Densus 88 kembali menciduk 4 terduga teroris. Dua pekan sebelum Natal.
Sejumlah teroris ditangkap jelang Natal dan tahun baru |
Dua
pekan menjelang perayaan Hari Raya Natal, Detasemen Khusus 88 Anti
Teror Polri menangkap empat anggota jaringan teroris. Para terduga
teroris itu ditangkap di sejumlah tempat berbeda.
Rangkaian
penengkapan ini berawal dari dibekuknya Roki Aprisdianto (29),
terpidana teroris yang kabur dari tahanan Polda Metro Jaya, November
silam. Roki ditangkap di terminal Kota Madiun, Jawa Timur, Senin, 10
Desember 2012, pukul 19.30 WIB.
"Dia
dalam perjalanan dari Surabaya ke Solo, naik bus Mira bernomor polisi S
7288 SU," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Boy Rafli
Amar, kepada VIVAnews.
Roki
merupakan terpidana 6 tahun dalam kasus terorisme. Dia dititipkan ke
Rutan Polda Metro Jaya. Namun, Roki kabur dari tahanan di siang bolong
pada 6 November 2012. Saat itu, Roki mengenakan cadar untuk mengelabui
petugas. Ia ke luar rutan bersama dengan rombongan wanita bercadar yang
membesuk tahanan.
"Selama
pelarian, yang bersangkutan berada di Jawa Timur bersama istri muda,"
kata Boy. Roki cukup sulit ditangkap karena selalu menggunakan cadar.
Namun berkat kerja keras tim Densus, pria yang diplot sebagai
"pengantin" untuk meledakkan diri itu akhirnya dapat ditangkap.
Berdasarkan
hasil pemeriksaan, Densus 88 menemukan bahan peledak seperti yang
ditemukan di halaman Polsek Pasar Kliwon, Solo. Dari temuan itu, Densus
kemudian mengorek keterangan lebih mendalam. Akhirnya, Roki menyebut dua
nama perakit bom tabung gas yang ditemukan di depan Mapolsek Pasar
Kliwon pada 20 November 2012.
Tim
Densus 88 di Solo bergerak. Mereka mencari dua orang yang disebut oleh
Roki. "Dua ini diduga memberi bantuan Roki selama dalam pelarian, dan
diidentifikasi membantu Roki untuk membuat bom rakitan," jelas Boy.
Senin
malam, Densus 88 membekuk I (27) dan T (25) di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Mereka adalah orang-orang yang disebut Roki. Kedua terduga teroris ini
sehari-harinya berjualan roti kebab di perempatan pabrik obat Konimex,
Cemani, Grogol, Kabupaten Sukoharjo. I adalah sang penjual kebab,
sedangkan T merupakan anak buah I yang setiap harinya membantunya
berjualan.
Selain
menjual roti kebab, I juga seorang muazin di Masjid Baitul Amin,
Waringinrejo, Cemani, Grogol, Sukoharjo. Dia merupakan warga Sleman,
Yogyakarta, dan setiap harinya tinggal di sekitar masjid tersebut.
Diduga, kedua terduga itu merakit bom tabung gas di salah satu kamar di
Masjid Baitul Amin.
Setelah
penangkapan I dan T, Densus melakukan olah tempat kejadian perkara di
kamar Ihsan yang ada di kompleks Masjid Baitul Amin. Dalam olah TKP yang
berlangsung 30 menit itu, Densus menemukan sejumlah barang bukti, di
antaranya buku tentang cara merakit bom.
Petugas
Inafis dan Gegana juga terlihat mengeluarkan sejumlah barang bukti yang
ditempatkan di sebuah kotak plastik dari kamar yang sudah ditempati
Ihsan sejak 2008 itu. Sementara itu, sejumlah polisi bersenjata lengkap
berjaga di sekitar kompleks masjid. Tak hanya itu, mobil taktis berlapis
baja milik Gegana juga diparkir tepat di depan masjid.
Informasi
yang dikumpulkan VIVAnews, polisi menyita sejumlah barang bukti dari
kamar itu, meliputi: telepon genggam berwarna merah, satu buah pedang
putih, dua buah plastik arang, satu buah kaset, satu plastik semen, helm
merah, sekantong plastik serbuk hitam, sakantong plastik serbuk hijau,
satu buah bundelan kertas yang berisi tulisan cara merangkai bom, dan
buku harian coklat.
Densus
tak berhenti mengungkap jaringan ini. Dari I dan T, Densus kembali
mendapat keterangan baru. Kedua terduga teroris ini buka suara dan
menyebut nama SG, aktor lain dalam teror bom tabung gas itu. Pada Selasa
siang, 11 Desember 2012, Densus 88 bergerak melakukan penangkapan SG.
