Panglima Angkatan Bersenjata Diraja Brunei (ABDB) kunjungi stan Dispuslitbangau
Para penjaga stan pameran alutsista Indo Defence 2018, semula tak mengetahui jika yang datang itu merupakan Panglima Angkatan Bersenjata Diraja Brunei (ABDB) yang mulia Seri Pahlawan Aminan bin Pengiran Haji Mahmud.
TIDAK seperti biasanya, ketika pameran alutsista Indo Defence 2018, stan dari Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI AU didatangi para petinggi militer dari negara Brunei Darussalam.
Tak tanggung-tanggung, Panglima Angkatan Bersenjata Diraja Brunei (ABDB) yang mulia Seri Pahlawan Aminan bin Pengiran Haji Mahmud terlihat sangat tertarik dan banyak bertanya mengenai produk target drone buatan Dispuslitbangau.
Orang terpenting di negara Petro Dollar itu, menanyakan langsung mengenai spesifikasi dari target drone yang didesain khusus berwarna oranye.
’’Kami sebelumnya tidak mengetahui kalau yang datang itu petinggi militer dari Brunei Darusalam, soalnya di acara itu kan banyak stan, dan beliau banyak bertanya mengenai drone ini,” jelas Mayor Tenik Heri Haryadi ketika ditemui Jabar Ekspres di Bandung kemarin (18/11).
Dia menilai, jika melihat tren sekarang pesawat tanpa awak sebetulnya sudah menjadi tren di dunia militer. Sehingga, kemungkinan besar ketertarikan petinggi militer tersebut ingin mengetahui perkembangan alutsista buat Indonesia.
’’Mungkin juga beliau tertarik dengan painting drone yang di cat dengan motif loreng berwarna oranye dominan kuning menyala,” ucap Heri.
Terlepas dari itu, kedatangan Panglima angkatan bersenjata Brunei Darussalam itu merupakan apresiasi dan penghargaan bagi Dispuslitbangau. Terlebih, negara Brunei Darussalam dan Indonesia adalah negara sahabat serumpun yang selalu mejalin kerjasama militer.
’’Saya pribadi sangat tersanjung, beliau sangat antusias dengan ketertarikannya menanyakan spesifikasi dari drone secara detail,” ucap Heri.
Berbicara mengenai perkembangan target drone, Perwira prajurit karir angkatan 1998 ini mengungkapkan, sebetulnya Dislitbangau sudah merintis penelitian semenjak tahun 2.000 an.
Atas inisiasi Marsma TNI Rocmadi Saputro, target drone akhirnya dibuat khusus untuk simulasi latihan tempur pengganti sasaran sebenarnya.
Dia memaparkan, secara umum drone didunia militer banyak memiliki fungsi di antaranya untuk misi mata mata untuk topografi, dan peralatan pembantu pertempuran atau disebut Uninhabited Combat Aerial Vehicles (UCAV).
Target drone ini, memiliki fungsi khusus sebagai target sasaran meriam dan rudal jarak pendek. Untuk spesifikasi drone buatan dislitbangau ini, bermesin mini jet engine dengan memiliki panjang 1,9 meter dan lebar 1,8 meter dan bobot 50 kilogram. Untuk kecepatan maksimal drone ini mampu melesat 450 kilometer/jam.
Selain itu, drone ini memiliki sistem kontrol penggerak berupa konfigurasi sayap dan sirip untuk jenis drone transonic yang berfungsi sebagai daya angkat dan stabilizer. Sehingga mampu mencapai ketinggian 1.000 meter. Namun, drone ini tidak menggunakan vertical stabilizer. Tetapi, mengandalkan engine untuk pencapaian kecepatan maksimal.
’’Jadi ketika speed turun maka drone ini otomatis akan turun dengan sendirinya,” kata dia.
Untuk materi bahan menggunakan composite serat resin dan fiberglass, sehingga, drone ini memiliki ketahanan terhadap air.
Sedangkan, untuk biaya produksi, mulai penelitian, kajian dan pembuatan menghabiskan dana sekitar Rp 300 juta.
