Mulai giat memproduksi kapal perang untuk TNI ALPerusahaan industri kapal Indonesia tahun ini mulai banyak membangun beberapa kapal tempur pesanan Kemhan, setelah tahun 2020 lalu hampir sepi orderan pemesanan kapal baru.
Masih dalam suasana pandemi Covid 19 yang mendera seluruh dunia, tahun ini tercatat galangan kapal Indonesia mulai mendapatkan beberapa pesanan kapal baru, yang diyakini akan memperkuat armada kapal TNI AL kedepan.
Produksi Lokal Memperkuat Ekonomi Nasional
OPV Desain PT DRU [DRU]
Dipastikan pada tahun ini TNI AL telah memesan 2 unit OPV (Offshore Patrol Vessel) dengan panjang kapal sekitar 90 meter dari perusahaan swasta PT DRU (Daya Radar Utama) dan diproduksi di Lampung.
Kapal ini nantinya akan berbeda fungsi atau kelengkapannya, sehingga dinamakan OPV dan OPV 90M.
Pemesanan kapal dari dalam negeri merupakan salah satu bentuk pembinaan industri pertahanan yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan keahlian dalam membangun kapal perang di masa mendatang, serta mendorong pemulihan ekomoni nasional.
Juga sebelumnya, TNI AL telah memesan 2 kapal patroli (PC60) dari PT Caputra Mitra Sejati di Serang, Banten. Kapal patroli ini diharapkan tuntas tahun 2022 mendatang. Dari bentuknya, kapal ini menyerupai kapal PC 40 yang sudah diproduksi puluhan kapal dari beberapa galangan kapal dalam negeri, namun mempunyai panjang sekitar 60 meter.
Dari matra lain, TNI AD diinfokan telah memesan kapal patroli cepat produksi PT Tesco Indomaritim. Dari gambar yang beredar, mempunyai panjang dibawah 30 meter.
Membangun Frigate Nasional
Ilustrasi desain Arrowhead 140 [Babcock]
Pada minggu ini, BUMNIS PAL Indonesia telah memberitakan secara resmi mendapatkan lisensi kapal frigate desain perusahaan kapal Inggris Babcock, dimana desain kapal tersebut merupakan modernisasi kapal Absalon class, yang juga dikenal jenis lainnya kapal frigate Iver Huitfield produksi galangan kapal OMT (Odense Maritime Technology) yang telah bergabung dengan Babcock.
Selain itu TNI AL juga sudah menetapkan perwira untuk mengawasi dan menindak lanjuti program kapal frigate nasional ini.
Produksi kapal frigate ini nantinya akan berkerjasama dengan perusahaan swasta Batamec Shipyard, Perusahaan yang diketahui telah memproduksi kapal BCM (Bantu Cair MInyak) TNI AL. Pada tahun lalu, Batamec kembali dipercaya membangun kapal kedua BCM pesanan TNI AL berbobot 5.500 ton.
Melihat kapasitas dok galangan kapal PAL yang penuh, nantinya produksi kapal frigate akan dilakukan di galangan kapal Batamec di Batam. Diharapkan produksi kapal yang diperkirakan memakan waktu 69 bulan, bisa dimulai bulan November tahun ini.
Sebanyak 2 unit kapal yang nantinya akan diproduksi disesuaikan dengan kebutuhan TNI AL dan bisa bertambah bila nantinya diperlukan.
Kapal dengan spesifikasi general purpose ini di lengkapi dengan radar yang mumpuni dan rudal sehingga mampu melawan ancaman laut dan udara. Dan akan menjadi andalan TNI AL kedepan menjaga perairan Nusantara.
Memaksimalkan produk dalam negeri
Ilustrasi kapal hidrografi samudera [Istimewal]
Dari media militer Janes, dikabarkan Kemhan telah mendiskusikan pengadaan kapal survey samudera dengan manufaktur kapal asal Jerman, Abeking & Rasmussen.
Kemhan punya rencana untuk mengakuisisi kapal hidrografi samudera (ocean-going hydrographic vessel).
Mengutip indomiliter, TNI AL saat ini mengoperasikan beberapa kapal hidrogarfi, termasuk yang paling canggih Rigel Class, namun kapal hidro-oseangrafi buatan Perancis itu punya tonase kecil dan bukan untuk beroperasi di lautan lepas.
Bila merujuk pada spesifikasi yang dibutuhkan TNI AL, kapal hidro-oseanografi berukuran besar memang diperlukan, tapi fungsinya akan digabungkan sebagai kapal penyelamat kapal selam.
Dalam pertemuan virtual dengan perwakilan Abeking & Rasmussen, PT Agrapana Nugraha Katara, juga hadir perwakilan dari galangan kapal Indonesia, PT Palindo Marine, PT Batamec, dan PT Bandar Abadi, perusahaan elektronik PT Len Industri, dan Institut Teknologi Bandung.
