Sabtu, 12 Oktober 2013

Indonesia, Malaysia, Singapura tingkatkan keselamatan pelayaran

Jakarta - Indonesia, Malaysia, dan Singapura bekerja sama meningkatkan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di perairan Selat Malaka dan Selat Singapura.

"Ketiga negara dapat saling tukar-menukar pikiran, berbagi ide serta serta menemukan mekanisme kerja sama terbaik di Selat Malaka dan Selat Singapura yang telah dibentuk sejak 2007," kata Menteri Perhubungan, Evert Erenst Mangindaan, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Sabtu.

Menurut Mangindaan, mekanisme itu dibentuk untuk memberi kesempatan berbagai pihak dapat turut berkontribusi dan berbagi tanggung jawab dalam pemeliharaan lingkungan dan peningkatan keselamatan pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Ia mengemukakan, kontribusi dari para pemangku kepentingan tersebut, dihimpun dalam bentuk trust fund yang pengelolaannya diserahkan kepada tiga negara pantai yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura dalam wadah yang bernama Aids to Navigation (ANF).

Kerja sama ini juga implementasi lanjutan salah satu butir kesepakatan KTT APEC 2013, di Nusa Dua, Bali, pekan lalu. Indonesia membahas peningkatan kerja sama pemantauan laut dengan sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik dalam rangka menjaga keamanan sumber daya kelautan dan perikanan.

"Forum APEC dapat menjadi media bagi promosi pengelolaaan sumberdaya kelautan dan perikanan lainnya di kawasan Asia Pasifik," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Sutardjo, di Nusa Dua, Bali, Selasa (8/10).

  Antara  

KRI Diponegoro-365 Mengamankan Pelaksanaan “Tripartite Meeting” di Lebanon

KRI Diponegoro-365 pada On Task ke-23 kali ini mendapatkan kepercayaan dari United Nation Interim Force in Lebanon (UNIFIL) sebagai Maritime Force Protection di sekitar perairan Naqoura Lebanon dalam pengamanan Tripartite Meeting. KRI Diponegoro-365 merupakan satu-satunya unsur Maritime Task Force (MTF) 448 yang dipercaya untuk mengamankan pertemuan trilateral tersebut yang dilaksanakan di perbatasan Lebanon dan Israel, Ras Al-Naqoura, Rabu (9/10).

Penunjukkan KRI Diponegoro-365 dalam kegiatan pengamanan sektor laut dan udara ini kembali menegaskan kepercayaan dunia internasional terhadap profesionalisme prajurit pengawak dan kemampuan alut sista TNI AL dalam melaksanakan tugas-tugas peacekeeper. Pencapaian ini diharapkan akan dapat mengangkat nama bangsa Indonesia di dunia internasional.


Tripartite Meeting merupakan salah satu agenda penting UNIFIL dalam penyelesaian sengketa antara Lebanon – Israel. Pertemuan ini melibatkan delegasi dari Lebanon dan Israel serta dari PBB sebagai mediator yang diwakili oleh UNIFIL Force Commander Mayjen Paolo Serra.

Pertemuan tiga delegasi dari Lebanese Armed Force (LAF), Israel Defence Force (IDF) dan UNIFIL ini adalah untuk menindaklanjuti Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701 terkait dengan penempatan tanda batas yang jelas pada blue line (batas antara Israel dan Lebanon) dan membicarakan isu-isu operasional penting antara kedua negara.

Mengingat pentingnya tripartite meeting bagi tercapainya perdamaian di Lebanon, maka UNIFIL melaksanakan pengamanan ekstra ketat, baik pengamanan di sektor darat, laut maupun udara. KRI Diponegoro dalam hal ini merupakan unsur laut yang bertugas mengamankan jalannya pertemuan tersebut. Selama berlangsungnya pertemuan rutin tersebut, KRI Diponegoro melaksanakan patrol di perairan Lebanon selatan.

Untuk mendukung suksesnya pengamanan, KRI Diponegoro menerima satu orang perwira penghubung (liaision officer) dari negara Prancis, Mayor Jean-Marc Collet. Pamen Angkatan Darat Prancis tersebut bertugas untuk membantu koordinasi dengan Satuan Artileri Anti-Udara Prancis di darat dalam rangka pengamanan situasi udara.


Kepercayaan dan tanggung jawab keamanan laut dan udara yang diberikan UNIFIL ini disambut baik oleh Komandan KRI Diponegoro Letkol Laut (P) Hersan, S.H. beserta prajurit KRI dengan melaksanakan tugas secara professional.

Pengamatan sektor laut dan udara dilaksanakan dengan intens dengan menggunakan radar udara MW-08. Di lain pihak, terlihat secara visual di perairan teritorial Israel dua buah kapal perang Israel dengan tugas yang sama, mengamankan jalannya pertemuan tersebut. Secara umum situasi keamanan laut dan udara selama kegiatan tripartite meeting berjalan lancar dan aman.

  Koarmatim 

Semangat Kemandirian JK Berbuah Panser Anoa

http://4.bp.blogspot.com/-az_pjwJo8Tc/UCuJp9j0LkI/AAAAAAAALQA/eOykyHjkCqA/s1600/IMG_8751-98.jpgJAKARTA - Beberapa waktu lalu 3-7 Oktober 2013, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyelenggarakan pameran sistem persenjataannya.

Organisasi militer ini mempertunjukkan senjata-senjata sekaligus kendaraan miliknya tersebut dalam pameran alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang digelar di pelataran Tugu Monas Jakarta.

Di antara stan-stan yang ada, stan TNI Angkatan Darat (TNI AD) cukup banyak mendapat perhatian. Salah satu kendaraan senjata yang paling menarik minat pengunjung adalah sebuah panser. Panser ANOA namanya. Yang khusus dalam acara ini adalah, para pengunjung ternyata bukan hanya dapat ‘melongo’ menyaksikan mobil baja ini. Mereka juga bisa ikut menaikinya, tentu bukan untuk diberangkatkan perang, tapi keliling Monas.

Namun yang menarik dan mengesankan dengan panser ini bukan hanya kekuatan atau kecanggihannya yang memang sudah seperti panser-panser buatan negara maju. Tapi adalah cerita dibalik baja-baja berjalan inilah yang jauh lebih menarik.

Ini semua diawali dari rasa gregetan-nya seorang Jusuf Kalla. Waktu itu tahun 2007 JK mencanangkan kebijakan kemandirian industri pertahanan. Ia gemas melihat alat persenjataan militer negeri ini kebanyakan impor, khususnya panser.

Dalam suatu kesempatan ceramah di Lemhanas beberapa waktu lalu, JK mengatakan “Masa (panser) yang seperti ini saja kita tidak bisa buat? Saya tanya pindad berapa biayanya. Katanya 7 milyar.”

Hitung-hitungan JK saat itu menunjukkan bahwa jika Indonesia impor, maka biayanya adalah 1 juta dolar.

“Itu ‘kan 10 miliar? Waktu itu saya tegaskan, kita bisa buat sendiri dengan kualitas yang sama bahkan lebih baik!” kata mantan Wapres ini.

Waktu itu beberapa pihak termasuk dari TNI meragukan ide JK ini. Bagaimana keahliannya, itulah yang menjadi sumber keraguan. Tapi JK tak kehilangan akal.

“Saya panggil semua yang ahli menghadap. Siapa ahli trek, siapa ahli bodi, siapa ahli baja, siapa ahli listrik, siapa ahli kaca, saya kumpulkan mereka di kantor. Saya katakan, ‘Hei, kalian orang hebat di negeri ini, saya minta anda semua buat sesuatu untuk bangsa ini. Saya tak mau bayar, tapi Anda bantu negeri,” kata JK.

Masalah lain kemudian muncul. Bagaimana pembiayaannya? Waktu itu PT Pindad sama sekali tak punya kesanggupan finansial untuk proyek ketahanan ini.

