Rabu, 07 November 2012

Lemsaneg Gandeng ITB Antisipasi Cyber Crime

Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) menggandeng Insititut Teknologi Bandung (ITB) guna menjamin keamanan informasi milik negara. Hal itu tertuang dalam penandatanganan MoU yang dilakukan di Gedung Rektorat ITB, Bandung, Rabu (7/11).

Lembaga non kementrian ini menggandeng kampus teknik pertama di Indonesia sebagai langkah nyata melalui pembentukan kemitraan strategis dengan institusi pendidikan nasional. Kerja sama dilakukan untuk lima tahun kedepan.

"Disadari atau tidak ITB adalah kampus terbaik saat ini, dan memiliki jebolan-jebolan yang sungguh luar biasa," kata Kepala Lemsaneg Djoko Setiadi dalam jumpa pers di Gedung Rektorat ITB, Rabu (7/11).

ITB juga kata dia merupakan salah satu pusat keunggulan teknologi terbaik di Indonesia khususnya dalam bidang penelitian dan rekayasa tekonologi di bidang cyber security.

Diharapkannya, dengan adanya kerja sama antara lembaga Sandi Negara dan ITB dapat meningkatkan kapabilitias dan kompetensi sumber daya manusia persandian nasional. Ini untuk mewujudkan kemandirian dan menjamin keamanan informasi nasional.

"Saya sangat berharap ITB bisa bersinergi bisa mengatasi kejahatan. Di dunia cyber ini ada, dan sewaktu-waktu bisa mengancam. Kami siap mencari solusi," ujarnya.

Setelah adanya penandatangan ini menurut Djoko, pembangunan kapabilitas cyber security khususnya pengembangan kapasitas SDM melalui pendidikan pasca sarjana di bidang keamanan informasi.

Kerja sama teknis lain yang segera dilakukan adalah IT Security Assesment melalui pembentukan tim yang akan melakukan penilaian terhadap keamanan aset informasi strategis negara yang sering jadi ancaman.

Selain itu, sebagai upaya memperkuat keamanan nasional akan dilakukan kerja sama dalam hal pembuatan algoritma kriptografi nasional yang salah satunya akan digunakan sebagai Public Key Infrastruktur dalam infrastruktur National Goverment Root Certificate Authority (CA).

Sementara itu, Rektor ITB Akhmaloka menyambut baik upaya Lemsaneg yang ingin bekerja sama dengan ITB. Menurutnya kerja sama dan komunikasi sejauh ini memang sudah terjalin. Tapi dengan adanya kesepahaman ini bahwa, cyber securty harus ditangani secara bersama.

"Kami udah lama (kerja sama), tapi ini resminya. Peran kami adalah untuk mengembangkan keilmuan di matematika," ungkapnya.(mdk/bal)


© Merdeka

Signing of Indonesia-German tank deal postponed

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQz9YY8IR4kZriFx0veaXqfrMqxZLEBOLy4DxUdFtzFhu2X19h_PNUYLqibRodnnpxyga66M6q_xhkcJfx8fqDk8f-Acf7p7P3ClwUGSvVPTfhfwG5ZUwAFkLZeVFk42pdBVYVzbbm6Ng/s1600/1.jpg
MBT Leopard 2 Revolution
(Foto MIK)
Jakarta - The planned signing of a deal for Indonesia‘s purchase of more than 150 German tanks was postponed Wednesday as the two sides were still negotiating, a Defence Ministry official said.

Indonesia now hopes to sign the contract and a separate technical agreement with German defence company Rheinmetall on Saturday, said Major General Ediwan Prabowo, the head of the defence facilities agency at the ministry.

"It‘s still being negotiated," Prabowo said. "The plan is to sign it on Saturday but it all depends on the negotiation and any agreement that can be reached."


He described the sticking points as minor and included issues such as the timing of delivery, after sale maintenance support and a technology transfer.

Deputy Defence Minister Sjafrie Sjamsoeddin said last week that the deal had been completed and the subsequent agreement would only be related to future maintenance and a transfer of technology.

Prabowo said there were no pending political or legal issues, saying the German government fully supported the deal.

Indonesia wants to buy 100 main battle tanks Leopard A24, including its upgraded version MBT Revoulution, and lighter Marder tanks from Rheinmetall.

Prabowo said Indonesia wanted the first batch to be delivered this year, but Rheinmetall had not given assurances because it would take some time to build tanks suited to Indonesian specifications.


The tank purchase was opposed by human rights groups in Indonesia and the Green and left-wing parties in Germany who argued that the military was committing human rights violations in the Papua region, the scene of a low-level separatist conflict.

The Defence Ministry dismissed the criticism on Tuesday, saying the purchase was part of the government drive to modernize its under-equipped military.

"Indonesia is a sovereign and civilized nation," said Defence Ministry spokesman Colonel Bambang Hartawan.


IFV Marder 1A3 (Foto kenyot10)
"We need to upgrade our defence capabilities like other countries have done, in terms of human resources and equipment," he said.

The military was accused of gross human rights violations under the rule of autocratic former president Suharto.

Activists said that despite a series of reforms following Suharto‘s downfall in 1998, there has been little accountability for past and recent abuses committed in Papua.

The government has allocated a defence budget of 156 trillion rupiah (16.4 billion dollars) for the 2011-14 period, allowing it buy hardware such as modern fighter aircraft, submarines and tanks.

Unlike neighbouring Malaysia and Singapore, Indonesia does not have main battle tanks. Its military has long relied on ageing French-made AMX-13 and British-made Scorpion light tanks.

The country‘s main weapons company, PT Pindad, has developed and produced light armoured personnel carriers and the government hopes it would eventually be capable of making tanks similar to the Leopard, in cooperation with Germany.
© Europe Online

★ Alutsista @ Indodefense 2012

PADA pameran Alutsista di Indo Defense 2012 Expo & Forum di Kemayoran, Jakarta. Indonesia memamerkan alutsista barunya buatan lokal maupun luar yang terbaru yang digunakan TNI dan Polri.

