Latihan gabungan "paling kompleks" tersebut akan melibatkan 2.000 personel dari tiga matra: angkatan laut, darat, dan udara.
(Kemhan) ★
Pemerintah Indonesia dan Australia akan mengadakan latihan militer pertahanan terbesar sepanjang sejarah yang dinamakan “Keris Woomera 2024” pada November di Surabaya, kata Menteri Pertahanan Australia Richard Donald Marles.
Dalam konferensi pers usai pertemuan bilateral bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Marles mengatakan latihan gabungan tersebut akan melibatkan 2.000 personel dari tiga matra: angkatan laut, darat, dan udara.
“Ini latihan paling kompleks yang akan kita adakan. Australia akan menurunkan kapal amfibi landing helicopter dock (LHD) dan pesawat tempur siluman Lockhead Martin F-35,” kata Marles dalam jumpa pers di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/8).
Menurut Marles, latihan militer tersebut juga mencakup kerja sama di bidang keamanan siber, yang bagi Australia merupakan latihan militer terbesar di luar negaranya.
“Latihan ini bukan hanya latihan terbesar yang pernah dilakukan kedua negara kita, tetapi juga latihan terbesar yang akan dilakukan Australia di luar negara kami tahun ini,” ujar dia.
Dalam acara tersebut, Indonesia-Australia juga resmi menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan (Defence Cooperation Agreement/DCA) untuk memperkuat kerjasama pertahanan kedua negara.
“Ini adalah contoh bagaimana kedua negara kita bekerja sama lebih erat. Ini adalah contoh bagaimana saat ini, dalam sejarah kita, kita melihat satu sama lain saling mengandalkan keamanan dan bekerja sama lebih erat untuk mengembangkannya,” tambah Marles.
Bukan pakta militer
Prabowo Subianto, yang juga merupakan presiden terpilih Indonesia, mengatakan perjanjian pertahanan ini merupakan tonggak bersejarah setidaknya sejak tahun 2006, ketika kedua negara memulihkan hubungan keamanan dengan menandatangani Perjanjian Lombok.
“Ini dilakukan bersama sebagai tetangga yang berhubungan langsung dalam meningkatkan kerjasama untuk membantu mengatasi ancaman keamanan dan mempromosikan perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan di kawasan,” kata Prabowo.
Menurut Prabowo, perjanjian kerja sama DCA bukanlah pakta militer – di mana jika salah satu negara diserang maka negara lain sesama anggota harus membantu.
Dengan perjanjian ini, Prabowo juga berkomitmen kalau Indonesia akan meneruskan hubungan erat dan menjalin persahabatan dengan Australia.
“Saya bertekad akan menjaga hubungan Indonesia-Australia lebih baik lagi,” kata dia.
Dalam rilis kementerian pertahanan yang dibagikan, juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigjen Edwin Sumantha, menjelaskan perjanjian DCA ini bersifat mengikat secara hukum kepada kedua negara untuk meningkatkan dan memperkuat hubungan pertahanan dalam kerangka kemitraan strategis yang komprehensif.
“Pertimbangan peningkatan status DCA menjadi perjanjian yang mengikat secara hukum adalah berdasarkan intensitas peningkatan kegiatan kerja sama militer kedua negara selama kurun waktu 10 tahun terakhir, khususnya di bidang pendidikan dan pelatihan,” ujar Edwin.
Contoh kerja sama yang akan dilakukan antara lain pengiriman taruna TNI untuk belajar di Australian Defence Forces Academy (ADFA) dan The Royal Military College, Duntroon, rencana Joint UN Mission antara TNI dan ADF, serta peningkatan intensitas latihan gabungan (LATMA) baik antar matra maupun gabungan tiga matra kedua negara.
Kementerian Pertahanan Australia bersama kementerian dan lembaga Indonesia telah menyelenggarakan rapat koordinasi lebih dari 30 kali sejak Maret 2023, baik secara daring maupun luring, dalam penyiapan naskah perjanjian ini.
Perundingan naskah perjanjian telah dilakukan melalui serangkaian pertemuan di Jakarta pada bulan Mei dan Desember termasuk di Canberra pada bulan Agustus pada 2023.
“Kedua pihak yakin DCA ini juga dapat secara signifikan membantu mengantisipasi ancaman keamanan di masa mendatang di kawasan Asia-Pasifik melalui upaya kerja sama pertahanan yang kolaboratif demi terjaganya perdamaian dan stabilitas di kawasan yang berkelanjutan,” kata Edwin.
