kemudian menjelaskan bahwa sikap simpati Barlian kepada PRRI meninggalkan catatan buruk dalam karier militernya. Sang menteri pun mengabaikan permintaan kelompok yang mengatasnamakan rakyat itu.

GKS memang memprioritaskan untuk merebut wilayah Riau secepatnya karena alasan strategis. Di antaranya karena di wilayah tersebut terdapat kilang minyak Caltex yang banyak mempekerjakan warga asing terutama dari Amerika Serikat. Walau di sisi lain, anehnya, para petualang PRRI dan juga Permesta, mendapat dukungan secara diam-diam dari AS lewat badan intelijen CIA.

Operasi Tegas adalah operasi gabungan laut dan udara. Pasukan KKO (Korps Komando) AL dan Batalion 528 Brawijaya didaratkan dari Sungai Siak Indragiri, sementara PGT (Pasukan Gerak Tjepat) dan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) diterjunkan dari udara. Namun karena ALRI butuh waktu untuk mencapai Pekanbaru karena harus menelusuri sungai, maka tak ada pilihan operasi udara harus dilaksanakan segera. Karena operasi gabungan, Letkol Kaharuddin dibantu oleh Letkol Udara Wiriadinata sebagai Wakil Komandan I dan Mayor KKO Indra Subagio sebagai Wakil Komandan II.

Diharapkan menjadi yang terdepan, tidak mudah bagi AURI untuk mewujudkannya. Pasalnya tak satupun lapangan terbang di Sumatera yang bisa dipergunakan karena sudah dikuasai oleh pihak PRRI. Hanya satu yang tersisa, yaitu lapangan terbang Kijang di Bintan yang biasa disebut Tanjung Pinang (sebenarnya ini nama kota di Pulau Bintan), sekitar 350 kilometer dari Pekanbaru. Sejatinya lapangan terbang ini memiliki sejumlah kelemahan seperti tidak tersedianya fasilitas pengisian bahan bakar. Panjang landasan hanya 1.000 meter dan terbuat dari campuran batu dan tanah yang dipadatkan. Taxiway juga tidak tersedia, tempat parkir pesawat sangat terbatas. Penerangan landasan hanya mengandalkan obor-obor minyak tanah yang diistilahkan gooseneck.

Hanya itulah pilihan yang tersedia, padahal Dakota yang akan membawa pasukan payung tidak mampu terbang nonstop dari Jakarta ke Pekanbaru dan kembali lagi ke Jakarta. Legenda Perang Dunia II ini butuh stop over untuk refueling. Alhasil ketika sekitar 50 pesawat AURI dari berbagai jenis yang dilibatkan dalam Operasi mendarat di Kijang, suasananya tak ubahnya terminal bus bayangan. Pesawat di parkir di kiri dan kanan landasan pacu, sangat berdesak-desakan, wing to wing, pun tidak aman.

Peralatan komunikasi dan navigasi pangkalan hanya mengandalkan radio VHF/UHF berkekuatan sedang. Itupun masih mengkhawatirkan karena pasokan listrik yang terbatas. Karena pancaran sinyal alat pemandu navigasi tidak terlalu besar, pesawat yang akan mendarat baru bisa menangkap sinyalnya sekitar 30 mil dari pangkalan.

Menurut catatan Sukardi, sistem pertahanan pangkalan juga setali tiga uang, sesuai kemampuan APRI kala itu. Begitu pula sistem radar, tidak ada sama sekali. Bagaimana mungkin sebuah pangkalan induk tidak dilindungi oleh radar atau sistem pertahanan udara.

Karena itu pertahanan pangkalan terhadap kemungkinan serangan udara lawan, jika ada, dilaksanakan oleh pesawat Mustang. Secara rutin pesawat pemburu ini melakukan patroli udara di sekitar lapangan terbang. “Kalaulah ada sabotase saat itu, habislah sudah AURI,” kenang Sukardi kepada Angkasa di kediamannya di kawasan Jakarta Selatan.

