RCWS AMX-13 dengan SMB Browning 12,7 mm |
Dalam sebuah defile, sudah jamak ranpur (kendaraan tempur) baik itu
panser dan tank ditampilkan. Efek kehadiran ranpur memang cukup besar,
bisa menciptakan daya deteren sekaligus menampilkan show of force
yang amat kentara. Dalam tiap defile ranpur lapis baja, terlihat sosok
juru tembak pada kubah kanon yang terlihat gagah dan perkasa dengan
atribut helmet khusus kavaleri. Hal tersebut tentu sah-sah saja,
pasalnya segenap kru ranpur memang sedang dalam posisi memberi hormat
pada tamu VIP di podium.
Tapi lain halnya pada pertempuran sesungguhnya, posisi juru tembak
dengan kepala dan badan ditonjolkan diatas kubah bisa mengundang maut,
apalagi dalam perang kota. Tidak jarang juru tembak (gunner)
kanon pada ranpur jenis APC (armoured personnel carrier) jadi sasaran
empuk penembak jitu (sniper). Sebagai contoh dalam operasi militer TNI
menumpas GAM (Gerakan Aceh Merdeka) beberapa tahun lalu, sampai-sampai
panser BTR-40 dibuatkan kubah (copula) khusus untuk melindungi keselamatan juru tembaknya.
Meski TNI AD memiliki beberapa ranpur APC yang lebih modern, seperti tank Stormer, tetap saja urusan keselamatan juru tembak pada SMB (senapan mesin berat) Browning M2HB kaliber 12,7 mm kurang optimal, hanya mengandalkan perisai baja terbatas. Malahan yang lebih rawan lagi juru tembak pada tank APC AMX-13 (AMX-VCI)
buatan Perancis. Meski usianya sudah tua, tank ringan AMX-13 (versi
kanon dan versi APC) masih tetap digunakan hingga kini secara masif.
Untuk jenis AMX-13 VCI (Véhicule de Combat d’Infanterie) kabarnya TNI AD punya 200 unit, dimana tank tersebut dipersenjatai satu pucuk SMB 12,7 mm.
RCWS di AMX-13
Dalam pengembangan selanjutnya, Litbang Pussenkav TNI AD melakukan
terobosan untuk melakukan upgrade sistem senjatan pada AMX-13 VCI. Bila
yang tadinya juru tembak ‘kudu’ menonnjolkan kepala saat membidik
senjata ke target, maka kini hal tersebut bisa ditinggalkan, keselamatan
juru tembak bisa ditingkatkan, ditambah sasaran bisa dibidik secara
tepat meski dalam kegelapan malam, dan cuaca berkabut sekalipun. Kok
bisa ya?
Jawabannya adalah berkat adopsi RCWS (Remote Control Weapon System).
Dengan RCWS, juru tembak cukup memonitor target lewat layar beresolusi
1024×268 pixels. Dengan kendali berupa joystick, secara simultan laras
kanon dapat diarahkan menuju target. Bila sasaran di layar sudah
terkunci, dengan firing button juru tembak dapat melepaskan tembakan ke
sasaran sejauh 1.800 – 2.000 meter. Mau tembakan single, atau full
otomatis juga bisa dilakukan dari sini.
Ada beberapa komponen dalam RCWS, dibawah laras senjata ada optronic sensor yang berisi LRF (laser range finder)
dan kamera. Optronic sensor ini merupakan elemen vital, maka itu
ditempatkan dalam box yang terbuat dari logam anti peluru. Mau tahu
kemampuan Optronic sensor ini? Dapat melakukan zooming thermal hingga
36x pembesaran, dapat mengenali target manusia pada jarak 1.500 meter,
dan target kendaraan bergerak pada jarak 2.500 meter.
Box
Optronic sensor, di dalam box lapis baja ini terdapat beberapa
perangkat vital, seperti thermal sight dan tentunya lensa kamera.
Sebagai elemen vital yang berisi aneka sensor, Optronic dirancang
tahan terhadap getaran/goncangan, tahan terhadap kelembaban temperature
-40 sampai 50 derajat Celcius, tahan terhadap pasir/debu, tahan terhadap
air dan hujan, serta mampu menembus kabut dan asap. Untuk kubah
(copula) dapat digerakan dengan rotor yang dapat berputar 360 derajat,
tingkat elevasi laras -20 sampai 50 derajat, dan azimuth rate < 1 rad
– 1 rad per detik.
Dalam operasionalnya, SMB 12,7 mm sudah dilindungi dengan plat baja,
sayangnya dalam uji coba model yang digunakan masih menggunakan box
amunisi, dimana 1 box terdiri dari 250 peluru, dan bila peluru habis,
penggantian serta pemasangan amunisi harus dilakukan secara manual.
Ruang Kendali & Sistem Komputer
Sistem kendali dan komputer RCWS, nampak layar LCD dan joystick.
Dalam ajang Indo Defence 2012, diperlihatkan secara gambang sistem
kendali RCWS rancangan Pussenkav. Terdiri dari computer mini portable
core i7, RAM 4GB, HDD 500GB. Untuk layarnya berukuran 10.5 inchi dengan
resolusi 1024×268 pixels. Untuk jenis kendalinya menggunakan joytick
dengan firing button, laser range finder control, thermal sight control
switch, camera zoom control switch, dan manual safety overrid. Bila
layar kurang jelas, juru tembak juga dapat mengatur tingkat kecerahan
layar (brightness), contrast, dan color display adjuster. Rangkaian ini
juga diamankan dengan adanya safety fire lock switch.
Untuk tenaganya menggunakan konsumsi listrik sebesar 150 watt, 24 V
DC. Untuk gelar operasinya, dilengkapi power backup selama 1 jam.
Kelemahan RCWS
Ada kelebihan tentu juga ada kekurangan, pada rangkaian Optronic
memang sudah dilengkapi box berpelindung lapisan anti peluru. Tapi
kelemahannya terletak pada lensa kamera. Lensa kamera tidak dapat dibuat
dari bahan kaca anti peluru. Sebab untuk menjamin pencitraan yang
sempurna, adanya lensa dengan tambahan ketebalan dapat mengganggu output
visual pada layar. Maka dari itu, setiap RCWS di ranpur mana pun titik
lemahnya adalah pada lensa kamera. Sniper lawan tidak lagi membidik juru
tembak, tapi kini yang disasar adalah lensa kamera.
Selain dijajal pada SMB 12,7 mm, RCWS juga cocok diterapkan pada
senapan mesin dengan kaliber yang lebih kecil, semisal untuk GPMP FN MAG
kaliber 7,62 mm. Hal ini cocok dipasangkan pada jenis ranpur beroda ban
sekelas BTR-40, Panhard VBL atau Pakci. Hanya sayannya, sampai saat ini
belum ada ranpur TNI AD yang di upgrade senjatanya menggunakan RCWS.
Pihak Litbang Pussenkav sendiri terus melakukan uji coba dan
penyempurnaan. Semoga saja kelak hasil jerih payah ini dapat diadopsi
secara resmi di etalase ranpur TNI AD. (Haryo Adjie Nogo Seno)
© Indomiliter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.