"Dia
berperan mendanai perakitan bom tabung gas yang ditemukan di depan
Mapolsek Pasar Kliwon," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri, Kombes
Pol Agus Riyanto saat berbincang dengan VIVAnews.
Ancaman di Jakarta
Meski
sejumlah terduga teroris ditangkap, bukan berarti ancaman teror sirna
dari Indonesia. Terutama menjelang dua hari besar, Natal 2012 dan tahun
baru 2013, yang akan akan dirayakan masyarakat dalam waktu dekat.
Kapolri
Jenderal Polisi Timur Pradopo bahkan telah memberikan peringatan
terhadap kemungkinan gangguan keamanan itu. "Salah satu ancaman di dalam
pelaksanaan Natal dan Tahun Baru adalah ancaman teror," kata Timur usai
Rapat Koordinasi Operasi Nasional Lintas Instasi dalam Rangka Operasi
Lilin 2012 di Mabes Polri.
Timur
mengatakan Polri siap melakukan pengamanan. Menurut dia, Polri punya
pengalaman dalam pengamanan teror. Oleh karena itu, dia mengimbau agar
masyarakat tidak perlu khawatir. "Polri dibantu TNI dan aparat keamanan
lainnya melakukan langkah-langkah pencegahan, sehingga masyarakat semua
dapat tenang di dalam pelaksanaan perayaan Natal maupun Tahun Baru
nanti," ujarnya.
Untuk
pengamanan kedua agenda tersebut, Polri akan bertugas selama sepuluh
hari, yaitu mulai 23 Desember 2012 sampai dengan 1 Januari 2013.
Kepolisian juga meminta peran aktif dari masyarakat untuk proses
pengamanan. "Keamanan lingkungan itu yang harus menjadi perhatian,"
jelasnya.
Mantan
Kapolda Metro Jaya itu menambahkan, titik-titik yang menjadi fokus
dalam operasi lilin 2012 itu antara lain semua gereja di wilayah
Indonesia. Sedangkan untuk tahun baru, jalur-jalur berkaitan dengan
libur tahun baru seperti pantura, jalur selatan dan lainnya. "Itu
menjadi pengamanan utama yang nanti akan dibicarakan pada rakor ini,"
kata dia.
Sementara
itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad
Mbai, mengatakan ada tiga daerah yang rawan terjadi aksi terorisme saat
perayaan hari raya Natal dan tahun baru seperti sekarang ini. Tiga
daerah ini juga menjadi basis gerakan terorisme. "Daerah yang diwaspadai
biasa, Jawa Tengah, Poso, dan Jakarta," kata Ansyaad Mbai.
Meski
demikian, Ansyaad mengatakan BNPT belum melihat tanda-tanda nyata
ancaman pada perayaan Natal 2012 dan tahun baru 2013."Sampai sekarang,
tidak ada indikasi teror yang spesifik, tapi semua harus dijaga"
ujarnya. Dia memastikan Densus 88 terus menekan pergerakan kelompok
teroris di Indonesia.
Waspada parsel
Peringatan
Kapolri itu langsung direspons oleh Polda-polda, termasuk Polda DI
Yogyakarta. Polda DIY telah menyiagakan 1.500 personel yang tergabung
dalam Operasi Lilin. "Pasukan Polri nantinya akan didukung penuh oleh
TNI dan juga sniper yang ditempatkan pada titik-titik rawan terjadinya
kriminalitas," kata Kapolda DIY, Brigjen Pol Sabar Rahardjo, di Kompleks
Kepatihan, Yogyakarta.
Menurutnya,
Polda DIY juga akan mengundang pemuka agama di Mapolda, 19 Desember
mendatang. Ini untuk mengantisipasi adanya teror dari kelompok-kelompok
tertentu. "Bukan su'udzon, tapi mengantispasi saja. Saya yakin DIY
kondusif," kata dia.
Sabar
juga mengimbau agar masyarakat waspada jika menerima kiriman parsel.
Masyarakat, kata dia, harus mencatat identitas lengkap pemberi parsel.
"Informasikan hal ini kepada keluarga, agar mereka memahami, dan tidak
asal menerima parsel," ucap dia.
Pada
perayaan Natal Desember 2012 ini, Polda DIY juga akan memperketat
pengamanan di gereja-gereja. Setiap pintu masuk akan ada petugas yang
dibekali dengan metal detector. "Untuk kewaspadaan dan antisipasi saja,"
ujarnya.(eh)
● VIVA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.