 Persiapan matang 

Setelah Pekanbaru berhasil direbut pasukan APRI pada 12 Maret 1958, keberhasilan juga diperoleh lebih mudah ketika menduduki Medan. Pasukan yang semula diterjunkan di Pekanbaru, setelah alih kodal dengan pasukan darat, kemudian diterjunkan kembali di Medan. Perebutan Medan dilakukan dalam sebuah airborne operation skala kecil di Belawan pada 17 Maret yang melibatkan PGT dan RPKAD. Penerjunan dibarengi dengan pendaratan amfibi oleh KKO di pelabuhan Belawan disusul pendaratan pasukan AD dari Batalion 322. Operasi ini dirancang secara mendadak setelah laporan intelijen menyampaikan bahwa Medan diduduki oleh pasukan yang loyal kepada Mayor Boyke Nainggolan. Karena operasi dadakan ini, rencana Operasi 17 Agustus di Padang mengalami penundaan sesaat. Selesai menerjunkan pasukan, Sukardi dan 11 pesawat Dakota lainnya bermalam di Medan, bersiap untuk menyerang Padang.(Beny Adrian)

  ★ Angkasa  

[World Article] The First SAM Kill

Mengintip Sarang Naga WB-57D dan B-57A milik USAF dalam formasi.

Sejak Kuomintang (Kaum Nasionalis) terusir dari daratan China ke Pulau Taiwan (yang kemudian menjadi RoC, Republic of China, hingga saat ini) sebagai hasil kekalahannya dari tentara komunis (yang kemudian menjadi RRC, Republik Rakyat China) di perang saudara China (1946-1948), kemampuan intelijen barat (terutama Amerika) untuk memonitor perkembangan di China daratan berkurang secara sangat drastis.

Hal ini merupakan suatu kemunduran besar, mengingat saat itu China (masih) merupakan salah satu sekutu terdekat Uni Soviet sehingga sangat penting bagi barat untung mengetahui segala sesuatunya yang sedang terjadi di sana.

Menimbang situasi tersebut, pengerahan pesawat pengintai merupakan pilihan utama, dan terkadang malah menjadi pilihan satu satunya untuk menyadap informasi dari China daratan. Dan akhirnya, ruang udara di atas RRC pun sering dikunjungi oleh tamu tak diundang, yang dari sekedar Spitfire milik RAF hingga pesawat bomber yang dimodifikasi sebagai recce, Martin RB-57D, yang diterbangkan AU Taiwan.

Dalam program “Diamond Lil”-nya CIA, mulai tahun 1958 sejumlah pilot AU Taiwan dilatih Amerika untuk mengoperasikan RB-57, dan selanjutnya “diberikan” 3 buah pesawat RB-57. Hasilnya, sejak 1959 mereka pun mulai melakukan misi pengintaian masuk jauh diatas RRC. Dan karena mereka diperintahkan untuk terbang tinggi, paling tidak 20000 meter atau lebih, fighter fighter RRC pun tidak mampu untuk menjangkau dan mencegat mereka, apalagi artileri anti pesawatnya. Tapi, masa bahagia tidak bertahan selamanya, dan komunis pun mulai mencari cara mengatasi penerbangan gelap ini.
Uncle SAM datang ke China Situs SAM di sekitar Beijing. Pattern yang sama bisa kita temukan di (eks) situs SAM AURI di Teluk Naga Tangerang.

Sudah jelas sekali bahwa bagi RRC, penerbangan gelap Taiwan tersebut tidak dapat diterima, tapi RRC saat itu juga tidak punya sesuatu apapun yang bisa menangkal penerbangan gelap tersebut. Karena alasan inilah maka pemimpin RRC pun meminta bantuan ke Uni Soviet. Soviet pun merespon baik, mulai akhir 1958/awal 1959 beberapa baterai system rudal pertahanan udara SA-75 Dvina (SA-2) pun mulai dibeli China. Saat itu hubungan China dan Soviet belum memburuk.

Total, pada pengiriman pertama itu ada 5 baterai SA-2 dan 1 training set yang dibeli oleh RRC bersama 62 pucuk rudal V-750 dan V-750V. Bersamaan dengan pengiriman ini datang pula advisor dan instruktur dari Uni Soviet yang dikepalai oleh Kolonel Victor Slusar untuk merakit dan melatih personel PLAAF mengoperasikan sistem senjata baru ini.

Para advisor dan instruktur Uni Soviet mencatat, bahwa siswa dari China amat sangat semangat belajar dan mampu menyerap segala pengetahuan dengan cepat dan menyeluruh. Sebagai hasilnya, pada pertengahan Juni 1959 tim pertama yang mengoperasikan sistem SA-75 ini sukses melakukan uji tembak pertama di gurun Gobi.

Walaupun begitu, masih butuh pelatihan sangat intensif selama 2 bulan lagi sebelum siswa yang mengawaki system senjata baru ini dinilai cukup mampu untuk menggunakannya. Walau penuh dengan berbagai macam masalah teknik sebagaimana biasanya implementasi sebuah system baru, baterai SAM pertama RRC pun dinyatakan operasional per Agustus 1959. Paman “SAM” sudah datang ke China!