Berikut foto sebagian alutsista yang dipamerkan : 

Kendaraan Militer :

Komodo APC Pindad (Foto ArmyRecognition)
Komodo Mistral Pindad (Foto ArmyRecognition)
Rantis Hankam (Foto ArmyRecognition)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifQjrPr5QNkoCz_71ootVs_k2r7o35JWWjYklMfx5KDpaXJpzn4iuv40LFzhYHEdAazNqkvrKcZkA6tfEVMpGOK_Yn_d-oIXgkbvi-OE5HwmVHa_OL-G_2EQJ_3qqGBIA53b2c8FAtE5g/s1600/12.jpg
Rantis P2 Kostrad (Foto Detik)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQz9YY8IR4kZriFx0veaXqfrMqxZLEBOLy4DxUdFtzFhu2X19h_PNUYLqibRodnnpxyga66M6q_xhkcJfx8fqDk8f-Acf7p7P3ClwUGSvVPTfhfwG5ZUwAFkLZeVFk42pdBVYVzbbm6Ng/s1600/1.jpg
MBT Leopard 2 Revolution (Foto MIK)
IFV Marder 1A3 (Foto kenyot10)
MLRS Astros (Foto jojocircus)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAu1-TdkHCIbHBoKgsOOx53kE885y47GZJc7F4ghxILGQ2bp34BtdQ7T2MuGn4Jncjr4EOTbf4CPD6GiNlAfDA-53ptdSM_ob_ZPpWAu_wNqfH1TSuq8YggWxJCcNoptx2HbAJ7LSuVZw/s1600/6.jpg
APC Amphibi  (Foto ARC)

Senjata :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmrcT6vE2ue2-Kvnc4VJ-lhHrdxEbuUv4Xlx-LdZucR0u8ORAXmtPkJ7Yp8alMqW42y2M9ow6MPxQG5HTSRZ1rmrYzTVulhkjEodSX9LXKdR2yoGhgVDUNFCu0JTO_syEOM9Jwo9ZhxFM/s1600/17.jpg
(Foto Detik)

UAV :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe03G2nH9PGjqswOmDRtjIEAIKtFryh59XmL6rKQKgItscP6wE8XgAB9N-FzxnPiBZwirRi-hLNx3w9GIrSJ14k1a3w4mEzK9TSzG5oIZZjwWm_1PAbfboEQxkXQa02Tcwvvr3aQNqqNM/s1600/7.jpg
UAV (ARC)

Roket :


Kapal :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvuR1TWZ8sfqxCRoxPIHZ2cYaEhjx3F-TIl-1K7e6QHEC7-HnShU9MK3yZeuigEDq3IpXBBMDdZ9MS9dcIFdIWsvVMMiz9ynyLeif_Z8U9mk9d-qmh7E272Gloq7y6cU4cKvOKUf6GPoU/s1600/9.jpg
KCR 60M PAL (Foto ARC)

Pesawat :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTX2YEDxkR4Bbm5_9pPup9f1ksJhyphenhyphenCxB4emzEdV6uFZJb5m77RFVvazgLwXQo9uuNMRvWH_mCcpolJjWDFRa8R5SUXmOxPh33ztz2zJ8rVrYFLB-gSBEFTzEhAFv-yzt12cqckXjE3Jy4/s1600/15.jpg
Pesawat C-295 (Detik)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCVPJn_8MswkBMt2_eHhIXXf6wWjblqB5e2g2qUBDkv5dEZvGrWZOC7jXHs-V1CB-zR3x5n9Rppk4gmDD7aAKTYsmku70Iva671t72cgYMMC3cUA8hYIdd06XrUy-YsDgJ_jLwNBMw68Q/s1600/10.jpg
Pesawat T-50 (Detik)

- semua foto diposkan kenyot10 dan formiler kaskus -

© Garuda Militer

Belanja Militer Indonesia Amat Rendah

Komodo APC Pindad
(Foto ArmyRecognition)
Jakarta - Wakil Presiden Boediono mengatakan, belanja militer nasional sangat rendah, hanya 0,7 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ini menempatkan Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara lain di dunia.

"Indonesia masih belum masuk 'radar', walau beberapa tahun ini meningkat pesat untuk memenuhi kebutuhan minimal pertahanan kita," kata Wapres Boediono di Jakarta, Rabu (7/11).

Wapres menyampaikan itu saat membuka "Indo Defence, Indo Aerospace and Indo Marine 2012 Expo and Forum" ke-5, 7-10 November 2012 di Jakarta Internasional Expo Kemayoran.

Wapres mengatakan, angka itu sangat kecil bila dibandingkan dengan belanja Amerika Serikat (4,7 persen dari PDB), atau bahkan Arab Saudi (10 persen dari PDB). Padahal, kata Boediono, industri pertahanan adalah industri berprofit tinggi mengingat perputaran uang di sekitarnya yang sangat besar.


Komodo Mistral Pindad (Foto ArmyRecognition)

Wapres mengutip data belanja militer (military expenditure) 2011 berdasarkan riset "Stockholm International Peace Research Institute" yang sebesar 1.738 miliar dolar AS.

"Ini bahkan 2,5 kali PDB kita, bahkan 10 kali jumlah APBN. Ini jumlah yang sangat besar untuk produk-produk yang jumlahnya sebetulnya tidak banyak," kata Wapres.


Rantis Hankam (Foto ArmyRecognition)

Wapres juga mengutip statistik impor alat pertahanan Indonesia yang mencapai peringkat 15 dari negara-negara lain di dunia. "Ini artinya kita masih punya banyak peluang untuk menempatkan produk-produk dalam negeri dan memaksimalkan industri pertahanan kita," katanya. (ant/DOR)

© MetroTvnews

PT. PAL Cari Ahli Kapal Selam

Surabaya - PT. PAL Indonesia bekerjasama dengan DSME Daewoo sedang menseleksi 206 orang insinyur untuk dijadikan sebagai ahli pembuat kapal selam dan bagian produksi kapal.

Changbogo Submarine
(Foto DSME)
 Manajer Humas PT PAL Indonesia, Bayu Wicaksono, mengatakan bahwa dari 206 orang tersebut akan dipilih 120 sebagai perancang kapal selam dan 186 lainnya di bagian produksi. Sebanyak 20 orang di antara mereka akan memiliki kwalifikasi sebagai desainer.