“Bagaimana uangnya? Mudah saja. Saya panggil bank-bank pemerintah lalu saya tegaskan, ‘Hei bank, kasih dia (PT Pindad) 500 miliar.’ Waktu itu mereka bertanya tentang bagaimana dasarnya. Saya bilang, ‘Kau butuh apa?’ Keputusan pemerintah. Mudah saja. Saya langsung minta Bappenas buat proyek ini, juga Kemenhan buat proyek ini. Selesai,” ujarnya.

Masalah ternyata tak berhenti di situ saja. Waktu itu, bank-bank pemerintah masih meragukan permintaan JK agar mereka mengucurkan dana pinjaman pada PT Pindad. Namanya bukan JK kalau kehabisan akal.

JK menceritakan, “Waktu itu mereka (Bank-bank) bilang, ‘Wapres, siapa yang akan menjamin (pembayaran pinjamannya)? Lalu saya jawab, Menteri Keuangan yang akan menjamin. Kita (pemerintah) akan bayar tahun depan. Beres.” kata JK.

Maka, cerita JK, datanglah mereka para ahli yang sudah ia kumpulkan secara keroyokan ke PT Pindad. Setelah melalui serangkaian proses dan tahapan, jadilah buat panser setengah harga impor yang lebih hebat.

Kini Panser ANOA terus jadi favorit TNI jadi bagian alutsistanya. Seperti dilaporkan Kantor Berita Antara, panser ANOA milik TNI ini memang lebih baik dari buatan luar negeri misalnya dengan Panser VAB buatan Prancis.

Salah satu pembeda Anoa dan VAB terletak pada plat baja yang digunakan untuk melindungi kaca anti peluru. Apabila musuh menembak bagian kaca, maka plat baja itu yang melindungi sehingga tidak pecah. VAB tidak memiliki perlengkapan seperti ini.

Selain itu, bagian kabin Anoa telah dilengkapi dengan CCTV (kamera pengawas), NVG (alat deteksi malam hari), dan pendingin udara. Dengan kelengkapan tersebut Anoa menjadi lebih nyaman dari pada VAB yang belum dilengkapi semua kelengkapan itu.

“Kita selama ini dibodohi saja. Oleh orang lain atau juga diri kita sendiri! Kita impor ini-itu karena merasa tak bisa mandiri. Soal proses pemberian proyek ke Pindad, apa yang salah? Tak ada yang salah. Cuma satu yang bisa buat panser. Peraturannya kalau cuma satu tak perlu tender. Apalagi lebih murah,” kata Wakil Presiden RI 2004-2009 ini.

  Tribunnews 

167 prajurit TNI dikirim ke Haiti

Sebanyak 167 Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni Kontingen Garuda XXXII-C/ Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haiti (Minustah) di bawah pimpinan Mayor Czi Alfius Navirinda K siap berangkat ke Haiti.

Kepastian pemberangkatan itu dinyatakan Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI Brigjen TNI AM Putranto yang mewakili Asops Panglima TNI Mayjen TNI Ridwan saat menutup latihan penyiapan Satgas Kizi Konga XXXII-C/Minustah, di PMPP TNI Sentul, Bogor, Jawa Barat,Jumat.

Ke-167 prajurit TNI itu terdiri dari tiga orang Mabes TNI, 141 orang TNI Angkatan Darat, 18 orang TNI Angkatan Laut dan 5 orang TNI Angkatan Udara.

"Saat ini para peserta latihan sudah mempunyai bekal pengetahuan dan kemampuan untuk ditugaskan sebagai pasukan penjaga perdamaian khususnya pada misi Minustah Haiti dan siap bertugas melanjutkan misi Konga XXXII-B/Minustah," kata Asops Panglima TNI.

  Antara 

Memelihara Alat Tempur di Bengkel Pusat TNI AD

Memelihara Alat Tempur di Bengkel Pusat TNI ADBandung: Menyiasati keterbatasan dana, TNI Angkatan Darat mengoptimalkan alutsista lama melalui bengkel yang ada. Bengkel Pusat Peralatan TNI AD berada di Bandung, Jawa Barat. Bengkel ini merupakan satu-satunya tempat untuk merehab dan memperbaiki berbagai senjata serta kendaraan tempur di antaranya tank AMX buatan Prancis, tank Scorpion buatan Inggris, atau meriam gunung buatan Yugoslavia.

Bengkel peralatan senjata memiliki tugas membantu Direktorat Peralatan AD untuk membina serta menyelanggarakan pemeliharaan serta membuat peralatan atau suku cadang secara terbatas. Meski demikian untuk menangani persenjataan yang dimiliki TNI AD, sejumlah kendala juga dihadapi. Bengkel Pusat Peralatan TNI AD yang berada di lahan seluas 13 hektare ini didukung oleh para personel yang menguasai di bidangnya.

Sejak tahun 2008, Bengkel Pusat Peralatan TNI AD sudah menguji coba pembuatan prototipe kendaraan perintis dan kendaraan tempur seperti jenis kendaraan perintis komodo serta kendaraan tempur nenggala. Hasil uji coba menunjukan produk yang dihasilkan sesuai untuk kondisi di medan Indonesia. Diharapkan kendaraan produksi Bengpuspal itu dapat diproduksi secara massal untuk kepentingan TNI AD.(JUM)

Untuk melihat Videonya silahkan klik sumber dibawah.

  ● Liputan 6  

Kisah Agen CIA Pemburu Che Guevara

Inilah Kisah Agen CIA Pemburu Che GuevaraHavana - Warga Kuba dan Bolivia, pada 9 Oktober 2013, mengenang gerilyawan legendaris asal Cuba-Argentina, Ernesto "Che" Guevara, yang tewas dieksekusi tentara Bolivia, pada hari itu, tahun 1967 lalu. Bolivia dibantu dinas rahasia Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA), saat memburu legenda perang gerilya dari Amerika Latin itu.

Felix Rodriguez, agen CIA yang ditugaskan untuk membantu Bolivia memburu pria yang akrab disapa Che itu, juga mengenang saat-saat ia berpartisipasi dalam perburuan bersejarah tersebut, dalam wawancara kepada Newsmax. Kisahnya dimuat Newsmax edisi 8 Oktober 2013.

Berbeda dengan para pemuja yang menyebut Che sebagai legenda perang gerilya dan salah satu ikon pejuang Marxis, Rodriguez menilai ia seorang kriminal dan tak layak dipuja. "Saya percaya bahwa pada akhirnya orang akan melihat seperti apa dia sebenarnya. Dia adalah seorang pembunuh," kata dia.

Rodriguez, Veteran perang Vietnam dan ikut dalam invasi Amerika Serikat ke Kuba --yang dikenal sebagai invasi Teluk Babi, direkrut untuk melatih dan memimpin tim untuk melacak Guevara, tokoh yang berjasa besar dalam Revolusi Kuba bersama Fidel Castro.

Saat ia ditugaskan untuk memburunya, Rodriguez berbicara dengan pejabat militer Kuba yang melatih Guevara di Meksiko. Ia pun mendapat informasi bahwa Che memiliki ketertarikan kuat terhadap kekerasan. Guevara sudah di Bolivia saat Rodriguez diperintahkan untuk melacaknya. Guevara ingin menggulingkan pemerintahan Bolivia, untuk memicu sebuah revolusi seperti yang dilakukannya bersama Castro di Kuba.

Seorang informan memberi tahu Pasukan Khusus Bolivia soal dugaan lokasi perkemahan pasukan gerilya yang dipimpin Che, yaitu disebuah tempat yang dikenal sebagai Yuro Ravine. Pada akhir September 1967, sebuah unit yang dipimpin oleh Letnan Eduardo Galindo berhasil membunuh tiga gerilyawan pasukan Che di daerah itu.