Setelah Ujicoba operasional selama sebulan, akhirnya pada tanggal 20 September 1959, unit SAM PLAAF dinyatakan combat ready dan mulai dideploy disekitar Beijing. Disekitaran waktu tersebut, bahkan sebelumnya, penerbangan gelap Taiwan terus berlangsung, bahkan pada bulan Juni 1959, sebuah RB-57 Taiwan melakukan misi pengintaian di atas ibu kota RRC: Beijing (Peking pada saat itu).

Baterai SAM yang baru tersedia sedikit tersebut diposisikan di sekitaran Beijing dengan posisi sedemikian rupa untuk mengkover jalur penerbangan yang diperkirakan digunakan pesawat intai Taiwan yang sudah beberapa kali lewat Beijing.

Untuk menjaga ke-strategis-an system SAM ini, penempatannya pun dilakukan dengan penuh kerahasiaan. Kru dan personel unit tersebut disamarkan sebagai kru pengeboran minyak yang sedang mencari sumber daya minyak, sebuah samaran yang dianggap sempurna karena dengan status tersebut, pergerakan dan pemindahan “berbagai alat alat teknik” pun tidak mudah dicurigai.

Perlu dicatat pula, saat itu, seluruh kru unit SAM tersebut sudah 100% dari PLAAF, semua instruktur asal Uni Soviet tidak ada yang terlibat dalam operasional. Status kru asal Soviet di unit operasional hanya sebagai adviser.
Ujian Kesabaran CETC YLC-8/8A VHF Band Long Range 2D Surveillance Radar

Operator SAM SA-2 Guideline/S-75 Dvina PLAAF yang baru lulus ini sudah gatal untuk membuktikan hasil training mereka, tapi apa daya, sudah 2 minggu semenjak combat ready tidak terjadi apa apa. Tidak satupun pesawat RoCAF yang melintas. Ketegangan mulai dirasakan pada tanggal 1 hingga 4 Oktober 1959, pada peringatan 10 tahun Deklarasi RRC. Diharapkan, diperkirakan akan ada pesawat mata mata musuh yang melintas, tapi ternyata lewat dari tanggal tersebut tidak satupun “tamu tidak diundang” yang datang.

Tiba tiba, pagi hari tanggal 5 Oktober, sebuah pesawat terdeteksi terbang dari arah Taiwan dan masuk ke ruang udara RRC di provinsi Fujian. Radar RRC mulai men-tracking penerbangan gelap tersebut mengarah ke Nanking. Pesawat tempur PLAAF pun di-scramble tetapi karena pesawat sasaran terbang di ketinggian di atas 20 ribu meter, fighter PLAAF praktis hanya mampu membayangi jauh di ketinggian rendah dan tidak dapat mencegat sasaran tersebut.

Sementara sasaran terus bergerak hingga melewati Sungai Yangcy dan berjarak 500km dari Beijing. Sistem SAM mulai disiapkan dan operator mulai berpikir bahwa inilah saatnya pembuktian dari latihan intensif yang sudah dijalani selama ini. Tetapi mendadak sasaran berbelok mengarah ke Shanghai dan terbang menjauh dari Beijing tanpa pernah masuk ke dalam jarak tembak system SAM baru PLAAF.

Pemerintah dan PLAAf tentu kecewa belum bisa membuktikan kehandalan system SAM baru tersebut. Tapi di atas segalanya, mereka khawatir, jangan jangan entah bagaimana, adanya SAM dan posisi penempatan mereka sudah bocor ke tangan musuh. Namun setelah berbagai pertimbangan, mereka memutuskan tidak membuat perubahan dan menunggu kesempatan lain untuk menembak jatuh pesawat penerbangan gelap musuh. Suatu keputusan yang baik dan benar.
Kena Telak Penembakan SA-2 Guideline/S-75 Dvina.

Dua hari kemudian, di 7 Oktober 1959, peristiwa yang nyaris serupa terjadi. Petugas radar PLAAF mendeteksi penyusup yang terbang tinggi. Karena jelas dan pentingnya penanganan penindakan penerbangan gelap ini, maka segala sesuatunya dikoordinasikan oleh Kasaf PLA dan keberadaan Kolonel Slusar pun penting mengingat perannya sebagai adviser.

Meskipun berdasarkan pengalaman selama ini bahwa pesawat pesawat tempur PLAAF tidak sanggup mencegat penyusup yang terbang di ketinggan diatas 20 ribu meter, mereka tetap diperintahkan untuk scramble dan membayangi sasaran. Harapannya, si sasaran (semoga saja) mengalami masalah dan terpaksa kehilangan ketinggian sehingga bisa dicegat oleh pesawat tempur yang stand by mengejar.