Menurut Bayu, mereka yang lolos selesksi akan dilibatkan langsung dalam pembuatan kapal selam di Korea Selatan. "Istilahnya learning by doing. Belajar sambil bekerja," katanya Selasa sore, 6 Nopember 2012.

Selama tiga hingga empat tahun mendatang mereka akan terlibat dalam pembuatan tiga kapal selam. Dua kapal selam dibuat di Korea. Pembuatan kapal selam ini dilakukan secara transfer teknologi. "Jika mereka sudah ahli maka satu kapal selam kemudian dibuat di PT PAL," ujar Bayu.

Bayu mengatakan bahwa proses seleksi saat ini masih terus berlangsung. "Orang Korea sudah ada di sini sejak bebeapa waktu lalu," ucapnya. Sebanyak 120 orang yang dipilih sebagai perancang kapal selam akan dikirim ke Korea secara bertahap karena proses pembuatan kapal selam juga dilakukan secara bertahap.

Tahap pertama dimulai dengan membuat desain. Kemudian diikuti tahap enjinering, serta tahap berikutnya pemasangan persenjataan. Bayu menjelaskan bahwa yang melakukan memorandum of understanding (MoU) dalam kerjasama tersebut adalah pemerintah Indonesia, yakni Kementerian Pertahanan dengan pemerintah Korea yang diwakili DSME Daewoo.

Sebelum kerjasama tersebut, kata Bayu, PT, PAL telah berpengalaman membuat landing platform dock (LPD) sepanjang 125 meter. Dua LPD dibuat di Korea dan dua lainnya di PT. PAL.

LPD yang dibuat di PT PAL bahkan sudah dimodifikasi. Desain pertama yang dibuat di Korea hanya bisa menampung tiga helikopter, tapi setelah dimodifikasi di Indonesia bisa memuat lima helikopter.

Pada saat poyek LPD, kata Bayu, PT. PAL mengirim para pekerjanya ke Korea untuk melakukan transfer teknologi. Setelah paham dan mengusai ilmunya pembuatan LPD dilakukan di PT. PAL.

PT PAL memperoleh dana penyertaan modal negara senilai Rp 1,2 triliun. Sebanyak Rp 648 miliar di antaranya telah dikucurkan pada 2011 dan sisanya Rp 600 miliar masih belum dikucurkan. Tiga kapal selam ini diperkirakan selesai sekitar tahun 2016.

© Tempo

Rosoboronexport Tawarkan Buk-M Dan Pantsir S1 Kepada Indonesia

Pantsir S1
Jakarta - Perusahaan Rosoboronexport Rusia akan menampilkan 200 sampel senjata dan peralatan militer dalam Pameran Internasional Senjata dan Peralatan Militer Indo Defense 2012 yang akan digelar tanggal 7 sampai 10 November di Indonesia.

"Dalam pameran ini perusahaan Rusia akan membahas isu-isu mengenai militer-teknis kerjasama dengan baik dengan Indonesia dan semua mitra di Asia-Pasifik", pernyataan dari Rosoboronexport, eksportir terbesar senjata Rusia.


Selain peralatan militer, perusahaan Rusia akan mengusulkan kepada mitranya di Asia-Pasifik untuk melakukan produksi bersama dan mengembangkan model senjata dan peralatan teknis militer yang dirakit di bawah lisensi.


"Ini berarti mentransfer sejumlah teknologi yang saat ini sangat penting bagi Indonesia yang bertujuan untuk mengembangkan industri pertahanan nya," wakil direktur Rosoboronexport, Victor Komardin, yang memimpin delegasi Rusia di pameran.


Dia menambahkan bahwa perusahaan mengharapkan antipesawat sistem pertahanan seperti "Buk-M2E", "Pantsir-S1" dan "Igla-S" akan menarik masyarakat di acara itu.


Rosoboronexport datang ke Indonesia juga akan menawarkan pertahanan udara yang kompleks yaitu sistem rudal jarak menegah dan sistim rudal jarak pendek yaitu "Buk-M2E" dan "Pantsir-S1".

Rosoboronexport will present more than 200 items of Russian armaments and military equipment at Indo Defence 2012 Expo & Forum

BUK-M2E Missile system
(Foto Rosoboronexport)
In addition to military equipment Rosoboronexport will offer its partners in the Asia Pacific region joint projects relating to item development and licence assembly.

The 5th International INDO DEFENCE 2012 Expo & Forum will be held from 7 to 10 November 2012 at Jakarta, Indonesia. The exhibition is one of the most important trade events of this kind in the Asia Pacific region. This year more than 500 companies from 40 countries are expected to take part in it.

Rosoboronexport plans to discuss all outstanding issues of military technical cooperation with both Indonesian and other regional partners.

"Indonesia is one of Russia's major partners in the region, and it is only natural that we expect progress in many areas of our military technical cooperation with this country, following our talks in Jakarta. We offer our Indonesian partners various projects. It can be licence assembly, joint item development, or assistance in refining products developed by Indonesia. This also involves technologies transfers, which is now especially important for Indonesia striving to develop its own defence industry", - said Viktor Komardin, deputy director general of Rosoboronexport and head of the delegation to the exhibition.

Rosoboronexport expect that Russian air defence systems, such as the Buk-M2E missile system, Pantsir-S1 gun/missile system, and Igla-S man-portable air defence missile system, will draw special attention this year.

Rosoboronexport proposes to Indonesia a concept of integrated air defence system based on the Buk-M2E medium-range air defence missile systems and Pantsir-S1 short-range air defence gun/missile systems. Russian experts believe that the system in such configuration will be able to effectively protect country's vital military and administrative installations from all existing air attack weapons of potential enemy, including from massive air strikes.

Highly popular in the region Russian aircraft will also be at the centre stage of the exhibition. Besides promoting new defence products such as the Ka-52 and Mi-28NE combat helicopters, Mi-26Т2 heavy-lift transport with the upgraded avionics suite and Ka-226T light multipurpose helicopters, Rosoboronexport intends to discuss with its partners all issues related to the organisation of an efficient after-sales servicing system for Russian aircraft and helicopters as well as conditions for establishing service centres.