’’Biaya ini terbilang sangat murah jika dibandingkan dengan drone target buatan negara lain yang harganya lebih mahal untuk setiap unitnya,’’ kata Heri. (yan/ign)
♖ Jabar Ekspres
Para penjaga stan pameran alutsista Indo Defence 2018, semula tak mengetahui jika yang datang itu merupakan Panglima Angkatan Bersenjata Diraja Brunei (ABDB) yang mulia Seri Pahlawan Aminan bin Pengiran Haji Mahmud.
TIDAK seperti biasanya, ketika pameran alutsista Indo Defence 2018, stan dari Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI AU didatangi para petinggi militer dari negara Brunei Darussalam.
Tak tanggung-tanggung, Panglima Angkatan Bersenjata Diraja Brunei (ABDB) yang mulia Seri Pahlawan Aminan bin Pengiran Haji Mahmud terlihat sangat tertarik dan banyak bertanya mengenai produk target drone buatan Dispuslitbangau.
Orang terpenting di negara Petro Dollar itu, menanyakan langsung mengenai spesifikasi dari target drone yang didesain khusus berwarna oranye.
’’Kami sebelumnya tidak mengetahui kalau yang datang itu petinggi militer dari Brunei Darusalam, soalnya di acara itu kan banyak stan, dan beliau banyak bertanya mengenai drone ini,” jelas Mayor Tenik Heri Haryadi ketika ditemui Jabar Ekspres di Bandung kemarin (18/11).
Dia menilai, jika melihat tren sekarang pesawat tanpa awak sebetulnya sudah menjadi tren di dunia militer. Sehingga, kemungkinan besar ketertarikan petinggi militer tersebut ingin mengetahui perkembangan alutsista buat Indonesia.
’’Mungkin juga beliau tertarik dengan painting drone yang di cat dengan motif loreng berwarna oranye dominan kuning menyala,” ucap Heri.
Terlepas dari itu, kedatangan Panglima angkatan bersenjata Brunei Darussalam itu merupakan apresiasi dan penghargaan bagi Dispuslitbangau. Terlebih, negara Brunei Darussalam dan Indonesia adalah negara sahabat serumpun yang selalu mejalin kerjasama militer.
’’Saya pribadi sangat tersanjung, beliau sangat antusias dengan ketertarikannya menanyakan spesifikasi dari drone secara detail,” ucap Heri.
Berbicara mengenai perkembangan target drone, Perwira prajurit karir angkatan 1998 ini mengungkapkan, sebetulnya Dislitbangau sudah merintis penelitian semenjak tahun 2.000 an.
Atas inisiasi Marsma TNI Rocmadi Saputro, target drone akhirnya dibuat khusus untuk simulasi latihan tempur pengganti sasaran sebenarnya.
Dia memaparkan, secara umum drone didunia militer banyak memiliki fungsi di antaranya untuk misi mata mata untuk topografi, dan peralatan pembantu pertempuran atau disebut Uninhabited Combat Aerial Vehicles (UCAV).
Target drone ini, memiliki fungsi khusus sebagai target sasaran meriam dan rudal jarak pendek. Untuk spesifikasi drone buatan dislitbangau ini, bermesin mini jet engine dengan memiliki panjang 1,9 meter dan lebar 1,8 meter dan bobot 50 kilogram. Untuk kecepatan maksimal drone ini mampu melesat 450 kilometer/jam.
Selain itu, drone ini memiliki sistem kontrol penggerak berupa konfigurasi sayap dan sirip untuk jenis drone transonic yang berfungsi sebagai daya angkat dan stabilizer. Sehingga mampu mencapai ketinggian 1.000 meter. Namun, drone ini tidak menggunakan vertical stabilizer. Tetapi, mengandalkan engine untuk pencapaian kecepatan maksimal.
’’Jadi ketika speed turun maka drone ini otomatis akan turun dengan sendirinya,” kata dia.
Untuk materi bahan menggunakan composite serat resin dan fiberglass, sehingga, drone ini memiliki ketahanan terhadap air.
Sedangkan, untuk biaya produksi, mulai penelitian, kajian dan pembuatan menghabiskan dana sekitar Rp 300 juta.
’’Biaya ini terbilang sangat murah jika dibandingkan dengan drone target buatan negara lain yang harganya lebih mahal untuk setiap unitnya,’’ kata Heri. (yan/ign)
♖ Jabar Ekspres
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.