⚓ 🛩 💻 Ilustrasi Apache n Hind [US Army] ★
Pemerintah RI dinilai belum mengembangkan persenjataan militer atau alat utama sistem senjata (alutsista) yang mengarah pada operasi gabungan lintas matra TNI. Padahal, aspek keterpaduan atau operasi gabungan lintas matra TNI merupakan keinginan pemerintah.
"Indonesia relatif belum mengembangkan persenjataan militer atau alutsista yang mengarah pada gelar operasi gabungan," kata Analis Keamanan Lab 45, Febry Triantomo dalam diskusi virtual, Selasa (5/10) malam.
Berdasarkan data yang dihimpun Lab 45, kata Febry, saat ini jumlah kapal perang pendarat pasukan atau tank Indonesia yang dioperasikan mencapai 10 persen dari kapal di seluruh dunia. Selain itu, Indonesia juga mengerahkan 4 persen kapal perang permukaan di seluruh dunia.
Data tersebut memang cenderung sesuai dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara maritim. Namun, hal itu tidak sesuai dengan keinginan pemerintah mengenai operasi gabungan lintas matra sebagaimana termaktub dalam Buku Putih Pertahanan Edisi 2015.
"Hal ini perlu kita perhatikan bersama mengingat aspek keterpaduan ataupun operasi gabungan antar kecabangan maupun lintas matra merupakan hal yang ingin dicapai pemerintah," ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Lab 45, dari 11 kategori alutsista, pemerintah cenderung menekankan pembangunan dua jenis alat pertahanan yakni kemampuan tempur laut yang diwujudkan melalui penambahan armada perang permukaan, dan sistem peluru kendali.
Febry mencontohkan pada 2000 silam nilai simpangan sistem tempur laut Indonesia terhadap distribusi kapabilitas militer global berada di angka lima. Pada 2021, nilai simpang itu berubah menjadi 13.
"Hal ini menandakan telah terjadi penambahan kekuatan armada kapal perang milik TNI," ujarnya.
Di sisi lain, sistem pertahanan lain seperti tank tempur dan kemampuan tempur bawah laut cenderung stagnan atau tetap. Hal ini juga terjadi pada kondisi kekuatan pesawat tempur Indonesia.
"Sementara kekuatan pesawat tempur juga tidak mengalami banyak perubahan," tutur Febry. (iam/kid)
Pemerintah RI dinilai belum mengembangkan persenjataan militer atau alat utama sistem senjata (alutsista) yang mengarah pada operasi gabungan lintas matra TNI. Padahal, aspek keterpaduan atau operasi gabungan lintas matra TNI merupakan keinginan pemerintah.
"Indonesia relatif belum mengembangkan persenjataan militer atau alutsista yang mengarah pada gelar operasi gabungan," kata Analis Keamanan Lab 45, Febry Triantomo dalam diskusi virtual, Selasa (5/10) malam.
Berdasarkan data yang dihimpun Lab 45, kata Febry, saat ini jumlah kapal perang pendarat pasukan atau tank Indonesia yang dioperasikan mencapai 10 persen dari kapal di seluruh dunia. Selain itu, Indonesia juga mengerahkan 4 persen kapal perang permukaan di seluruh dunia.
Data tersebut memang cenderung sesuai dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara maritim. Namun, hal itu tidak sesuai dengan keinginan pemerintah mengenai operasi gabungan lintas matra sebagaimana termaktub dalam Buku Putih Pertahanan Edisi 2015.
"Hal ini perlu kita perhatikan bersama mengingat aspek keterpaduan ataupun operasi gabungan antar kecabangan maupun lintas matra merupakan hal yang ingin dicapai pemerintah," ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Lab 45, dari 11 kategori alutsista, pemerintah cenderung menekankan pembangunan dua jenis alat pertahanan yakni kemampuan tempur laut yang diwujudkan melalui penambahan armada perang permukaan, dan sistem peluru kendali.
Febry mencontohkan pada 2000 silam nilai simpangan sistem tempur laut Indonesia terhadap distribusi kapabilitas militer global berada di angka lima. Pada 2021, nilai simpang itu berubah menjadi 13.
"Hal ini menandakan telah terjadi penambahan kekuatan armada kapal perang milik TNI," ujarnya.
Di sisi lain, sistem pertahanan lain seperti tank tempur dan kemampuan tempur bawah laut cenderung stagnan atau tetap. Hal ini juga terjadi pada kondisi kekuatan pesawat tempur Indonesia.
"Sementara kekuatan pesawat tempur juga tidak mengalami banyak perubahan," tutur Febry. (iam/kid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.