Indonesian partners will display a BMP-3F infantry combat vehicle (ICV) operated by the Indonesian Marine Corps. The BMP-3F ICVs have earned an excellent reputation with the Indonesian armed forces. Other countries in the region are showing interest in armoured vehicles from the BMP-3 family. Russian armoured materiel in general, and the T-90S main battle tank (MBT) with its latest upgraded version in particular, show good sales prospects in this region’s market. The T-90S MBT has demonstrated excellent performance meeting its high combat and running specifications during most exacting trials in one of the countries in the region.

In the naval sector Rosoboronexport offers a wide variety of surface ships and boats, submarines, various weapon systems. Considering extended maritime borderlines of states in the region, one of the most important problems is to ensure effective protection of their 200-mile economic zones. For this purpose Rosoboronexport offers a set of facilities for establishing an integrated littoral sea control system.

ROSOBORONEXPORT, a subsidiary of the Rosteknologii State Corporation, is the sole state company in Russia authorized to export the full range of defense and dual-use products, technologies and services. ROSOBORONEXPORT is ranked among the major companies on the global arms market and accounts for over 80% of Russia’s annual arms sales. Russia maintains military-technical cooperation with over 70 countries worldwide. ROSOBORONEXPORT cooperates with more than 700 enterprises and organizations of Russia’s defense industrial complex.

ROSTEKNOLOGII is Russian corporation established in 2007 for high-technology industrial goods of civil, military and dual-purpose development, producing and exportation facilitation. It comprises 663 companies which are to form 12 defence-industry complex and 5 civil industry sector holdings. The ventures of Rostekhnologii are located in 60 regions of Russia and cater for markets of over 70 countries. CEO of the corporation is Sergey Chemezov. Net profit in 2011 amounted to 1.55 billion rubles, tax liabilities totaled 100 billion rubles.

Rosoboronexport Press Office
Natalia Shlyupkina
Phone: + 7 (495) 739-61-03
shlyupkina@post.rusarm.ru

Alutsista Baru, Doktrin Pertahanan Perlu Disesuaikan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQz9YY8IR4kZriFx0veaXqfrMqxZLEBOLy4DxUdFtzFhu2X19h_PNUYLqibRodnnpxyga66M6q_xhkcJfx8fqDk8f-Acf7p7P3ClwUGSvVPTfhfwG5ZUwAFkLZeVFk42pdBVYVzbbm6Ng/s1600/1.jpg
MBT Leopard 2 Revolution
(Foto MIK)
Jakarta - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, mengatakan, doktrin pertahanan TNI tetap akan difokuskan untuk menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, meskipun TNI AD kini sudah diperkuat tank tempur utama berkemampuan ofensif Leopard.

“Doktrinnya untuk menjaga kedaulatan negara kita ini. Soal penempatan tank Leopard, nanti akan diserahkan kepada TNI AD dengan tetap berkoordinasi dengan Kemhan,” kata Purnomo, Selasa, saat ditanya soal rencana penempatan tank-tank tempur canggih itu.

Menhan mengatakan, saat ini baru dua tank yang datang untuk dipamerkan di Indo Defence yang akan dibuka Rabu (7/11/2012) di Jakarta International Expo, Kemayoran. “Kedatangan tank Leopard akan membuat tank kita menjadi komplit,” ujarnya.

Pengamat militer dari Universitas Indonesia Andi Widjajanto sebelumnya mengatakan sudah saatnya Indonesia merumuskan ulang doktrin pertahanannya. Untuk kedatangan Leopard itu, Indonesia belum memiliki doktrin untuk tank berat. “Selama ini kita menggunakan doktrin infanteri. Tank hanya digunakan untuk membantu pasukan infanteri,” katanya. Doktrin kavaleri berat, kata dia, yang bisa bertempur mandiri juga harus dibentuk. Dengan rencana pembelian helikopter serang Apache, pemerintah juga harus mengubah doktrin.

Menurut Andi, saat ini tinggal Angkatan Darat yang belum memperkuat doktrin, sementara Angkatan Laut dan Udara dinilai sudah mapan dalam pembentukan doktrin. Kemudian, Kemhan juga harus mengembangkan doktrin gabungan ketiga matra agar senjata masing-masing angkatan bisa dikerahkan dalam operasi militer gabungan. “Senjata masing-masing angkatan itu harus bisa dikerahkan dalam satu operasi militer gabungan,” katanya.

Seperti diketahui, Indonesia sudah merevisi dua kali doktrin pertahanannya. Pertama saat era reformasi dimulai dan terakhir pada 2007. “Sekarang sedang direvisi. diharapkan segera diluncurkan karena revisinya sudah selesai,” kata Andi. Setelah revisi doktrin pertahanan selesai barulah dilakukan revisi doktrin angkatan dan diperkirakan semua doktrin selesai pada 2014 mendatang.

© Solopos

Jelang Latgab TNI, Marinir Latihan Mobilisasi Udara

Latihan.JPG
Yonif 3 Marinir Latihan Mobud
Surabaya - Persiapan matang menjelang Latihan Gabungan TNI, dilakukan prajurit Batalyon Infanteri 3 Marinir dengan menggelar latihan Mobilisasi Udara (Mobud) di Hanggar Skuadron 400 Puspenerbal Juanda.

Latihan melibatkan helikopter jenis Bell 412 milik skuadron 400 Puspenerbal disaksikan langsung Komandan Pasrat Kolonel Marinir Sarjito, Pasops Pasrat Letkol Marinir Suliono dan Komandan Batalyon Infanteri-3 Marinir Letkol Marinir M. Reza Suud.

Kolonel Marinir Sarjito mengatakan latihan ini untuk mengasah kemampuan prajurit dalam melaksanakan serangan dengan mobilisasi udara (Mobud), selain itu juga sebagai sarana menjalin kerja sama  antara prajurit dengan kru pesawat.


"Dengan terjalinnya kerjasama antara prajurit dengan kru pesawat, diharapkan dalam Latgab TNI 2012 nanti, dapat berjalan lancar dan sukses serta tidak terjadi hal-hal yang merugikan baik personel maupun material," paparnya.


© Surya

Industri Pertahanan Lokal Berharap Investasi Asing

Jakarta - Keinginan kalangan industri pertahanan itu disampaikan kepada pihak penyelenggara pameran Indo Defence 2012 Expo yang di gelar hari ini (Rabu;07/11/2012) di PRJ Kemayoran, Jakarta Pusat. Pameran yang diselenggarakan Departemen Pertahanan sepanjang tanggal 7 - 10 November mendatang, rencannya akan dibuka oleh Wakil Presiden Budiono.