Marles menambahkan, kerja sama pertahanan ini merupakan paling mendalam dan signifikan dalam sejarah hubungan bilateral Indonesia-Australia.
“Kami sangat memahami tradisi non-blok Indonesia. Itulah warisan negara ini, dan kami menghormatinya. Kami mengakuinya, tetapi yang terpenting, kami menyukainya,” kata Marles.
Australia, ujar Marles, sangat berkepentingan untuk menjadikan Indonesia yang non-blok sebagai tetangga terdekat.
“Jadi perjanjian ini bukanlah aliansi militer, tetapi perjanjian bahwa kita akan bekerja sama lebih erat dalam kerja sama pertahanan, kita akan melihat interoperabilitas yang jauh lebih besar antara pasukan pertahanan kita, kemampuan untuk beroperasi dari negara masing-masing, dan atas dasar itu,” kata dia.
Antisipasi konflik Laut China Selatan
Raden Mokhamad Luthfi, pengamat militer Universitas Al Azhar Indonesia, menilai bahwa DCA ini akan menjadi payung hukum ketika Australia perlu melewati wilayah Indonesia jika akan melakukan dukungan operasi kebebasan navigasi (FONOP) yang biasanya dilakukan oleh Amerika dan negara yang tergabung dalam AUKUS.
AUKUS adalah sebuah pakta keamanan trilateral antara Australia, Britania Raya (UK), dan Amerika Serikat yang didirikan pada 15 September 2021.
Contohnya, kata Raden, pengaturan praktis ini akan menjadi mekanisme bagi Australia dan Indonesia untuk memberikan izin bagi armada militer Australia, khususnya angkatan laut, untuk melewati wilayah Indonesia menuju Laut China Selatan dan Laut China Timur.
“Hadirnya practical arrangement ini membuat Australia menghormati kedaulatan teritorial Indonesia dan untuk membaca intensi damai militer Australia apabila memasuki wilayah Indonesia,” kata Raden kepada BenarNews.
Hal ini penting, ungkap Raden, mengingat Australia pernah menyampaikan kepada Indonesia pada Februari lalu bahwa militernya akan membangun angkatan laut yang lebih besar sejak Perang Dunia II.
Besarnya armada angkatan laut Australia kini membuat negara itu dapat memproyeksikan armada militernya melewati wilayah teritorial Indonesia menuju ke Laut China Selatan atau Asia Timur.
Khairul Fahmi, Analis Pertahanan di Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) mengatakan kerja sama ini mencerminkan kedua negara merespon dinamika keamanan di kawasan baik dalam isu terkait Laut China Selatan maupun Indo-Pacific.
“Terutama dalam hal menjaga keseimbangan di kawasan terkait pengaruh negara besar seperti China dan Amerika,” kata dia kepada BenarNews.
Indonesia, ujar dia, juga dinilai berpengaruh sebagai negara besar dalam hal geopolitik sehingga dianggap penting dalam menjaga kondusivitas kawasan.
“Indonesia punya nilai strategis dan selalu relevan dalam upaya apapun. Latihan bersama nanti juga menunjukkan Indonesia setara dengan Australia, bukan lagi banyak belajar dari Australia,” kata dia.
Utamanya, kata Fahmi, dalam menciptakan jalur laut yang aman dan terbuka dari utara ke selatan begitupun sebaliknya.
“Ini penting bagi indonesia dan jadi prioritas mengingat luasnya perairan Indonesia, kolaborasi ini mencakup patroli bersama dalam menghadapi ancaman keamanan transnasional seperti terorisme, pembajakan, bencana alam, illegal fishing dan penyelundupan orang,” kata Fahmi.
Yohanes Sulaiman, pakar keamanan dari Universitas Jenderal Ahmad Yani, mengatakan kerja sama ini merupakan upaya Australia untuk merebut hati Indonesia karena selama ini Indonesia terlihat condong ke China.
“Latihan militer ini bukti perwujudan dari kerjasama ini meskipun dalam militer latihan gabungan itu merupakan hal yang biasa,” kata Yohanes kepada BenarNews.
Namun, dia juga memperingatkan Indonesia untuk selalu berhati-hati terhadap Australia mengingat pasang surut hubungan kedua negara.
Indonesia sempat mengalami krisis kepercayaan dengan Australia dalam hal konflik Timor Timur, pendirian pangkalan militer di Darwin dan masalah penyadapan masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, kata Yohanes.