"Jadi kita tahu pada waktu itu bahwa Che pasti di daerah tersebut. Dengan informasi ini saya menemui Kolonel Zenteno Anaya, kepala markas divisi ACE, dan memintanya untuk menggerakkan batalyon untuk melakukan operasi, meski hanya memiliki dua minggu untuk melatihnya," kata Rodriguez.

Pada 7 Oktober 1967, salah satu kompi batalion yang dipimpin Gary Prado menerima laporan intelijen dari seorang petani bahwa ada suara-suara di tempat yang tak ada orang yang seharusnya tinggal di sana. "Malam itu Gary Prado mengepung Quebrada del Yuro dengan kurang dari 200 orang," kata Rodriguez.

Keesokan harinya, pasukan itu terlibat baku tembak dengan pasukan Che. Gerilyawan legendaris itu terluka di kaki kanannya dan ditangkap tentara Bolivia.

"Tentara yang menangkapnya mengatakan kepada saya bahwa ketika (Guevara) bertatap muka dengan tentara itu, ia mengatakan kepada mereka, 'Jangan tembak. Saya Che. Saya lebih berharga dalam keadaan hidup bagi Anda daripada mati'," kata Rodriguez.

Guevara akhirnya dikirim ke Prado, dan ia ditahan di sebuah sekolah tua. Rodriguez merayakan penangkapan ini dengan Kolonel Zenteno di Vallegrande dan bertanya apakah ia bisa menemani sang kolonel untuk melihat Guevara. Keesokan harinya, Zenteno dan Rodriguez naik helikopter ke Higueras, tempat Guevara ditahan.

"Perasaan saya campur aduk... Ketika saya melihat dia untuk pertama kalinya, saya kasihan padanya," kenang Rodriguez. "Dia tampak seperti seorang pengemis. Dia seorang pria yang bahkan tidak memiliki seragam, ia tidak memiliki sepasang sepatu bot, ia hanya memiliki sepasang sepatu kulit yang dipakainya."

Selama interogasi, Zenteno melakukan semua hal untuuk membuat Guevara buka mulut. Tapi, Che tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ketika Rodriguez kembali ke sekolah itu, Guevara telah diikat dan berada di lantai dengan tubuh dua orang Kuba yang sudah mati di depannya. "Jadi saya berdiri di depannya dan berkata, 'Che Guevara, saya datang untuk bicara denganmu'," kata Rodriguez.

"Dia menatapku dengan agak sombong dan berkata, 'Tidak ada orang yang bicara padaku, tidak ada yang menginterogasi saya'. Kemudian saya berkata, saya tidak datang ke sini hanya untuk menginterogasi Anda. Saya mengagumi Anda. Anda diperalat kepala negara di Kuba dan Anda seperti ini karena Anda percaya pada cita-cita Anda meskipun saya tahu mereka adalah salah. Saya datang ke sini untuk berbicara dengan Anda. "

"Jadi dia melihat ke arah saya untuk beberapa saat untuk melihat apakah saya akan tertawa. Ketika ia melihat bahwa aku serius, dia berkata, 'Bisakah kau melepaskanku? Dapatkah saya duduk?' Saya meminta kepada seorang prajurit di luar --saya memberikan perintah sampai tiga kali- untuk melepaskan ikatan Komandan Guevara."

"Tentara datang dan akhirnya melepaskan ikatannya. Kami mendudukkannya di bangku kecil dan kami mulai bicara," lanjut Rodriguez. "Setiap kali saya mengajukan pertanyaan taktis untuk kepentingan kami, dia berkata, 'Saya tidak bisa menjawab itu'."

Pada satu titik, Rodriguez mengatakan, ia akhirnya bisa membuat Guevara berbicara setelah menyinggung aksi revolusionernya yang naas di Afrika.

"Anda tidak ingin bicara tentang Afrika tapi kami diberitahu oleh orang-orang Anda sendiri, Anda senang memiliki 10.000 gerilyawan dan mereka prajurit yang sangat miskin," kata Rodriguez kepada Guevara. "Lalu dia mengatakan, 'Yah, kalau saya punya 10.000 gerilyawan itu akan menjadi perbedaan besar. Tapi kamu benar, mereka prajurit yang sangat miskin.' Dan kami bicara tentang perekonomian Kuba, tentang situasi yang berbeda (antara Kuba dan Afrika)."

Ketika Rodriguez menanyakan mengapa Guevara memilih bergerilya di Bolivia, ini alasan yang disampaikan Che. Satu, negara ini jauh dari Amerika Serikat. Kedua, ini negara yang sangat miskin sehingga ia tidak yakin Amerika Serikat akan memiliki banyak kepentingan di Bolivia. Ketiga, dan yang paling penting baginya, ini berbatasan dengan lima negara yang berbeda.

Guevara, kata Rodriguez, mengatakan bahwa jika ia mampu mengambil alih Bolivia, akan menjadi lebih mudah bagi gerakan revolusi menyebar ke Argentina, Brazil, Chili, Peru --negara-negara di sebelah Bolivia.

Sebagai agen CIA, Rodriguez mengaku mendapatkan perintah untuk menjaga agar Che tetap hidup, meski dalam perburuan itu komando ada di tangan Bolivia dan ia hanya bertindak sebagai penasihat. Rodriguez merasa Bolivia tidak tertarik untuk membiarkan Che hidup.

"Setelah dia ditangkap, saya meminta Kolonel Zenteno untuk membiarkannya tetap hidup. Sementara aku berbicara dengannya, meski putus sambung, karena Zenteno berada di daerah operasi. Saat itulah datang panggilan telepon, termasuk panggilan kode naas nomor 500 dan 600."

Apa arti kode itu? "Itu adalah kode yang sangat sederhana yang kami ciptakan: 500 adalah kode untuk Che Guevara, 600 adalah kode untuk membunuhnya, dan 700 adalah kode untuk membuatnya tetap hidup. Dan perintah yang datang dari presiden Bolivia dan panglima tertinggi angkatan bersenjata adalah 500, 600," kata Rodriguez. "Jadi, ketika Zenteno turun dari bukit sebelum ia pergi, saya memanggilnya dan saya katakan, 'kolonel, ada perintah dari komando tertinggi untuk mengenyahkan tahanan."

Zenteno saat itu melihat jam tangannya dan berkata kepada Rodriguez, "Anda punya waktu sampai 02.00 sore untuk menginterogasinya."

Seorang pilot helikopter tiba dengan kamera dan mengatakan bahwa kepala intelijen Bolivia menginginkan foto Guevara sebagai tahanan.

Seorang wanita Bolivia mendekati sekolah dimana Guevara ditahan dan bertanya apa yang terjadi. "Dia berkata, 'Kami melihat Anda difoto dengan dia di luar sana dan lihat, siaran radio sudah memberi kabar bahwa dia meninggal karena luka pertempuran," kenang Rodriguez.

"Jadi pada titik itu saya pikir tidak ada perintah yang berbeda. Jadi saya datang ke ruangan itu, berdiri tepat di depannya (Che), dan berkata, 'Komandan, saya minta maaf, saya sudah mencoba yang terbaik'."

"Dia sangat memahami apa yang saya katakan. Wajahnya berubah menjadi putih seperti selembar kertas. Ia mengatakan, 'Lebih baik seperti ini. Saya seharusnya tidak pernah ditangkap hidup-hidup'."

Che menarik pipa dari punggungnya dan berkata, "Saya ingin memberikan pipa ini ke soldadito, seorang tentara yang memperlakukan saya dengan baik."

Pada saat itu, Sersan Mario Teran, orang yang diperintahkan melakukan eksekusi, masuk ke dalam ruangan.

Rodriguez bertanya kepada Che apakah ia ingin mengirim pesan kepada keluarganya? Sang gerilyawan merespon dengan cara sarkastik, dan mengatakan, "Baiklah. Jika bisa, beritahu Fidel bahwa dia akan segera melihat sebuah revolusi kemenangan di Amerika."