Informasi yang disampaikan pihak penyelenggara, PT Nanindo, kalangan industri dalam negeri menginginkan lebih dari sekedar dari transfer teknologi dari negara asal. Seperti adanya pinjaman lunak baik dari perusahaan maupun badan keuangan luar dan dalam negeri. Transfer teknologi tanpa diimbangi dengan pendanaan yang kuat, maka tidak akan terlaksana dengan baik. Kalangan usaha meminta kementrian pertahanan, untuk memfasilitasi keingin para pengusaha industri dalam negeri.

Berdasarkan data yang diterima panitia penyelenggara pameran, sejumlah industri pertahanan dalam dan luar negeri telah mendaftarkan hadir dalam ajang pameran ini. Diantaranya PT.Dirgantara Indonesia, PT PAL, PT. Pindad, PT. LEN, Lundin, Lockheed Martin, Damen Schelde Naval Shipbuilding, DSME, EADS, Team Australia, Russian Technologies, Bel Tech Export, SSM, Ukrspecexport
© Indosiar

Leopard 2 Revolution, Spesialis Perang Kota

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheK3JFZQ71OS_qUl_tuM2yopHluc9A-dpmxByb5QkOpG35LuOhRIDBg0Ya7DyUJImQTEXCRlw6L5Y5sjGGRl36YiP25KCTIWBJd7c3wm8aYCDrDrmsd9Dxpgxtuu0_UzvZsUwEZ9lipwo/s1600/rheinmetalllandsystemeg.jpg
MBT Leopard 2 Revolution (rheinmettal)
KEKUATAN tempur TNI AD makin berotot dengan mulai datangnya tank-tank tempur terbaru buatan Jerman. Seperti diungkapkan Kementerian Pertahanan, Indonesia membeli 103 tank tempur utama (main battle tank) Leopard 2 yaitu 61 varian Leopard Revolution dan Leopard 2A4. Dengan pembelian ini, maka Indonesia menjadi negara Asia kedua yang mengoperasikan tank yang sekelas dengan M1A1 Abrams buatan AS dan Challenger dari Inggris itu. Negara Asia lain yang mengoperasikannya adalah Singapura.

Nah, ada yang istimewa dari salah satu varian yang dibeli itu yaitu Leopard Revolution. Dari segi harga, jauh lebih mahal dari varian 2A4 yaitu US$ 1,7 juta per buah, atau kalau dirupiahkan senilai Rp 16,3 miliar per buah. Sementara varian 2A4 harganya US$ 700.000 atau Rp 6,7 miliar per buah? Apa sih istimewanya?

Leopard Revolution adalah salah satu varian terbaru yang merupakan pengembangan dari Leopard 2A4. Tank hasil garapan pabrik senjata berat Jerman, Rheinmetall ini kali pertama diperkenalkan tahun 2010, dan menurut military-today.com sering juga disebut sebagai Leopard 2A4 Evolution. Leopard 2A4 sendiri adalah salah satu varian Leopard 2 yang paling banyak diproduksi dan dipakai di banyak negara dalam jumlah banyak.

MBT Leopard 2 Revolution Polandia
Dari segi tampilan, memang ada perbedaan di antara kedua tank yang “bersaudara” ini. Yang paling gampang terlihat adalah pada kubah meriamnya. Varian Revolution memiliki kubah meriam yang sisinya bersudut miring dan tajam, sementara 2A4 kubahnya masih berbentuk kotak. “Visi dan misi” kedua varian ini pun berbeda. Sang “kakak” yaitu Leopard 2A4 yang dikembangkan di tahun 1980-an berangkat dari konsep peperangan era itu yaitu perang terbuka melawan Blok Timur Uni Soviet di medan terbuka. Sementara Leopard Revolution sebagai generasi tahun 2000 dirancang untuk meladeni peperangan yang pada praktiknya justru paling banyak dijalani negara-negara Barat saat ini yaitu perang gerilya dan perang kota, seperti yang dihadapi pasukan NATO di Afghanistan dan belajar dari apa yang dialami pasukan AS dan Inggris di Irak.

Pengembangan paling nyata Revolution adalah pada perangkat proteksinya, yang menggunakan lapisan komposit Advanced Modular Armor Protection (AMAP). Lapisan pelindung ini terdiri atas materi nanokeramik serta titanium dan baja alloy, yang diklaim memberikan kemampuan perlindungan yang jauh lebih baik. Karena sifatnya yang modular alias bisa dibongkar pasang, pengguna bisa memilih variasi kemampuan proteksi sesuai kebutuhan, seperti untuk menangkal granat berpeluncur roket (RPG) atau untuk peledak improvisasi (IED). Dengan sifat modularnya itu pula, seandainya lapisan proteksi itu rusak dihajar serangan musuh, perangkat itu bisa dibongkar untuk diganti baru. Dengan tambahan lapisan proteksi itu, ada konsekuensinya yaitu bobot tank yang bertambah hingga menjadi lebih kurang 60 ton, dibandingkan varian 2A4 yang sekitar 57 ton.

Sebagai senjata utama, Revolution menggunakan meriam yang sama dengan 2A4 yaitu meriam L44 smoothbore kaliber 120 mm. Meriam ini bisa menggunakan semua varian peluru standar NATO, dan tanknya mampu membekal 42 butir peluru. 15 peluru dalam kondisi siap tembak tersimpan di kubah meriam, sementara sisanya tersimpan di bagian dalam bodi. Untuk tambahan daya gempur dan bela diri ringan, tank berawak 4 orang ini juga dilengkapi senapan mesin berat kaliber 12,7 mm yang dioperasikan dengan remote control sehingga awak tank tak perlu nongol keluar untuk mengoperasikannya. Sepucuk senapan mesin kaliber 7,62 juga terpasang sejajar dengan meriam.

