⚓️ Pertama Kali dalam dua dekade terakhir Kapal perang Jerman, Bayern, saat berangkat dari pelabuhan Wilhelmshaven (Sina Schuldt/dpa/ AFP)
Jerman mengirimkan sebuah kapal perang ke perairan Laut China Selatan untuk pertama kali dalam nyaris dua dekade terakhir. Ini berarti Jerman bergabung dengan negara-negara Barat lainnya dalam memperluas kehadiran militer di kawasan tersebut saat meningkatnya kekhawatiran atas ambisi teritorial China.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (3/8/2021), China mengklaim sebagian besar perairan Laut China Selatan dan mendirikan pos militer di pulau-pulau buatan yang dibangunnya di perairan sengketa yang kaya akan sumber daya mineral dan laut tersebut.
Angkatan Laut AS, dalam aksi pamer kekuatan melawan klaim teritorial China, secara rutin melakukan apa yang disebutnya sebagai operasi 'kebebasan navigasi' dengan kapal-kapal militer mereka berlayar dekat dengan pulau yang menjadi sengketa di Laut China Selatan.
China mengecam aktivitas kapal-kapal AS itu dengan menyebutnya tidak membantu memajukan perdamaian maupun stabilitas kawasan.
Otoritas AS menempatkan sikap melawan China sebagai jantung kebijakan keamanan nasional negaranya, dan berupaya menggalang dukungan mitra-mitranya dalam melawan apa yang disebutnya sebagai kebijakan ekonomi dan luar negeri China yang semakin bersifat memaksakan kehendak.
Para pejabat di Berlin mengatakan bahwa Angkatan Laut Jerman akan tetap berpegang pada rute perdagangan umum. Kapal perang Jerman jenis fregat itu juga diperkirakan tidak akan berlayar melewati Selat Taiwan -- aktivitas rutin kapal AS yang dikecam China.
Namun demikian, Jerman memperjelas misi tersebut dimaksudkan untuk menekankan fakta bahwa Jerman tidak menerima klaim teritorial China.
Jerman berada di situasi sulit antara kepentingan keamanan dan perekonomian, mengingat China menjadi mitra perdagangan paling penting. Ekspor Jerman ke China telah membantu mengurangi dampak pandemi virus Corona (COVID-19) terhadap perekonomian negara tersebut.
Menteri Pertahanan Jerman, Annegret Kram-Karrenbauer, mengunjungi pelabuhan Wilhelmshaven untuk mengantarkan kapal fregat bernama Bayern itu memulai pelayaran selama tujuh bulan yang akan membawa kapal itu ke Australia, Jepang, Korea Selatan (Korsel) dan Vietnam.
Kapal perang Jerman itu diperkirakan akan melewati Laut China Selatan pada pertengahan Desember mendatang. Ini akan menjadikannya sebagai kapal perang pertama Jerman yang berlayar melewati perairan tersebut sejak tahun 2002 lalu, atau dalam dua dekade terakhir.
"Kami ingin hukum yang ada dihormati, rute laut bisa dilalui secara bebas, masyarakat terbuka dilindungi dan perdagangan mematuhi aturan yang adil," tegas Kramp-Karrenbauer.
Negara-negara lainnya seperti Inggris, Prancis, Jepang, Australia dan Selandia Baru juga memperluas aktivitas mereka di Pasifik untuk menangkal pengaruh China.
Jerman mengirimkan sebuah kapal perang ke perairan Laut China Selatan untuk pertama kali dalam nyaris dua dekade terakhir. Ini berarti Jerman bergabung dengan negara-negara Barat lainnya dalam memperluas kehadiran militer di kawasan tersebut saat meningkatnya kekhawatiran atas ambisi teritorial China.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (3/8/2021), China mengklaim sebagian besar perairan Laut China Selatan dan mendirikan pos militer di pulau-pulau buatan yang dibangunnya di perairan sengketa yang kaya akan sumber daya mineral dan laut tersebut.
Angkatan Laut AS, dalam aksi pamer kekuatan melawan klaim teritorial China, secara rutin melakukan apa yang disebutnya sebagai operasi 'kebebasan navigasi' dengan kapal-kapal militer mereka berlayar dekat dengan pulau yang menjadi sengketa di Laut China Selatan.
China mengecam aktivitas kapal-kapal AS itu dengan menyebutnya tidak membantu memajukan perdamaian maupun stabilitas kawasan.
Otoritas AS menempatkan sikap melawan China sebagai jantung kebijakan keamanan nasional negaranya, dan berupaya menggalang dukungan mitra-mitranya dalam melawan apa yang disebutnya sebagai kebijakan ekonomi dan luar negeri China yang semakin bersifat memaksakan kehendak.
Para pejabat di Berlin mengatakan bahwa Angkatan Laut Jerman akan tetap berpegang pada rute perdagangan umum. Kapal perang Jerman jenis fregat itu juga diperkirakan tidak akan berlayar melewati Selat Taiwan -- aktivitas rutin kapal AS yang dikecam China.
Namun demikian, Jerman memperjelas misi tersebut dimaksudkan untuk menekankan fakta bahwa Jerman tidak menerima klaim teritorial China.
Jerman berada di situasi sulit antara kepentingan keamanan dan perekonomian, mengingat China menjadi mitra perdagangan paling penting. Ekspor Jerman ke China telah membantu mengurangi dampak pandemi virus Corona (COVID-19) terhadap perekonomian negara tersebut.
Menteri Pertahanan Jerman, Annegret Kram-Karrenbauer, mengunjungi pelabuhan Wilhelmshaven untuk mengantarkan kapal fregat bernama Bayern itu memulai pelayaran selama tujuh bulan yang akan membawa kapal itu ke Australia, Jepang, Korea Selatan (Korsel) dan Vietnam.
Kapal perang Jerman itu diperkirakan akan melewati Laut China Selatan pada pertengahan Desember mendatang. Ini akan menjadikannya sebagai kapal perang pertama Jerman yang berlayar melewati perairan tersebut sejak tahun 2002 lalu, atau dalam dua dekade terakhir.
"Kami ingin hukum yang ada dihormati, rute laut bisa dilalui secara bebas, masyarakat terbuka dilindungi dan perdagangan mematuhi aturan yang adil," tegas Kramp-Karrenbauer.
Negara-negara lainnya seperti Inggris, Prancis, Jepang, Australia dan Selandia Baru juga memperluas aktivitas mereka di Pasifik untuk menangkal pengaruh China.
⚓️ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.