Setelah mengatakan itu, Che lantas mengubah ekspresinya dan mengatakan, "Jika Anda bisa, beritahu istri saya untuk menikah lagi dan mencoba untuk bahagia."

"Itulah kata-kata terakhirnya. Dia mendekati saya. Kami berjabat tangan, dan berpelukan. Dan dia lantas berdiri ke tempatnya semula, mungkin berpikir aku menjadi salah satu orang yang akan menembaknya," kata Rodriguez.

Rodriguez mengaku meninggalkan ruangan itu. Sekitar 20 menit kemudian, ia mendengar bunyi ledakan pendek. "Sersan Teran meminjam karabin M-2... Saya tahu dia masuk ke ruangan (Che) dan menembaknya."

Che akhirnya mati. Seorang pendeta tiba untuk memberinya berkah Katolik. Rodriguez mengambil beberapa foto Che dan merenungkan apa yang baru saja terjadi. "Saya berpikir dalam hati, pria ini adalah seorang ateis, yang tidak percaya pada Tuhan, namun mendapat ritual terakhir dari Gereja Katolik," kenang Rodriguez.

Ia akhirnya pergi bersama pejabat militer Bolivia, naik helikopter, dan mendarat di Vallegrande, bersama mayat Che Guevara. Di sana sudah ada 2.000 orang yang menunggu bersama kontingen militer.

"Ada 15 pesawat yang berbeda. Empat pesawat militer dari orang-orang militer yang berbeda. Jadi saya hanya menunduk saat helikopter mendarat dan berlari ke kerumunan agar saya tak terfoto," kata Rodriguez. Ia merunduk karena tak ingin tertangkap kamera saat sedang menjalankan operasi.

Rodriguez juga mengingat pertemuan mengerikan sehari setelah Che meninggal.

"Kami melakukan pertemuan dengan Jenderal Ovando Candia, komandan Angkatan Bersenjata Bolivia. Pada pertemuan itu dia melihat ke salah satu kolonel dan berkata, 'Lihat, jika Fidel menyangkal ini adalah Che Guevara, kita perlu bukti nyata itu. Potong kepalanya dan memasukkannya ke dalam formaldehida'."

"Saya katakan, 'Jenderal, Anda tidak bisa melakukan itu. Dia mengatakan, 'Mengapa tidak? Sudah bisa diduga Fidel Castro akan menyangkal ini adalah Che Guevara'."

"Anda tidak bisa menunjukkan kepala manusia," kata Rodriguez. "Jika Anda ingin bukti nyata, kita memiliki sidik jarinya dan polisi federal Argentina dapat memeriksanya. Potong satu jari... Ia (Candia) memerintahkan kolonelnya untuk memotong dua tangan."

Setelah itu, Rodriguez pergi. Militer menggali lubang di ujung landasan untuk penguburan Guevara, bersama dua mayat lainnya.

Rodriguez mengaku tak yakin apakah Che mati dengan cara yang benar. Tapi, kata dia, kematiannya dengan cara ditembak itu malah membuatnya menjadi martir bagi banyak orang. Bahkan sampai hari ini, citranya telah diabadikan sebagai budaya tandingan, legenda budaya populer, yang oleh mahasiswa dibabadikan melalui T-shirt dan item lainnya.

Tapi ia menambahkan, bukan perannya untuk mengatakan bagaimana seharusnya menangani Che. "Saya merasa bahwa saya berada di sana untuk memberi nasihat, bukan memberi perintah. Itu adalah keputusan dari pemerintah Bolivia," kata Rodriguez.

  ● Tempo  

Jumat, 11 Oktober 2013

Heli TNI Dikabarkan Jatuh di Pegunungan Bintang Papua

http://3.bp.blogspot.com/-x1A1arLHTsE/UPEG3PQor8I/AAAAAAAABxQ/6ASOwwXDEss/s1600/peristiwa-penyerahan-helikopter-mi-17-v5-01a.jpgHelikopter milik TNI AD janis MI 17 dikabarkan jatuh di Kampung Abnusibil Distrik Okbibab Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Jumat 11 Oktober sekitar pukul 10.05 WIT. Belum diketahui apakah ada korban dalam peristiwa itu.

Dari informasi yang berhasil dihimpun, Heli nahas itu jatuh karena cuaca buruk. Terbang di tengah cuaca buruk itu membuat Heli hilang keseimbangan dan jatuh.

Menurut sumber di Oksibil ibu kota Pegunungan Bintang yang namanya enggan disebut. Kondisi heli cukup parah. "Kalau info yang kami dapat, heli hancur," ucap dia.

Sumber itu melanjutkan, tim penyelamat dibantu Maskapai AMA tengah melakukan pencarian titik jatuhnya pesawat.

Sementara itu, Juru Bicara Kodam XVII Cenderawasih, Kolonel Lismer Luban Siantar, mengatakan heli TNI itu bukan jatuh tapi mendarat darurat karena cuaca buruk. Heli melakukan pendaratan di Kampung Abnusibil.

"Pendaratan terpaksa dilakukan karena cuaca buruk. Pendaratan dilakukan sekitar 600 meter arah barat Bandara Okbibab," jelasnya.

Pesawat berangkat sekitar pukul 09.00 WIT dari Bandara Sentani Jayapura dengan tujuan Dorlog. Lalu sekitar pukul 10.00 WIT saat akan mendarat di Bandara Okbibab, terjadi perubahan cuaca dengan kondisi angin kencang, sehingga Heli kehilangan kendali dan melakukan pendaratan.

"Angin sangat kencang, pilot tak dapat mengendalikan pesawat lalu melakukan pendaratan darurat," ujarnya.

Akibat kejadian tersebut, Heli mengalami kerusakan pada baling-baling atas dan belakang, kaca depan pecah, tapi tidak ada korban jiwa.

"Saat ini sedang dilakukan pengangkutan logistik oleh anggota Koramil Okbibab dan Satgas 126 dari dalam Heli di TKP," terangnya.

  Vivanews  

Dansatbanarmabar Pimpin Sea Trial KRI Balikpapan-901

armabar-subJAKARTA – Komandan Satuan Kapal Bantu Komando Armada RI Kawasan Barat (Dansatbanarmabar) Kolonel Laut (P) Isbandi Andrianto, S.E., memimpin pelaksanaan uji coba/sea trial KRI Balikpapan (BPP-901) di perairan teluk Jakarta.

KRI Balikpapan-901 yang dikomandani Mayor Laut (P) Anis Latif, termasuk kapal perang jenis bantu cair minyak (BCM) salah satu unsur dibawah pembinaan Satuan Kapal Bantu (Satban) Koarmabar.

Kapal perang tersebut, telah selesai melaksanakan perbaikan body kapal, mesin kapal dan beberapa peralatan lainnya, selanjutnya dilaksanakan uji coba pelayaran di bawah pengawasan dari Staf Slogarmabar, Staf Disharkaparmabar dan Staf Harmat Satban Koarmabar di perairan teluk Jakarta.

Kegiatan sea trial tersebut bertujuan sebagai uji kesiapan KRI dan sebagai bahan evaluasi pemimpin Koarmabar dalam mengambil kebijakan kegiatan operasional KRI dan sekaligus untuk menentukan siap tidaknya kapal perang tersebut guna mendukung kegiatan tugas-tugas kedepan.

Dalam sea trial yang dilaksanakan selama kurang lebih empat jam tersebut, selain untuk pengecekan performa mesin juga dilaksanakan manuver-manuver yang bertujuan untuk mengukur kesiapan KRI dan personil dalam mengawaki alutsista tersebut.

(dispenarmabar/sir)

Teks Gbr- Dansatbanarmabar Kolonel Laut (P) Isbandi Andrianto, S.E., didampingi Komandan KRI mengecek anjungan kapal pada sea trial KRI Balikpapan-901 di perairan teluk Jakarta.