(Kemhan) ★
Pemerintah Indonesia dan Australia akan mengadakan latihan militer pertahanan terbesar sepanjang sejarah yang dinamakan “Keris Woomera 2024” pada November di Surabaya, kata Menteri Pertahanan Australia Richard Donald Marles.
Dalam konferensi pers usai pertemuan bilateral bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Marles mengatakan latihan gabungan tersebut akan melibatkan 2.000 personel dari tiga matra: angkatan laut, darat, dan udara.
“Ini latihan paling kompleks yang akan kita adakan. Australia akan menurunkan kapal amfibi landing helicopter dock (LHD) dan pesawat tempur siluman Lockhead Martin F-35,” kata Marles dalam jumpa pers di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/8).
Menurut Marles, latihan militer tersebut juga mencakup kerja sama di bidang keamanan siber, yang bagi Australia merupakan latihan militer terbesar di luar negaranya.
“Latihan ini bukan hanya latihan terbesar yang pernah dilakukan kedua negara kita, tetapi juga latihan terbesar yang akan dilakukan Australia di luar negara kami tahun ini,” ujar dia.
Dalam acara tersebut, Indonesia-Australia juga resmi menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan (Defence Cooperation Agreement/DCA) untuk memperkuat kerjasama pertahanan kedua negara.
“Ini adalah contoh bagaimana kedua negara kita bekerja sama lebih erat. Ini adalah contoh bagaimana saat ini, dalam sejarah kita, kita melihat satu sama lain saling mengandalkan keamanan dan bekerja sama lebih erat untuk mengembangkannya,” tambah Marles.
Bukan pakta militer
Prabowo Subianto, yang juga merupakan presiden terpilih Indonesia, mengatakan perjanjian pertahanan ini merupakan tonggak bersejarah setidaknya sejak tahun 2006, ketika kedua negara memulihkan hubungan keamanan dengan menandatangani Perjanjian Lombok.
“Ini dilakukan bersama sebagai tetangga yang berhubungan langsung dalam meningkatkan kerjasama untuk membantu mengatasi ancaman keamanan dan mempromosikan perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan di kawasan,” kata Prabowo.
Menurut Prabowo, perjanjian kerja sama DCA bukanlah pakta militer – di mana jika salah satu negara diserang maka negara lain sesama anggota harus membantu.
Dengan perjanjian ini, Prabowo juga berkomitmen kalau Indonesia akan meneruskan hubungan erat dan menjalin persahabatan dengan Australia.
“Saya bertekad akan menjaga hubungan Indonesia-Australia lebih baik lagi,” kata dia.
Dalam rilis kementerian pertahanan yang dibagikan, juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigjen Edwin Sumantha, menjelaskan perjanjian DCA ini bersifat mengikat secara hukum kepada kedua negara untuk meningkatkan dan memperkuat hubungan pertahanan dalam kerangka kemitraan strategis yang komprehensif.
“Pertimbangan peningkatan status DCA menjadi perjanjian yang mengikat secara hukum adalah berdasarkan intensitas peningkatan kegiatan kerja sama militer kedua negara selama kurun waktu 10 tahun terakhir, khususnya di bidang pendidikan dan pelatihan,” ujar Edwin.
Contoh kerja sama yang akan dilakukan antara lain pengiriman taruna TNI untuk belajar di Australian Defence Forces Academy (ADFA) dan The Royal Military College, Duntroon, rencana Joint UN Mission antara TNI dan ADF, serta peningkatan intensitas latihan gabungan (LATMA) baik antar matra maupun gabungan tiga matra kedua negara.
Kementerian Pertahanan Australia bersama kementerian dan lembaga Indonesia telah menyelenggarakan rapat koordinasi lebih dari 30 kali sejak Maret 2023, baik secara daring maupun luring, dalam penyiapan naskah perjanjian ini.
Perundingan naskah perjanjian telah dilakukan melalui serangkaian pertemuan di Jakarta pada bulan Mei dan Desember termasuk di Canberra pada bulan Agustus pada 2023.
“Kedua pihak yakin DCA ini juga dapat secara signifikan membantu mengantisipasi ancaman keamanan di masa mendatang di kawasan Asia-Pasifik melalui upaya kerja sama pertahanan yang kolaboratif demi terjaganya perdamaian dan stabilitas di kawasan yang berkelanjutan,” kata Edwin.