MBT leopard 2 revolution (ARC)

Untuk menjawab keraguan bahwa meriam bermodel smoothbore alias bagian dalam larasnya licin itu akurasinya di bawah meriam rifled bore atau laras berulir, Rheinmetall memasang sistem kendali penembakan yang lebih modern, yang mampu menjamin ketepatan menembak pada kesempatan pertama. Dari segi mesin, Revolution tetap menggunakan tipe yang sama dengan 2A4 yaitu mesin disel turbocharge MTU MB837 Ka501 yang berkekuatan 1.500 tenaga kuda, yang membuatnya bisa ngebut hingga kecepatan 72 km per jam di jalan mulus.

Data teknis Leopard 2 Revolution :
Masuk tugas: 2010
Awak: 4 orang (komandan, pengemudi, juru tembak, juru muat peluru)
Bobot: 60 ton
Panjang (termasuk meriam): 9,7 meter
Panjang bodi: 7,7 meter
Lebar: 3,7 meter
Tinggi: 2,5 meter
Meriam: 120 mm smoothbore
Senapan mesin: 1 x 12,7 mm, 1 x 7,62 mm
Pengaturan sudut tinggi tembak: – 9 hingga + 20 derajat
Sudut putar meriam: 360 derajat
Mesin: MTU MB-837 Ka501 diesel turbocharge, 1.500 tenaga kuda
Jarak jangkau operasi: 500 km

Kemampuan jelajah medan :
Halangan vertikal: 1,15 meter
Parit: 3 meter
Kemampuan masuk air spontan: 1 meter
Kemampuan masuk air dengan tambahan perangkat: 4 meter

Pelukan Hangat Mama Ely

Rudal starstreak diatas stromer
KUNJUNGAN kenegaraan Presiden SBY ke Inggris tanggal 30 Oktober hingga 03 Nopember 2012 dinilai sangat istimewa dengan perjamuan khusus Ratu Inggris Elizabeth dan Istana Buckingham. Pertanyaannya tentu apa sebenarnya magnet yang memberikan rasa hangat dan akrab dalam bingkai kunjungan seorang pemimpin negeri kepulauan berpenduduk ke 4 terbesar didunia ini ke Inggris. Tak lain dan tak bukan adalah madu alutsista. Siapa sih yang tak tergiur dengan modernisasi alutsista RI, hampir semua “semut” berdatangan menawarkan jualannya agar bisa mencicipi madu alutsista yang dikucurkan itu. Terbukti jua ratusan perusahaan dari 50 negara akan hadir pada Indo Defence yang digelar 7-10 Nopember 2012 di Kemayoran Jakarta.

Rasanya memang tidak lengkap jika bumbu masak yang bernama Inggris tidak disertakan dalam aneka macam menu alutsista yang sudah dan sedang serta akan dipesan oleh Indonesia. Dari kawasan Asia, Cina dan Korsel mewakili rudal C705, QW3 dan C802, 3 kapal selam Changbogo, 70 Howitzer KH178 dan 16 jet tempur taktis T50 Golden Eagle. Rusia sudah lebih dulu merapat dengan 1 skuadron Sukhoi, 70 Tank amfibi BMP3F, 30 Panser amfibi BTR80A, 1 simulator Sukhoi, rudal Yakhont. Kemudian Paman Sam membuka diri untuk 34 F16 blok 52, 8 Apache, 12 Sea Sprite dan rudal Maverick. Brazil sudah kulonuwun dengan menyerahkan 4 Super Tucano dari pesanan 16 unit, 40 unit MLRS Astross II. Perancis dengan rudal Exocet Blok 3, Howitzer Caesar. Jerman dengan 120 MBT Leopard, 60 Tank Marder dan 16 pesawat latih Grobb.

Dalam perjalanan belanja alutsista RI, kesannya Inggris kok ditinggalkan atau karena masih punya luka hati ketika pesanan Hawk 100/200 ditinggal begitu saja di Thailand akhir abad lalu. Bayangkan kita pesan 40 Hawk tapi kloter terakhir ditelantarkan begitu saja oleh pilot Inggris. Luka belum sembuh, luka lagi karena Scorpion dan Hawk dilarang dipakai dalam konflik Aceh tahun 2003 lalu. Yang terakhir ini mungkin yang paling berbekas karena ternyata arogansi negeri Mama Ely itu seperti menikam dari belakang.

Tapi ya sudahlah, mengingat masa lalu yang haru biru itu tak jua apik jika dijadikan barometer dendam tak berkesudahan. Pelajaran yang didapat dari itu adalah tidak lagi didikte dalam pasal dan ayat perjanjian kerjasama melainkan minimal setara karena ini adalah transaksi halal, barang halal sehingga ketika sudah dibeli mestinya tidak ada syarat dilarang pakai karena terkait separatis. Selain itu belanja dari berbagai sumber produksi juga memberikan keyakinan untuk tetap eksis dalam memakai alutsista.

Eurofighter Typhoon

Lalu ada pertanyaan, apakah segitu aja nilai yang mau dibelanjakan untuk alutsista made in England, Apakah hanya untuk semacam rudal starstreak atau light fregat dan suku cadang Hawk padahal sambutan manis Mama Ely sangat luar biasa. Lalu bagaimana dengan perjalanan sales 24 jet tempur Typhoon yang sudah beredar luas di media Inggris beberapa bulan lalu ketika David Cameron “menghadap” SBY di Jakarta.

Logika diplomasinya juga bernilai lebih misalnya dengan membandingkan kunjungan Kanselir Jerman beberapa waktu lalu ke Jakarta. Jerman datang menjemput bola ketika petinggi Kemhan berkunjung dan berminat dengan MBT Leopard. Tetapi SBY kan tidak perlu lagi ke Jerman. Ini beda dengan Inggris, David Cameron datang 11-12 April 2012 membawa order 24 typhoon. Kalau hanya untuk rudal Starstreak gak level lah seorang pemimpin tertinggi Inggris harus menyambangi Jakarta, cukup Menhannya saja. Lalu kunjungan balasan akhir bulan lalu sampai awal bulan ini, releasenya lagi-lagi rudal starstreak dan light fregat. Masak Cuma segitu aja. Mungkin saja 24 typhon itu di hidden dulu untuk release pemberitaan atau bisa saja waktu penyampaiannya tidak usah terburu-buru untuk menghindarkan arm race di kawasan ini. Soalnya belanja alutsista kita yang revolusioner ini menjadi intipan intelijen tetangga .