  Poskota  

Rayakan HUT, Pemkot Batu Gelar Pameran Alutsista TNI

Tank Scorpion TNI AD
Pameran Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 2013 ini tampaknya semakin gencar diadakan. Dalam menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) TNI yang ke-68 yang jatuh pada tanggal 5 Oktober lalu, TNI-AD menggelar pameran di lapangan silang Monas, jakarta pada 3-7 Oktober lalu.

Tak hanya itu, TNI juga menggelar pameran serupa di berbagai daerah seperti di Blang Padang, Aceh, kemudian di lapangan Pancasila, Semarang, lalu di Mall Solo Paragon dan juga di Yogyakarta. Jika selama ini pameran tersebut digelar oleh institusi TNI, kini salah satu Pemerintah Kota (Pemkot) di daerah juga melirik untuk menggelar pameran serupa.

Adalah Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur yang akan menggelar pawai dan pameran Alutsista TNI pada 19-20 Oktober mendatang dalam rangka HUT Kota Batu ke-12. Acara tersebut rencannya akan digelar di arela Stadion Brantas, kota Batu dengan didahului acara pawai pada Sabtu (19/10). Ide Walikota Batu, Eddy Rumpoko untuk menggelar pameran alutsista TNI ini tercetus saat bulan Ramadhan lalu.

“Saat itu saya punya ide untuk ingin menggelar pameran alutsista TNI saat perayaan HUT Kota Batu nanti,” ujar Eddy Rumpoko kepada Jurnas.com disela-sela peringatan HUT TNIke-68 di Lanud Halim Perdanakusuma, beberapa waktu lalu.

Eddy beralasan bahwa tujuan digelarnya pameran alutsista TNI di kota wisata yang dipimpinnya ini sebagai wujud keinginan dirinya agar TNI bisa lebih dekat dengan masyarakat. “Selain itu ini sebagai upaya TNI untuk mempertanggung jawabkan dan menunjukkan alutsista yang dimiliki untuk menjaga dan mempertahankan wilayah Indonesia. Karena alutsista TNI ini kan dibeli dari uang rakyat, jadi masyarakat juga harus tahu persenjataan yang dibeli dari uang rakyat itu. ’Alutsista tersebut, nanti juga bisa dinaiki masyarakat sekaligus untuk foto-foto,” ujar Eddy.

Selain itu menurut pria yang akrab disapa ER ini, tujuan lain diadakan pameran alutsista TNI ini juga sekaligus ingin menunjukkan kepada para warganya yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani agar anak-anaknya juga memiliki kecintaan terhadap TNI agar kelak dewasa nantinya anak-anak petani yang berada di kota Batu bisa menjadi anggota TNI.

“Apalagi sebagian besar warga kami ini bermata pencaharian sebagai petani. Di tengah susahnya mencari pekerjaan di perkotaan, maka tujuan diadakannnya pameran ini juga sebagai upaya membantu anak-anak dari para petani di kota Batu agar kedepannya mereka juga punya cita-cita menjadi anggota TNI. Dan dengan adanya pemeran itu diharapkan akan tumbuh cita-cita dari anak-anak yang ada di kota Batu kedepannya mau menjadi anggota TNI,” ujarnya.

Ide pria yang sebelum menjadi Walikota berprofesi sebagai pengusaha properti ini pun kemudian diutarakan saat bertemu Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), Letjen TNI Gatot Nurmatyo di sebuah acara buka puasa di Malang beberapa waktu lalu. Dan Pangkostrad pun menyetujui ide pria yang akrab disapa ER ini.

“Kebetulan saya sudah kenal lama dengan pak Gatot. Saat itu saya mengutarakan ide saya ini ke pak Gatot. Dan pak Gatot pun menyambut ide saya ini dengan baik dan beliau setuju untuk menampilkan seluruh alutsista yang dimiliki Kostrad terutama yang ada di bawah jajaran Divisi Infanteri (Divif) 2 Kostrad yang ada di Jawa Timur,” ujar putra mantan Walikota Malang dan Wakil Gubernur Irian Jaya, alm Brigjen TNI purn. Sugiyono ini.

Gayung pun bersambut saat ER bersilaturahmi ke Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko beberapa waktu lalu. “Saya dengan pak Moeldoko juga sudah kenal lama. Saat pelantikan pak Moeldoko sebagai Panglima TNI saya tidak bisa hadir. Lalu saya ketemu beliau untuk mengutarakan ide saya. Beliau bilang ide saya bagus dan beliau pun setuju,” ujar ayah tiga anak ini.

Saat ditemui Jurnas.com di sela-sela HUT TNI di Lanud Halim lalu pun Pangkostrad, Letjen TNI Gatot Nurmatyo membenarkan telah mendukung ide apa yang disampaikan ER tersebut. “Apa yang diminta mas Eddy untuk mendukung acara tersebut kita dari Kostrad siap membantu. Alutsista yang kita miliki terutama yang ada di jajaran Divisi Infanteri 2 seperti Tank Scormpion, Tank Stormer, Meriam dan jika perlu rumah sakit lapangan Kostrad juga akan kita tampilkan,” ujar Gatot kepada Jurnas.com dihadapan ER.

Tentunya tak hanya alutsista milik TNI-AD saja yang akan ditampilkan. TNI-AL dari jajaran Marinir pun juga akan ikut serta di pawai dan pameran alutsista dalam rangka HUT kota berpenghasil buah apel dan sayuran tersebut dengan akan menampilkan tank-tank yang dimilikinya. Demikian diutarakan Komandan Pasmar 1 Marinir TNI-AL, Brigjen TNI Mar. Siswoyo Hari Santoso ditemui di tempat yang sama usai menjadi Komandan Upacara HUT TNI ke-68.

“Pokoknya mas Eddy mau minta kita memamerkan apa ya kita siap dengan apa yang kita punya. Karena ide mas Eddy ini baik untuk anak-anak. Alat-alat ranpur (kendaraan tempur) yang dipakai defile ini tadi juga kita datangkan dari Surabaya. Mas Eddy minta ranpur apa yang dipamerkan nanti kita bawa ke Batu,” ujar Siswoyo yang juga asli Malang yang juga merupakan teman sekolah ER ini.

ER mengatakan bahwa TNI-AU juga berminat untuk ikut memeriahkan pameran tersebut. “Sampai-sampai Komandan Lanud Abdulrachman Saleh (Marsma TNI Gutomo) bilang ke saya begini, kalau pesawat bisa dibawa jalan dan mendarat di kota Batu ya saya bawa,” ujar ER tersenyum sambil mengatakan kalau TNI-AU kemungkinan akan menampilkan alutsista dari Batalyon 464 Paskhas.

Saat dihubungi jurnas.com Kamis siang, ER pun menambahkan bahwa dirinya juga sudah bertemu dan menggelar rapat dengan Panglima Divif 2 Kostrad, Mayjen TNI Agus Kriswanto. ER juga mengatakan acara pawai dan pameran alutsista TNI ini awalnya akan digelar pada 26-27 Oktober, namun dimajukan menjadi 19-20 Okober.

“Penyelenggaraan kita majukan karena dalam rapat terakhir semuanya sudah siap. Jadi ya kita majukan. Dan saya juga sudah ketemu dengan Pangdiv 2 Kostrad, dan beliau juga sudah siap membantu mengeluarkan alutsista yang dimilikinya,” ujar ER mengakhiri.

  Jurnas 

Rencana RI-Korsel Buat Jet Tempur Masih Dikaji

http://3.bp.blogspot.com/-c3e_Xam4e98/UEjxIKIEezI/AAAAAAAAIWg/slIlMELbOjg/s1600/KFX-IFX-103a.jpgJakarta - Rencana pengembangan bersama jet tempur canggih antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) yang biasa disebut KFX/IFX belum ada kepastian. Pemerintah masih mengkaji secara menyeluruh rencana tersebut.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan itu menjadi pembahasan saat pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Park Guen Hye. Namun masih belum ada keputusan.

