Sebagai unit tempur elit dengan kemampuan penyerbuan cepat, wajar
bila Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD memiliki beragam kendaraan
taktis (rantis). Sebagaimana pasukan khusus kelas dunia, pola gerakan
Kopassus jelas beda dengan pasukan reguler, Kopassus lebih mengedepankan
assault dengan unit pasukan berjumlah personel sedikit tapi
mematikan. Untuk menunjang misi tersebut rantis yang dipunyai korps
baret merah ini ukurannya relatif kecil.
Tapi jangan salah, meski rantisnya berukuran kecil, umumnya sekelas jeep tapi punya mobilitas tinggi. Ciri khas utama sudah pasti berpenggerak 4 roda (four wheel drive). Selain saat ini menggunakan jenis jeep Land Rover Defender MRCV, rantis P1 Pakci, Alvis Mamba, dan Casspir MK3 buatan Afrika Selatan. Di era tahun 90-an Kopassus juga menggunakan rantis yang cukup terkenal bentuknya, meski identitasnya tidak terlalu populer. Yakni rantis Flyer buatan ADI (Australian Defence Industries).
Flyer berbeda dengan kendaaran tempur Kopassus yang lainnya, desain Flyer paling unik, menyerupai kendaaran penjelajah medan pasir dan pantai ala Delta Force. Flyer memberi kebebasan olah gerak bagi awaknya, desainnya juga tidak member perlindungan lapis baja bagi awaknya, melainkan serba terbuka. Rangka Flyer disusun dari pipa tabular, dan dapat membawa 5 awak termasuk juru mudi.
Jumlah Flyer yang dipesan cukup banyak, tapi sayangnya yang sampai ke Tanah Air hanya beberapa unit saja. Hal ini sebagai dampak dari insiden penembakkan di Timor Timur (sekarang Timor Leste) pada tahun 1992. Flyer mempunyai bobot 1.600 kg dan ditenagai mesin turbo diesel dengan 2.100 cc. Untuk member efek perlindungan, mesin ditempatkan pada sisi belakang. Kecepatan Flyer dapat dikebut hingga 100 km per jam dengan jarak jelajah 700 km. Untuk kendalinya, Flyer menggunakan perseneling otomatis dengan 3 tingkat percepatan.
Bagaimana dengan dukungan persenjataan? Flyer mempunyai dua dudukan senjata untuk kaliber 7,62 mm. Dalam pameran Alutsista TNI AD 2012 awal bulan Oktober, Nampak posisi senjata berada pada sisi kiri depan dan satu lagi ditengah-tengah pipa rangka. Senjata yang dipasang oleh Kopassus yakni GPMG (general purpose machine gun).
Kendaraan pelibas medan off road ini juga sangat pas untuk mendukung mobilitas tempur pasukan udara (airborne). Beratnya yang hanya 1.600 kg membuatnya mudah diangkut oleh C-130 Hercules, apagai disekujur body memang sudah disiapkan cantelan untuk dikaitkan dalam kargo pesawat.
Selain Indonesia, Flyer juga digunakan oleh Singapura, bahkan
diproduksi dibawah lisensi oleh STK Singapore dengan peningkatan
kemampuan mesin dan berubah nama jadi Spyder LSV. Malaysia juga ikut
mengadopsi Flyer, dan diproduksi oleh Hicom Deftech. Di tangan Singapura
Flyer tampil jadi monster yang cukup bergigi, ini berkat upgrade
persenjataan, dimana Flyer dipasangi varian beragam senjata, mulai dari
SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm, pelontar granat kaliber 40
mm sampai rudal anti tank Spike. Uniknya, Australia sebagai negara asal
Flyer justru tidak pernah mengoperasikan rantis ini untuk pasukan
elitnya.
Jelas Flyer milik Kopassus tampil kalah garang dengan Flyer AD Singapura, tapi kini Kopassus juga telah memiliki rantis jenis lain yang lebih modern, seperti Mamba, Pakci, dan Casspir, walau berbeda kelas dengan Flyer. Sebagai catatan, Kopassus hingga kini belum juga dilengkapi rantis 4×4 yang dilengkapi rudal anti tank, melainkan baru sebatas pelontar granat model AGL 40 mm.