Sambutan yang luar biasa di Inggris mulai dari Mama Ely sampai bos Arsenal bahkan Walikota London juga ikut sibuk memberikan apresiasi hangat mengindikasikan hasrat kuat bahwa Inggris sedang membujuk RI untuk membeli 24 jet tempur Typhoon atau bahkan sudah ada kesepakatan tapi tidak untuk konsumsi publik dulu utamanya untuk menjaga jantung jiran tidak berdebar keras. SBY kan selalu berada dalam patron itu misalnya ketika Menhan AS menawarkan 6 F16 blok 52 tahun 2009, lalu SBY menyampaikan bahwa anggaran belum ada untuk itu. Lalu tahun 2011 ada tawaran 24 jet tempur F16 second, jawabannya: bungkus.

Bisa jadi release 24 jet tempur Typhoon ini untuk konsumsi tahun depan dan pesawatnya pun baru datang tahun 2016. Bisa jadi memang tak perlu jua dipublikasi luas seperti yang dicontohkan dengan pengadaan MLRS Astross II dari Brazil yang jauh dari publikasi. Yang jelas kan tidak mungkin hanya dengan pesanan 34 F16, 16 Super Tucano, 16 T50, 6 Sukhoi lalu berhenti sampai disitu. Okelah, boleh jadi ada tambahan 16 Sukhoi lagi dalam MEF tahap 2 tetapi itukan untuk kebutuhan 2 skuadron jet tempur kelas berat. Lha yang kelas medium kan perlu diperkuat misalnya untuk penggantian F5E.

Apapun itu tentu jika 24 jet tempur Typhoon Inggris jadi mengisi skuadron tempur TNI AU merupakan kado yang membanggakan. Mimpi kita di MEF kedua periode 2015-2019 makin mendekati real dengan 32 Sukhoi, 40 F16 Blok 52 dan 24 Typhoon merupakan kombinasi satuan pemukul udara yang saling mengisi dan melengkapi. Secara feeling sambutan hangat Mama Ely dan “keponakannya” PM David Cameron menjamu tamunya dari Indonesia memberikan sinyal kuat tentang rencana masa depan alutsista buatan Inggris yang digadang-gadang itu. Ongkos sambutan itu tentu tidak sepadan jika dibandingkan dengan hanya belanja starstreak, suku cadang Hawk dan light fregat. Ya kan ?

Jagvane
© Analisis Alutsista

Selasa, 06 November 2012

PT LEN Konsisten Dukung Pembangunan Industri Pertahanan

Jakarta - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menerima Direktur Utama PT. Len Industri (Persero) Abraham Mose, Selasa (6/11) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama PT. Len Industri (Persero) Abraham Mose yang didampingi sejumlah jajaran Direksi PT. Len Industri (Persero) yang baru menyampaikan bahwa di PT. Len Industri (Persero) akan tetap konsisten mendukung pembangunan kemandirian industri pertahanan dalam negeri.

“PT. Len Industri (Persero) setelah organisasi baru tetap konsisten, karena PT. Len Industri (Persero) mempunyai satu unit bisnis tersendiri khusus mengurus defence”, tutur Abraham Mose kepada Menhan. Abraham Mose yang sebelumnya menjabat Direktur Pemasaran PT. Len Industri (Persero) periode 2007-2012, baru menjabat sebagai Direktur Utama PT. Len Industri (Persero) pada tanggal 28 Agustus 2012.

Saat menemui Menhan, dalam kesempatan tersebut Abraham Mose memperkenalkan beberapa Direksi yang baru di jajaran PT. Len Industri (Persero) antara lain Direktur Pemasaran Adi Sufiadi Yusuf Abdurrajak, Ir. M.Eng., Direktur Teknologi & Produksi Darman Mappangara, M.Eng.Sc. dan Direktur Administrasi & Keuangan Andra Yastrialsyah Agussalam, Drs. MBA.

Selain dalam rangka memperkenalkan diri, Abraham Mose juga menyampaikan beberapa program - program strategis PT. Len Industri (Persero) dan kesiapannya sebagai Led Integrator di bidang defence electronic sesuai dengan peraturan pemerintah terkait dengan industri pertahanan.

Dijelaskannya, bahwa kegiatan PT. Len Industri (Persero) selain sudah melakukan pekerjaan yang sifatnya maintenance dan dukungan dengan TNI, PT. Len Industri (Persero) juga melaksanakan kegiatan – kegiatan yang sifatnya kerjasama baik di bidang penelitian, pengembangan dan rekayasa maupun manufacturing.

Turut mendampingi Menhan dalam kesempatan tersebut, Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Dirjen Pothan Kemhan) Dr. Pos M Hutabarat, Ph.D, Staf Ahli Menhan Bidang Teknologi dan Industri Dr. Ir. Anne Kusmayati, M.Sc. dan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kapuskom Publik Kemhan) Kolonel Kav. Bambang Hartawan, M.Sc.


© DMC

C295 TNI AU dilirik Thailand

C295 TNI AU (PT DI)
Jakarta - Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) atau Royal Thai Air Force (RTAF) Thailand Marshal Prajin Juntong melakukan kunjungan ke Angkatan Udara (AU) Indonesia, di Mabes AU.

Dalam kunjungan tersebut, Marshal Prajin Juntong memuji armada udara yang dimiliki Indonesia, khususnya pesawat angkut sedang C-295.

"Pada hari pertama telah melakukan kunjungan di Mabes AU, diterima Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, serta melakukan kunjungan di Mabes TNI diterima Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono," demikian keterangan pers yang diterima Sindonews dari Penerangan Lanud Halim, Selasa (6/11/2012).

Pada hari ke dua Prajin Juntong didampingi Marsekal TNI Imam Sufaat dan Komandan Lanud Halim Marsma TNI Adang Supriyadi, melakukan kunjungan di Lanud Halim Perdanakusuma.

Sebelum terbang kembali ke Thailand, Marshal Prajin menyempatkan melihat langsung pesawat C-295 dari Skuadron Udara 2 Wing 1 Lanud Halim.

Dalam kesempatan itu, dia dan Imam Sufaat menaiki C-295 di dalam kokpit, serta menerima penjelasan tentang pesawat C-295 dari Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Elistar Silaen. 