"Belum, belum (ada keputusan)," ungkapnya di Hotel Grand Hyat, Jakarta, Jumat (11/10/2013)

Ini menurutnya juga sempat dibahas, saat petemuan kedua negara di sela-sela agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Bali pekan lalu. Bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), persoalan tersebut akan dibahas nantinya.

"Nanti akan dibahas. Itu sempat dibahas dalam join comite termasuk kapal selam," pungkasnya.

Hari ini Presiden Korea Selatan (Korsel) Park Guen Hye melakukan kunjungan kenegaraan di Jakarta. Pihak pemerintah yang diwakili oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan para menteri lainnya bertemu di Hotel Grand Hyatt Jakarta.

  detik  

Satgas Indo FPC terlibat Tripartite Meeting

Berdasarkan Frago 02-03-13 yang diterima Satgas Indo FPC XXVI-E2, Dansatgas Indo FPC Letkol Inf Yuri Elias Mamahi memberikan kepercayaan kepada Dantim kawal 3 Lettu Inf Faishal Riza dan Dantim Kawal 4 Lettu Mar Deni Kusmana sebagai Dantim pengawalan VVIP bagi Mayjen Paolo Serra dalam rangka pertemuan Tripartite Meeting (TM) pada bulan Oktober antara kedua negara Libanon dan Israel dengan mediator UNIFIL yang kembali digelar di UNP 1-32 A, Kamis (10/9/2013).

Pengawalan dilaksanakan bersama Srilangka Force Protection yang dimulai dengan pergeseran iringan rombongan dari gedung Head Quarter (HQ) Head of Mission Naqoura melewati minghystreet jalan penghubung Libanon dan Israel.

Pada pengawalan ini Satgas Indo FPC menyiapkan 1 kendaraan light vehicle Strada, bertindak sebagai kendaraan reece ( pengaman serta pembuka jalan bagi iring-iringan VVIP ) dipimpin oleh Lettu Inf Faishal Riza serta 2 kendaraan Armoured Personnel Carrier (APC) dipimpin Komandan kendaraan Lettu Mar Deni Kusmana. Dalam kegiatan ini Srilangka Force Protection (SLFP) mengeluarkan 1 kendaraan tactical tempur APC.

Letkol Inf Yuri Elias Mamahi memberikan perintah kepada seluruh stafnya untuk mengambil langkah persiapan dalam menghadapi kegiatan ini. Dimulai dengan pengecekan kendaraan APC dan Strada dengan persenjataan yang akan digunakan, alat komunikasi untuk koordinasi, sprint personel yang terlibat hingga latihan pendahuluan sehari sebelum pelaksanaan. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk memastikan kesiapan individu maupun perlengkapan yang digunakan nantinya.

Setelah 5 jam pertemuan berlangsung iringan kembali ke HQ dengan lancar dan aman. Pada kegiatan debrifieng perwakilan protokoler FC menyampaikan apresiasi dan ucapan terimakasih atas pengawalan yang sudah berjalan dengan lancar serta tidak ada kendala dilapangan kepada Satgas Indo FPC dan SLFP.

Letkol Inf Yuri Elias Mamahi sekembalinya personil ke Soedirman Camp menyampaikan rasa bangga dan terimakasih atas usaha dan kerja keras yang telah ditunjukkan Lettu Inf Faishal Riza serta Lettu Mar Deni Kusmana beserta 18 personil yang terlibat mulai dari tahap persiapan hingga pelaksanaan ini berjalan dengan lancar sesuai rencana. Proud and Honour.

GARUDA Authentikasi : Wadansatgas FPC Konga XXVI-E2/UNIFIL, Mayor Inf Fardin Wardhana

  TNI AD 

BJ Habibie Bicara Perihal Pesawat Tempur RI-Korsel

http://2.bp.blogspot.com/-s77FuFudwAM/T-gnE2kGeGI/AAAAAAAALFc/Bfd1Xr5NluU/s1600/kfx_2012_c200.jpg
Ilustrasi KFX
Jakarta - Mantan Presiden dan Menristek BJ Habibie angkat bicara soal rencana pengembangan bersama jet tempur canggih antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) yang biasa disebut KFX/IFX.

Menurut Habibie, Korsel tak unggul dalam bidang teknologi pesawat terbang termasuk jenis tempur, bahkan rencana kerjasama ini kini dibekukan sementara oleh pihak Korsel.

"Itu salah. Sekarang ini di-freeze kan? Itu omong kosong, wrong. Tapi dia nggak kasih kan?" kata Habibie kepada detikFinance pekan lalu.

Habibie menegaskan, Korsel malah pernah mengimpor pesawat militer CN235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Bahkan, Habibie bercerita soal pengalaman Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Chappy Hakim saat kunjungan kerja ke Korsel disuguhi pesawat VIP yang tak lain adalah CN 235 buatan Indonesia. Saat itu, CN235 dianggap pesawat paling aman daripada helikopter ketika cuaca buruk.

"Dari mana? Dia nggak unggul dalam bidang itu. Commercial airplane pun kita lebih unggul. Dari mana?" katanya.

Secara pribadi Habibie lebih memilih mengembangkan pesawat komersial dan bermesin baling-baling daripada jet tempur. Alasannya pesawat komersial sangat dibutuhkan Indonesia sebagai negara kepulauan dan mesin baling-baling dianggap paling hemat.

"Tidak, kita hanya mau komersial. Nggak mau tempur, ngapain," katanya.

Dalam proyek ini, rencananya pemerintah Indonesia berkontribusi 20%, selebihnya oleh pemerintah dan BUMN strategis Korsel. Rencananya dari proyek ini akan diproduksi pesawat tempur KFX/IFX atau F-33 yang merupakan pesawat tempur generasi 4,5 masih di bawah generasi F-35 buatan AS yang sudah mencapai generasi 5. Namun kemampuan KFX/IFX ini sudah di atas pesawat tempur F-16.

"Lebih baik uang itu kasih saja sama PT DI," seru Habibie.

Pesawat KFX/IFX akan dibuat 250 unit, dari jumlah itu Indonesia akan mendapat 50 unit di 2020. Harga satu pesawat tempur ini sekitar US$ 70-80 juta per unit.(hen/dnl)


  detik  

TNI Diramalkan Akan Menjadi Macan Asia

Jakarta - Pada kurun waktu tahun 1960-an kekuatan Tentara Nasional Indonesia sempat menggetarkan Asia. Namun sempat tak terdengar lagi pada masa Orde Baru. Kini setelah lepas dari politik, TNI terus berbenah.

Salah satunya dengan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista). Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Sisriadi mengatakan, pembelian alutsista tersebut diarahkan untuk memenuhi Minimum Essential Forces (MEF), atau kekuatan pokok minimum.

MEF yang disusun sejak 2007, terbagi dalam tiga rencana strategis hingga tahun 2024. “Jadi MEF ini bukan rencana mendadak,” kata Sisriadi kepada detikcom, Selasa (8/10) lalu.

Ada tiga komponen postur, yakni kekuatan, gelar (persebaran penempatan), dan kemampuan. “Untuk dukung kemampuan itu, yang dibangun adalah kekuatan daya tembak, daya gerak atau manuver,” tambah Sisriadi.

Pengamat militer dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jaleswari Pramodawardhani mengatakan, jika tiga rencana strategis itu ditepati, kekuatan TNI bisa menjadi yang terkuat di Asia.

“Bukan tak mustahil macan Asia akan kita raih kembali pada 2024,” kata pengamat yang biasa dipanggil Dhani ini kepada detikcom, Selasa (8/10) lalu.

Sementara pengamat militer dari Universitas Indonesia Andi Wijayanto menilai modernisasi alutsista TNI sudah baik. Bahkan jika mengacu pada target MEF 2024, modernisasi yang sudah dilakukan pemerintah sudah di atas target.