Marles menambahkan, kerja sama pertahanan ini merupakan paling mendalam dan signifikan dalam sejarah hubungan bilateral Indonesia-Australia.
“Kami sangat memahami tradisi non-blok Indonesia. Itulah warisan negara ini, dan kami menghormatinya. Kami mengakuinya, tetapi yang terpenting, kami menyukainya,” kata Marles.
Australia, ujar Marles, sangat berkepentingan untuk menjadikan Indonesia yang non-blok sebagai tetangga terdekat.
“Jadi perjanjian ini bukanlah aliansi militer, tetapi perjanjian bahwa kita akan bekerja sama lebih erat dalam kerja sama pertahanan, kita akan melihat interoperabilitas yang jauh lebih besar antara pasukan pertahanan kita, kemampuan untuk beroperasi dari negara masing-masing, dan atas dasar itu,” kata dia.
Antisipasi konflik Laut China Selatan
Raden Mokhamad Luthfi, pengamat militer Universitas Al Azhar Indonesia, menilai bahwa DCA ini akan menjadi payung hukum ketika Australia perlu melewati wilayah Indonesia jika akan melakukan dukungan operasi kebebasan navigasi (FONOP) yang biasanya dilakukan oleh Amerika dan negara yang tergabung dalam AUKUS.
AUKUS adalah sebuah pakta keamanan trilateral antara Australia, Britania Raya (UK), dan Amerika Serikat yang didirikan pada 15 September 2021.
Contohnya, kata Raden, pengaturan praktis ini akan menjadi mekanisme bagi Australia dan Indonesia untuk memberikan izin bagi armada militer Australia, khususnya angkatan laut, untuk melewati wilayah Indonesia menuju Laut China Selatan dan Laut China Timur.
“Hadirnya practical arrangement ini membuat Australia menghormati kedaulatan teritorial Indonesia dan untuk membaca intensi damai militer Australia apabila memasuki wilayah Indonesia,” kata Raden kepada BenarNews.
Hal ini penting, ungkap Raden, mengingat Australia pernah menyampaikan kepada Indonesia pada Februari lalu bahwa militernya akan membangun angkatan laut yang lebih besar sejak Perang Dunia II.
Besarnya armada angkatan laut Australia kini membuat negara itu dapat memproyeksikan armada militernya melewati wilayah teritorial Indonesia menuju ke Laut China Selatan atau Asia Timur.
Khairul Fahmi, Analis Pertahanan di Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) mengatakan kerja sama ini mencerminkan kedua negara merespon dinamika keamanan di kawasan baik dalam isu terkait Laut China Selatan maupun Indo-Pacific.
“Terutama dalam hal menjaga keseimbangan di kawasan terkait pengaruh negara besar seperti China dan Amerika,” kata dia kepada BenarNews.
Indonesia, ujar dia, juga dinilai berpengaruh sebagai negara besar dalam hal geopolitik sehingga dianggap penting dalam menjaga kondusivitas kawasan.
“Indonesia punya nilai strategis dan selalu relevan dalam upaya apapun. Latihan bersama nanti juga menunjukkan Indonesia setara dengan Australia, bukan lagi banyak belajar dari Australia,” kata dia.
Utamanya, kata Fahmi, dalam menciptakan jalur laut yang aman dan terbuka dari utara ke selatan begitupun sebaliknya.
“Ini penting bagi indonesia dan jadi prioritas mengingat luasnya perairan Indonesia, kolaborasi ini mencakup patroli bersama dalam menghadapi ancaman keamanan transnasional seperti terorisme, pembajakan, bencana alam, illegal fishing dan penyelundupan orang,” kata Fahmi.
Yohanes Sulaiman, pakar keamanan dari Universitas Jenderal Ahmad Yani, mengatakan kerja sama ini merupakan upaya Australia untuk merebut hati Indonesia karena selama ini Indonesia terlihat condong ke China.
“Latihan militer ini bukti perwujudan dari kerjasama ini meskipun dalam militer latihan gabungan itu merupakan hal yang biasa,” kata Yohanes kepada BenarNews.
Namun, dia juga memperingatkan Indonesia untuk selalu berhati-hati terhadap Australia mengingat pasang surut hubungan kedua negara.
Indonesia sempat mengalami krisis kepercayaan dengan Australia dalam hal konflik Timor Timur, pendirian pangkalan militer di Darwin dan masalah penyadapan masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, kata Yohanes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.