Selesai kunjungan di Halim, Kasau Thailand tersebut bersama rombongan kembali ke Thailand menggunakan Pesawat Udara Air Bus A 310-300 HS-TYQ Royal Thai Air Force.

Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat angkut sedang C-295 merupakan pesawat produksi Airbus Military, buatan Spanyol.

© Sindo

TNI AU siapkan pengganti Hawk Mk53

T-50 Golden Eagle (Foto ROKAF)
Jakarta - TNI AU berencana membeli 16 jet tempur T-50 sebagai pengganti pesawat Hawk MK-35. "Ini rencana lama," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Azman Yunus, Senin, 5 November 2012.

Jet tempur MK-35 yang beroperasi di Madiun, Jawa Timur, rencananya akan dipensiunkan. "Kami ganti karena sudah tua," kata Azman. Pesawat T-50 sendiri ditargetkan hadir di Indonesia pada 2014 mendatang.

Tapi, para anggota DPR mengaku belum mengetahui rencana penggantian jet tempur Hawk. "Saya belum pernah dengar, kami tidak pernah diberitahukan merek atau jenis pesawatnya," ujar Wakil Ketua Komisi Pertahanan, Tubagus Hasanudin. Politikus PDIP ini mengatakan hanya tahu soal rencana pembelian sejumlah suku cadang untuk jet tempur Hawk.


© TEMPO

[Opinion] Indonesian Military No Longer Pariah in US Eyes

John McBeth - Straits Times

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWBxM8Y6UO4raInW1Uvzz7vpNTj4u58wHJXmHHt_dP6XAmrh7rJT-TEv-RQ6ijTpFuuwh58XquemoG_HcGxmKLPyL_mEN2VuHUVfVZTO9wLu1iGJ9K4QEpNhrkio528aoOzPRB96NmEmc/s1600/ah6409.jpg
Apache AH64D
The evolving military relationship between the US and Indonesia is there for all to see in the decision by US Congress to allow the sale of at least eight heavily armed AH-64D Apache attack helicopters to an army Washington once saw as a regional pariah.

But while the 50-day notification period for the US$ 700 million (?) deal expired without formal objection, there was still strong resistance behind the scenes from two implacable foes — the State Department's Human Rights Bureau and seven-term Democrat Senator Patrick Leahy.

Some officials didn't want the issue to go to the Senate Armed Services Committee at all, and Leahy aide Tim Reiser raised amused eyebrows by asking during an otherwise tough questioning session whether the two-man gunship could ferry troops into Papua.

Still, with a full Senate resolution required to forestall the proposed sale, and a presidential election looming large, few senators would have been willing to prevent the sale of US-made hardware and be accused of risking jobs.

Not long ago, supplying the Indonesian military with such lethal weaponry would never have happened. Now it joins an exclusive club of 11 Apache-armed nations, most of which are either treaty allies or provide facilities for American forces.

It was only in 2009, four years after the Republican administration lifted a 14-year arms ban imposed after the 1991 East Timor churchyard massacre, that the Senate Appropriations Bill did not contain any specific restrictions on military aid to Jakarta.

But Leahy kept up the pressure, sending a letter to President Susilo Bambang Yudhoyono that same year demanding an accounting of military human rights abuses committed in East Timor, Aceh and Papua. The retired general never responded.

The senator and Reiser, a paid staff member who at times has taken a harder line than Leahy himself, almost single-handedly stood in the way of removing the ban — even though neither had ever been to Indonesia.

President Barack Obama's election changed the dynamics to some degree, marked earlier this year by the uncontested decision to gift Jakarta with 24 mothballed F-16 fighters. Indonesia will pay US$ 600 million to upgrade the jets, giving the air force the biggest front-line punch it has had in decades.

Bigger and uglier, the Apache is different. But for those Americans who think about such things, the main argument for selling it to Indonesia may well have been its perceived role in ensuring the free flow of shipping through the Malacca Strait.

If it can overcome its funding squeeze, Indonesia will be only the second Asean country after Singapore to receive the Apache, providing what the US Defense Security Cooperation Agency calls "interoperability" with American forces in the region.

That's a Pentagon buzz word which has rarely been applied to the Indonesians, but it comes at a time when the United States is building Guam into a strategic hub, rotating littoral combat ships through Singapore and preparing to train 2,500 Marines in northern Australia.


http://rumaniamilitary.files.wordpress.com/2012/07/agm-114r3-hellfire-ii-missile.jpgPacking 140 AGM-114R3 Hellfire missiles, a 30mm chain gun and state-of-the- art avionics and fire-control systems, the Apaches will join eight Russian-built Mi-35 Hind gunships which first entered service with the army in 2003.

The only objection to the deal in Jakarta has been from parliamentary foreign affairs commission chairman Mahfudz Siddiq, who prefers buying the twin-rotor Ch-47 Chinook instead.

He and other legislators have argued that disaster-prone Indonesia has a greater need for the heavy-lift Chinooks, which carry 13,000 kg of cargo or double that of the 16 rugged Russian-built Mi-17s delivered to the army over the past two years.

The only other military helicopters with significant cargo capacity are six newly acquired Eurocopter-725s, capable of lifting 5,700kg, nine EC-332 Super Pumas and 11 aging AS-330 Pumas that are basically troop carriers.

For all the media focus on corruption in the procurement process, Indonesian defense officials have made it clear to the Americans they want to eliminate middlemen and acquire the gunships under a government-to-government arrangement.

But now it is down to working out a final Letter of Authorization and Acceptance, the Indonesians appear to be wrestling with a funding gap in their effort to modernize an army inventory whose origins in one case go back to the Battle of Stalingrad.

Some of the problem stems from confusion over the Apache price tag, with Boeing initially understating the cost and the State Department basing its jaw-dropping US$1.4 billion estimate on the supposition that Jakarta will be ordering more than the eight helicopters.

Indonesia has already scrapped the planned purchase of the precision-guided M-42 Himars multiple-rocket system, settling instead for Brazil's less-expensive Astros II. But it is believed to be going ahead with a request to buy US anti-tank missiles.

Reprinted courtesy of The Straits Times
© The Jakarta Globe
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...