Modernisasi alutsista untuk memperkuat kesatuan itu, juga diikuti dengan pengembangan kemampuan prajurit. Pengadaan senjata dilakukan dengan pendekatan lifecycle, yakni pendekatan hidup penuh, mulai dari desain hingga nanti alutsistanya ingin dibuang karena sudah tua.

Memang beberapa alutsista yang dibeli tidak sesuai perencanaan awal, meski ada dalam renstra 2024. Dari segi waktu, pembelian alutsista tersebut ada yang tergeser, baik lebih cepat atau justru ditunda dari rencana semula.

MBT Leopard yang dibeli dari Jerman, misalnya. Ternyata tank kelas utama ini tidak ada dalam perencanaan hingga 2019. “Harusnya baru 2024 baru ada Leopard,” kata Andi.

Meski tak sesuai perencanaan, namun pemerintah memang harus menyesuaikan dengan kondisi pasar senjata.

“Eropa Barat tidak lagi mengandalkan Kavaleri berat dalam sistem pertahanannya, maka tank kelas utama seperti Leopard itu tersedia di pasaran dalam jumlah besar. Peluang itu yang dimanfaatkan pemerintah,” kata dia.

  detik 

☆ Loreng darah mengalir dan celana hijau RPKAD saat tumpas G30S

Subuh 1 Oktober 1965, udara dingin masih membuat sebagian warga Jakarta enggan meninggalkan tempat tidur mereka. Namun Mayor Subardi dan Mayor Sudarto sudah melaju dengan mobil Fiat menuju Cijantung, Jakarta Timur.

Mayor Subardi adalah ajudan Jenderal Yani. Dia baru menerima kabar buruk soal penembakan Jenderal Ahmad Yani dan sejumlah jenderal lain. Kedua perwira menengah itu bingung dengan peristiwa yang terjadi dini hari tadi. Kenapa Jenderal Yani ditembak? Siapa pelakunya? Dimana para jenderal yang katanya dijemput Tjakrabirawa semalam?

Mayor Subardi melapor pada Pangdam V Jaya Mayjen Umar Wirahadikusuma. Setelah itu menuju ke Cijantung, markas Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

Di sama mereka menghadap Kepala Staf RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo. Sarwo pun masih menggunakan piama, baru bangun tidur.

"Lapor, perintah Pak Umar, RPKAD diperintahkan menutup jalan keluar Jakarta," kata Mayor Supardi.

Kolonel Sarwo Edhie, kawan lama Yani. Mereka sama-sama mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air di zaman Jepang. Sarwo juga pernah menjadi komandan kompi di bawah batalyon Yani di Jawa Tengah. Hubungan mereka cukup dekat.

Sarwo segera sadar ada yang tidak beres. Tapi dia baru sadar pasukan RPKAD ada di Monas. Mengikuti persiapan HUT ABRI ke-20 yang akan jatuh 5 Okober 1965. Pasukan RPKAD pergi tanpa peluru, karena hanya akan berlatih upacara.

Maka Sarwo segera memerintahkan Mayor CI Santosa, Komandan Batalyon 1 RPKAD menjemput pasukan yang ada di Monas. Mayor Santosa juga diperintahkan membawa peluru tajam untuk dibagikan pada pasukan.

Persiapan penumpasan G30S tak melulu tegang dan seram. Banyak cerita unik di dalamnya. Termasuk saat RPKAD kebingungan soal seragam.

Saat itu, personel RPKAD tak banyak berada di Jakarta. Sebagian dikirim ke Kalimantan dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia. Ada juga yang sedang berada di Irian. Sebagian pasukan sudah dipersiapkan untuk menjadi sukarelawan Dwikora.

Kompi Tanjung misalnya, pasukan RPKAD dari Kertasura Jawa Tengah ini direncanakan akan diterjunkan di Kuching, Malaysia. Karena namanya pasukan sukarela, seluruh atribut pasukan ABRI pun ditanggalkan. Tak ada identitas sama sekali, apalagi baret merah RPKAD yang merupakan kebanggaan satuan ini. Semua ditinggalkan di markas.

"Kami semua memakai pakaian hijau-hijau. Lengkap dengan topi rimba dan logo Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU). Tak ada satu pun atribut ABRI yang boleh dipakai. Surat-surat, baret, identitas, semua ditinggalkan di rumah," kata Adi, seorang pensiunan RPKAD bercerita soal persiapan terjun ke Kalimantan.

Maka pagi 1 Oktober itu Letnan Satu Feisal Tanjung menerima briefing. Penerjunan mereka ke Kuching dibatalkan. Pasukan dikembalikan ke kesatuan dan diberi tugas baru mengejar penculik para jenderal.

Namanya tentara, tugas baru sama sekali tak masalah. Yang jadi masalah justru pakaian seragam. Kompi Tanjung tak membawa atribut RPKAD seperti pakaian tempur loreng darah mengalir dan baret merah. Masak pasukan RPKAD harus berjalan di Jakarta dengan pakaian Tentara Nasional Kalimantan Utara? Apa tidak aneh?

Maka Markas Komando RPKAD membagikan jaket loreng darah mengalir pagi itu untuk Kompi Tanjung. Masalahnya tak ada celana loreng. Terpaksa Kompi Tanjung menggunakan jaket loreng darah mengalir khas RPKAD dengan celana hijau.

Agar sama, Kolonel Sarwo Edhie memerintahkan semua personel RPKAD menggunakan perpaduan pakaian yang tak lazim ini.

Kolonel Sarwo tampak puas mengamati hasil kreasinya. "Bagus, mudah dikenali dari kejauhan," kata Sarwo.

Sarwo tak sadar, perpaduan jaket loreng dan celana hijau ini kemudian sempat jadi tren di kalangan TNI. Pasukan Kostrad dan kavaleri kemudian bergaya serupa di kemudian hari.

"Baju itu sebenarnya baju darurat, tapi terus digunakan selama operasi penumpasan G30S. Maka banyak anggota RPKAD yang menamakannya seragam menumpas G30S," kata seorang anggota RPKAD.

Setelah masalah pakaian dan seragam beres, Sarwo Edhie dan pasukannya bergerak ke Markas Kostrad untuk melapor pada Mayjen Soeharto. Sesuai kebiasaan waktu itu, jika Jenderal Yani berhalangan hadir, maka diwakili oleh Mayjen Soeharto.

Pagi di Cijantung itu menjadi awal pukulan balik RPKAD untuk kekuatan G30S.

  ● Merdeka  

7 Generasi Jet Latih TNI AU

Datangnya pesawat jet latih T-50 Golden Eagle mengisi jajaran alutsista TNI AU memberikan harapan baru dalam upaya pembangunan kekuatan dirgantara nasional. Pesawat Lead in Fighter Trainer (LIFT) generasi terbaru ini diharapkan menjadi jenjang untuk meningkatkan kapabilitas para penerbang tempur TNI AU di masa sekarang dan mendatang. T-50 merupakan jenis jet latih ketujuh yang dioperasikan TNI AU setelah de Haviland Vampire, MiG-15 UTI, L-29 Dolphin, T-33A T-Bird, Hawk Mk.53, dan Hawk 109. Berikut selayang pandang tujuh jet latih TNI AU dan perjalanan panjang penantian T-50. Disiapkan oleh Roni Sontani dilengkapi tulisan Rangga Baswara dan Setiyo Nugroho.

HUT TNI ke-68 pada 5 Oktober tahun ini ditandai kado istimewa dengan telah berdatangannya beberapa alutsista baru melengkapi kekuatan TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. Upaya pemerintah menggelontorkan anggaran untuk memperkuat alutsista yang dibutuhkan ketiga matra TNI ini patut diberi acungan jempol dan dukungan. Bagaimana pun Tentara Nasional Indonesia membutuhkan alutsista-alutsista yang sesuai dengan perkembangan zaman, selain pengembangan sumber daya manusia yang harus terus ditingkatkan.