Sementara itu dari visual kontak, penerbangan gelap tersebut teridentifikasi sebagai RB-57D no 5643. Pesawat tersebut diterbangkan oleh Kapten Ying Chin Wong dan sedang terbang mengarah lurus ke Beijing, dan kali ini tidak berputar balik seperti 2 hari yang lalu. Segera menjadi jelas bahwa RB-57D tersebut akan segera masuk ke jarak tembak system SAM yang baru saja dipasang di sekeliling Beijing. Dan oleh sebab ini seluruh pesawat tempur yang sedang membayangi diperintahkan untuk disengage dan meninggalkan sasaran. Memberi jalan bagi rudal baru membuktikan dirinya.

RB-57D tersebut terbang mengarah ke jarak tembak system SAM SA-2 Guideline/S-75 Dvina dari 2nd Rocket (i.e. missile) Battalion dibawah komando Yue Zhenhua. Ketika jarak sasaran masih di 200km, dia menerima perintah untuk menghancurkan sasaran. Radar battalion tersebut mendeteksi sasaran di jarak 115km, dan jarak pun semakin mengecil sejalan dengan si RB-57 terbang kearah Beijing. Dan ketika sasaran berjarak 41km, Yue Zhenhua memberin perintah untuk menembakkan 3 rudal sekaligus secara salvo. Rudal pertama tercatat ditembakkan pada 12:04 waktu setempat dan segera diikuti 2 rudal sisanya.

Sekitar 40+ detik kemudian rudal mengenai sasaran di jarak 29-30km. bagi Yue Zhenhua tidak ada keraguan lagi bahwa sasarannya kena dengan telak, karena di radar sasaran mulai terlihat kehilangan ketinggian dengan cepat. Hingga di ketinggian 5000 meter, sasaran pun hilang dari layar radar dan disimpulkan sasaran sudah pecah diudara. Keberhasilan pencegatan ini segera dilaporkan ke rantai komando di atasnya dan Jenderal PLA ditemani oleh Kol. Slusar pun segera meninjau lokasi jatuhnya RB-57 tersebut dengan helicopter. Karena sudah diplot melalui radar tadi, lokasi jatuhnya sasaran dapat diketemukan dengan mudah. Reruntuhannya tersebar dalam radius 5-6 Km. Dan walaupun pecah berkeping-keeping, reruntuhan pesawat tersebut masih bisa dikenali sebagai sebuah RB-57. Setelah diteliti, total sebanyak 2471 lubang yang diakibatkan shrapnel dari rudal V-705 ditemukan di fuselage reruntuhan. Oleh karena itu tidak heran jika pesawat tersebut pecah berkeping keeping. Dan pecahan rudal tersebut juga yang membunuh pilot pesawat tersebut.[Hobby Militer]

  Militer.or.id  

Divisi Kapal Selam TNI AL

Sejarah dan Kekuatannya Kini KRI Cakra. (Foto: Desura)

Agustus 1958, Indonesia mengirim 110 personel ke Eropa Timur, berangkat dari Surabaya dengan kapal laut Heinrich Jensen berbendera Denmark menuju Reijeka (Yugoslavia). Rombongan meneruskan perjalanan dengan kereta api ke Polandia melewati Ceko dan Hongaria secara nonstop. Sembilan bulan mereka dilatih personel Rusia agar menjadi awak kapal selam.

Usai menjalani pelatihan, seluruh personel langsung bergegas menuju Vladdivostok dengan kereta api Trans Siberia selama sembilan hari. Telah bersiap dua kapal selam kelas Whiskey menunggu untuk dilayarkan ke Indonesia melalui Samudera Pasifik. Kedua kapal selam ini dalam pengiriman ke Indonesia, tetap berbendera Rusia, dan sebagian besar ABK adalah orang Indonesia.

Pada 7 September 1959 sore, dua kapal selam panjang 76 meter bersenjata 12 torpedo merapat di dermaga Surabaya. Kedua kapal selam resmi masuk jajaran kekuatan ALRI pada 12 September 1959 dan diberi nama RI Tjakra/S-01 dan RI Nanggala/S-02 setelah satu minggu berlatih kembali di bawah arahan personel Rusia.

Sejak saat itu, Indonesia mempunyai kapal selam. Genaplah kemampuan angkatan laut, yaitu mampu beroperasi di atas air, di bawah air, di darat, dan di udara, sesuai dengan konsepsi angkatan laut masa depan.