Flyer dalam sejarahnya di Indonesia didatangkan saat Kopassus dikomandani oleh Mayor Jenderal Prabowo Subianto. Dalam kenangan penulis, Flyer sempat digunakan wara wiri saat kerusuhan massa di tahun 1998, saat itu Flyer nampak siaga di sekitaran jembatan Semanggi, Jakarta.(Haryo Adjie Nogo Seno)
Tapi jangan salah, meski rantisnya berukuran kecil, umumnya sekelas jeep tapi punya mobilitas tinggi. Ciri khas utama sudah pasti berpenggerak 4 roda (four wheel drive). Selain saat ini menggunakan jenis jeep Land Rover Defender MRCV, rantis P1 Pakci, Alvis Mamba, dan Casspir MK3 buatan Afrika Selatan. Di era tahun 90-an Kopassus juga menggunakan rantis yang cukup terkenal bentuknya, meski identitasnya tidak terlalu populer. Yakni rantis Flyer buatan ADI (Australian Defence Industries).
Flyer berbeda dengan kendaaran tempur Kopassus yang lainnya, desain Flyer paling unik, menyerupai kendaaran penjelajah medan pasir dan pantai ala Delta Force. Flyer memberi kebebasan olah gerak bagi awaknya, desainnya juga tidak member perlindungan lapis baja bagi awaknya, melainkan serba terbuka. Rangka Flyer disusun dari pipa tabular, dan dapat membawa 5 awak termasuk juru mudi.
Jumlah Flyer yang dipesan cukup banyak, tapi sayangnya yang sampai ke Tanah Air hanya beberapa unit saja. Hal ini sebagai dampak dari insiden penembakkan di Timor Timur (sekarang Timor Leste) pada tahun 1992. Flyer mempunyai bobot 1.600 kg dan ditenagai mesin turbo diesel dengan 2.100 cc. Untuk member efek perlindungan, mesin ditempatkan pada sisi belakang. Kecepatan Flyer dapat dikebut hingga 100 km per jam dengan jarak jelajah 700 km. Untuk kendalinya, Flyer menggunakan perseneling otomatis dengan 3 tingkat percepatan.
Bagaimana dengan dukungan persenjataan? Flyer mempunyai dua dudukan senjata untuk kaliber 7,62 mm. Dalam pameran Alutsista TNI AD 2012 awal bulan Oktober, Nampak posisi senjata berada pada sisi kiri depan dan satu lagi ditengah-tengah pipa rangka. Senjata yang dipasang oleh Kopassus yakni GPMG (general purpose machine gun).
Kendaraan pelibas medan off road ini juga sangat pas untuk mendukung mobilitas tempur pasukan udara (airborne). Beratnya yang hanya 1.600 kg membuatnya mudah diangkut oleh C-130 Hercules, apagai disekujur body memang sudah disiapkan cantelan untuk dikaitkan dalam kargo pesawat.
GPMG kaliber 7,62 mm |
Jelas Flyer milik Kopassus tampil kalah garang dengan Flyer AD Singapura, tapi kini Kopassus juga telah memiliki rantis jenis lain yang lebih modern, seperti Mamba, Pakci, dan Casspir, walau berbeda kelas dengan Flyer. Sebagai catatan, Kopassus hingga kini belum juga dilengkapi rantis 4×4 yang dilengkapi rudal anti tank, melainkan baru sebatas pelontar granat model AGL 40 mm.
Flyer dalam sejarahnya di Indonesia didatangkan saat Kopassus dikomandani oleh Mayor Jenderal Prabowo Subianto. Dalam kenangan penulis, Flyer sempat digunakan wara wiri saat kerusuhan massa di tahun 1998, saat itu Flyer nampak siaga di sekitaran jembatan Semanggi, Jakarta.(Haryo Adjie Nogo Seno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.