Khusus TNI AU, datangnya pesawat EMB-314 Super Tucano yang menggantikan OV-10F Bronco di Skadron Udara 21, lalu CN295 yang menggantikan Fokker 27 di Skadron Udara 2, pesawat Latih Dasar Grob G 120TP-A yang akan menggantikan pesawat AS-202 Bravo dan T-34C Turbo Mentor di Skadron Pendidikan 101, merupakan bagian dari pesawat-pesawat baru yang dibeli Indonesia dan telah datang secara bertahap.

Selain itu penambahan pesawat tempur Su-27SKM dan Su-30MK2 sehingga Skadron Udara 11 genap memiliki 16 unit Su-27/30 berikut persenjataan lengkapnya, menjadikan Skadron Udara 11 makin bergigi dan diperhitungkan negara-negara tetangga. Sementara rencana penambahan sembilan pesawat C-130H Hercules bekas pakai AU Australia untuk persiapan Skadron Udara 33 di Makassar diharapkan makin menambah kekuatan unsur pesawat angkut di wilayah Timur dan memenuhi kebutuhan dukungan pergerakan pesawat tempur, personel, maupun logistik latihan, masih ditunggu proses realisasinya. Demikian juga dengan pembelian helikopter Cougar yang akan dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia akan meningkatkan kekuatan skadron sayap putar.

Sedangkan pembelian 24 F-16C Block 32+ yang dijadwalkan mulai mengisi Skadron Udara 16 di Pekanbaru tahun depan, akan melengkapi kekuatan tempur di wilayah Barat dan Tengah yang saat ini ditopang oleh dua skadron pesawat Hawk 109/209, yakni Skadron Udara 12 di Pekanbaru dan Skadron Udara 1 di Pontianak. Di wilayah Barat, TNI AU juga sedang mempersiapkan skadron intai baru yang akan diisi oleh pesawat CN235-200 MPA buatan PT Dirgantara Indonesia.

Dalam rencana ke depan, TNI AU juga akan mengganti pesawat F-5 Tiger II Skadron Udara 14. Beberapa pesawat sedang dalam tahap penjajakan pengkajian sehingga diharapkan nantinya didapatkan pesawat pengganti yang sesuai dan kapabilitasnya tinggi. Sementara pesawat tempur IFX yang dikerjasamakan produksinya dengan Korea Selatan, masih menunggu kelanjutan prosesnya terkait kebijakan pemerintahan baru di negeri itu.

Elang Emas

Tanggal 11 September lalu, dua unit Elang Emas T-50i tiba di Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur setelah melakukan penerbangan feri dari pabriknya, Korean Aviation Industries (KAI), di Sacheon, Gyeongsang, Korea Selatan. Penerbangan melalui Kaohsiung (Taiwan), Cebu (Filipina), serta Balikpapan, Kalimantan Selatan. Sebelum mendarat di sarangnya kedua pesawat yang diterbangkan oleh empat pilot uji KAI, Kwon Huiman, Lee Dong-kyo, Kang Cheol, dan Shin Donghak itu disambut oleh dua Hawk Mk.53 dengan callsign Hawk Flight di East Area Iswahjudi Aerodrome yang diterbangkan oleh Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb Wastum beserta Mayor Pnb Hendra dan Kapten Pnb Gultom beserta Lettu Pnb Yudistira.

Setelah mendapat pengawalan dan penyambutan kehormatan, kedua Elang Emas join up dengan “saudara tua”-nya membentuk formasi kotak dipimpin flight leader Komandan Skadron Udara 15. Di bawah, Pangkoopsau II Marsda TNI Agus Supriatna, Danlanud Iswahjudi Marsma TNI Yuyu Sutisna, Vice Presiden KAI Kim Kyuhak, dan segenap pejabat TNI/Polri serta Muspida se-Karesidenan Madiun telah menunggu. Suasana riuh terdengar manakala pesawat bercat biru kuning T-50 dan abu-abu Hawk Mk.53 tampak dalam pandangan mata, melakukan flypass dua kali di atas hanggar Skadron Udara 15 dari arah yang berbeda.

Indonesia menjadi pengguna pertama T-50 di luar Korea Selatan. Pesawat yang tampilannya mirip dengan F-16 Fighting Falcon ini dikembangkan bersama oleh KAI dan Lockheed Martin, AS pembuat F-16. Indonesia membeli 16 unit T-50i dimana delapan unit diberi cat aerobatic painting dan delapan lainnya diberi cat camouflage painting.

(Tulisan selengkapnya bisa dibaca di Angkasa edisi Oktober 2013)

  ● Angkasa 

Kembalinya Kekuatan si 'Anak Lanang Bung Karno'

Su 27 SKM TNI AU (weapon technology)
Jakarta - Angkatan Udara Indonesia sempat menjadi anak emas Presiden Sukarno karena memiliki pesawat tempur tercanggih di zamannya. Sehingga muncul ungkapan 'AURI, anak lanang Bung Karno'.

Kurun waktu 1960-an kekuatan Angkatan Udara Indonesia sempat membuat gentar negara tetangga di kawasan Asia Tenggara dan Australia. Saat itu kesatuan dengan semboyan 'Swa Bhuwana Paksa', atau sayap pelindung angkasa nusantara itu telah memiliki pesawat jet pembom stategis Tu-16 dan Tu-16 KS.

Pesawat Tu-16 memiliki jangkauan terbang hingga 7200 kilo meter, kecepatan mencapai 1050 kilometer per jam, dengan ketinggian terbang hingga 39400 kaki. Pesawat ini mampu membawa muatan bom seberat 9 ton.

Tak hanya pesawat pembom, Indonesia juga memiliki pesawat sergap tempur. Padahal saat itu negara-negara besar seperti Cina, India, dan Australia saja belum memiliki pesawat pembom strategis atau jet tempur.

Seolah ingin mengulangi kejayaan itu, kini pemerintah memprioritaskan belanja alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Sisriadi Iskandar mengatakan, alutsista TNI AU diprioritaskan mengingat posisi Indonesia yang merupakan Negara kepulauan.

“Dalam perang modern penggunaan wahana udara semakin tinggi. Orang bebas bergerak dan bertempur di udara. Sehingga sebagai Negara kepulauan yang luasnya begini, kekuatan udara dan laut kita harus dibangun kuat,” kata Sisriadi kepada detikcom, Selasa (8/10) lalu.

Sebagai Negara kepulauan menurut dia kekuatan maritim Indonesia harus kuat. Penopangnya adalah Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Alutsista TNI AU yang sudah didatangkan antara lain unit pesawat temput Sukhoi 27 MK-2 di Makassar, skuadron F16 di Madiun.

Bentuk modernisasi lainnya antara lain pesawat angku CN 295, dan pesawat angkut Hercules C-130 H. “Pesawat angkut Herculesnya akan nambah lagi, sebagian sudah datang dan sebagian masih ada yang dalam proses produksi,” tambah Sisriadi.

Kini sejak modernisasi alutsista TNI mulai dilaksanakan, gangguan keamanan oleh pihak asing terhadap Indonesia hampir tidak ada.

“Sekarang tak banyak lagi (gangguan), tidak ada mungkin. Dulu pas zaman tidak enak, antara 2002-2003 itu (ada gangguan),” kata Sisriadi.

Tak hanya alutsista, kemampuan prajurit kini juga terus ditingkatkan. Hasilnya dalam ajang Pitch Black di Darwin, Australia tahun lalu misalnya.

Pilot-pilot Sukhoi Indonesia mampu mengimbangi kemampuan armada pesawat tempur negara maju, seperti Amerika, Singapura, dan tuan rumah Australia.

Kekuatan TNI AU kini telah kembali diperhitungkan oleh negara-negara tetangga. Si 'anak lanang Bung Karno' itu kini mulai kembali.

  detik  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...