Tidak banyak yang mengetahui keberadaan serta sejarah Divisi Kapal Selam TNI AL, seperti apa yang telah dipaparkan dalam buku Jalesveva Jayamahe karangan Dispen Mabesal.

Bukan hanya dua kapal selam yang dipesan Indonesia. Sebanyak sepuluh kapal selam baru dari kelas yang sama juga didatangkan dari Rusia. Pada gelombang berikutnya, para ABK berlatih di Vladivostok, tempat di mana terdapat pangkalan kapal selam terbesar milik Rusia di Pasifik. Gelombang kedua sebanyak empat kapal selam datang pada Desember 1961 dan diberi nama RI Nagabanda, RI Trisula, RI Nagarangsang, dan RI Tjandrasa.

 Operasi Jayawijaya 

Sejalan dengan kampanye Trikora, satu tahun setelah itu, tepatnya pada Desember 1962 datang lagi enam kapal selam baru yang dipersenjatai torpedo jenis SEAT-50. Torpedo fire and forget ini merupakan torpedo terbaik pada zamannya dan hanya Rusia serta Indonesia yang memiliki torpedo jenis ini.

Keenam kapal selam tersebut diberi nama RI Widjajadanu, RI Hendradjala, RI Bramasta, RI Pasopati, RI Tjundamani, dan RI Alugoro. Semua nama itu mengambil nama senjata dari dunia pewayangan.

Kedatangan 12 kapal selam tersebut langsung diterjunkan dalam rencana Operasi Jayawijaya, bagian dari Gema Trikora. Dalam operasi yang dramatis, tiga kapal selam melakukan infiltrasi di pantai utara Irian Barat, tetapi diketahui kekuatan laut Belanda. Hanya RI Tjandrasa yang dinakhodai Mayor Laut Mas Mardiono berhasil mendaratkan 15 anggota RPKAD di Tanah Merah, 30 kilometer utara pelabuhan udara Sentani pada 21 Agustus 1962.

Atas keberhasilan ini, semua ABK RI Tjandrasa mendapat Bintang Sakti berdasarkan Keppres No. 14/1963. Baru kali ini Indonesia menganugerahkan Bintang Sakti bagi seluruh anggota. Biasanya bintang tertinggi ini dianugerahkan kepada perorangan atas jasa luar biasa di luar tuntutan tugas.

Memang tugas kapal selam jauh dari publikasi dan jarang terlihat lawan maupun kawan. Selama dioperasikan Indonesia, satuan kapal selam selalu dilibatkan dalam berbagai operasi senyap, termasuk tugas negara ke Pakistan, dua minggu setelah tragedi G/30S/PKI pada 17 Oktober 1965, melibatkan dua satuan kapal selam di bawah komandan Kapten Pelaut Basuki (RI Nagarangsang) dan Kapten Pelaut Jasin Sudirdjo (KS Bramasta).

Pakistan dan India waktu itu sedang terlibat perang. Kedua kapal selam hanya diperintahkan secara lisan untuk menuju Karachi menyusul Gugus Tugas X yang telah berada di Chitagong, Pakistan Timur, yaitu dua kapal cepat serta sejumlah prajurit KKO (kini Marinir TNI AL).

Setelah kedua kapal selam merapat di Sorong untuk mengisi bahan bakar dan makanan sebelum ke Pakistan, masuk dua perwira dari Pakistan Navy yang akan bertindak sebagai liaison officer. Kedua perwira tersebut, yaitu Mayor Malik di RI Nagarangsang, sedang Kapten Senior M Sultan di RI Bramasta. Kelak Mayor Malik menjadi Commander in Chief Pakistan Navy sedang Kapten Senior M Sultan menjadi Commander in Chief Bangladesh Navy.

Masa Kejayaan Satuan Divisi Kapal Selam redup dikarenakan minimnya armada yang dimiliki saat ini. TNI AL hanya mengoperasikan dua kapal selam kelas U-209 buatan Jerman Barat, yaitu KRI Cakra/401 dan KRI Nanggala/402. Kapal selam yang datang tahun 1981 ini sudah terlalu tua untuk menjalankan tugas negara dalam mempertahankan NKRI.

Pada Rencana Strategi (Renstra I) yang dikeluarkan oleh Menteri Pertahanan RI, TNI AL telah memesan Kapal Selam Kelas Changbogo yang dibuat di Korea Selatan dengan estimasi penyelesaian pembuatan dan dapat beroperasi pada 2017-2018.

  Jurnal Maritim  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...