Dalam pertemuan tersebut diharapkan Abeking & Rasmussen dapat bekerja dengan perusahaan lokal dalam membangun kapal dimaksud di dalam negeri dengan bantuan insinyur Jerman.
Sekilas pola yang diinginkan dari Kemhan mirip dengan perjanjian lisensi dan offset pembuatan frigate Arrowhead 140 dari Babcock Inggris kepada mitra lokal, PT PAL Indonesia.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian Pertahanan Indonesia telah menyetujui rencana untuk memperoleh pinjaman luar negeri hingga US$ 150 juta untuk pengadaan kapal hidrografi samudera. Merupakan salah satu dari 31 program pengadaan, peningkatan, dan pemeliharaan alutsista yang mendapat izin untuk mendapatkan pinjaman luar negeri pada tahun 2021.
Abeking & Rasmussen, adalah manufaktur asal Jerman sedang membangun kontrak dua unit kapal pemburu ranjau – Mine Countermeasures Vessels (MCMV) Frankenthal Class pesanan Kemhan untuk TNI AL.
Masih dalam suasana pandemi Covid 19 yang mendera seluruh dunia, tahun ini tercatat galangan kapal Indonesia mulai mendapatkan beberapa pesanan kapal baru, yang diyakini akan memperkuat armada kapal TNI AL kedepan.
Produksi Lokal Memperkuat Ekonomi Nasional
OPV Desain PT DRU [DRU]
Dipastikan pada tahun ini TNI AL telah memesan 2 unit OPV (Offshore Patrol Vessel) dengan panjang kapal sekitar 90 meter dari perusahaan swasta PT DRU (Daya Radar Utama) dan diproduksi di Lampung.
Kapal ini nantinya akan berbeda fungsi atau kelengkapannya, sehingga dinamakan OPV dan OPV 90M.
Pemesanan kapal dari dalam negeri merupakan salah satu bentuk pembinaan industri pertahanan yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan keahlian dalam membangun kapal perang di masa mendatang, serta mendorong pemulihan ekomoni nasional.
Juga sebelumnya, TNI AL telah memesan 2 kapal patroli (PC60) dari PT Caputra Mitra Sejati di Serang, Banten. Kapal patroli ini diharapkan tuntas tahun 2022 mendatang. Dari bentuknya, kapal ini menyerupai kapal PC 40 yang sudah diproduksi puluhan kapal dari beberapa galangan kapal dalam negeri, namun mempunyai panjang sekitar 60 meter.
Dari matra lain, TNI AD diinfokan telah memesan kapal patroli cepat produksi PT Tesco Indomaritim. Dari gambar yang beredar, mempunyai panjang dibawah 30 meter.
Membangun Frigate Nasional
Ilustrasi desain Arrowhead 140 [Babcock]
Pada minggu ini, BUMNIS PAL Indonesia telah memberitakan secara resmi mendapatkan lisensi kapal frigate desain perusahaan kapal Inggris Babcock, dimana desain kapal tersebut merupakan modernisasi kapal Absalon class, yang juga dikenal jenis lainnya kapal frigate Iver Huitfield produksi galangan kapal OMT (Odense Maritime Technology) yang telah bergabung dengan Babcock.
Selain itu TNI AL juga sudah menetapkan perwira untuk mengawasi dan menindak lanjuti program kapal frigate nasional ini.
Produksi kapal frigate ini nantinya akan berkerjasama dengan perusahaan swasta Batamec Shipyard, Perusahaan yang diketahui telah memproduksi kapal BCM (Bantu Cair MInyak) TNI AL. Pada tahun lalu, Batamec kembali dipercaya membangun kapal kedua BCM pesanan TNI AL berbobot 5.500 ton.
Melihat kapasitas dok galangan kapal PAL yang penuh, nantinya produksi kapal frigate akan dilakukan di galangan kapal Batamec di Batam. Diharapkan produksi kapal yang diperkirakan memakan waktu 69 bulan, bisa dimulai bulan November tahun ini.
Sebanyak 2 unit kapal yang nantinya akan diproduksi disesuaikan dengan kebutuhan TNI AL dan bisa bertambah bila nantinya diperlukan.
Kapal dengan spesifikasi general purpose ini di lengkapi dengan radar yang mumpuni dan rudal sehingga mampu melawan ancaman laut dan udara. Dan akan menjadi andalan TNI AL kedepan menjaga perairan Nusantara.
Memaksimalkan produk dalam negeri
Ilustrasi kapal hidrografi samudera [Istimewal]
Dari media militer Janes, dikabarkan Kemhan telah mendiskusikan pengadaan kapal survey samudera dengan manufaktur kapal asal Jerman, Abeking & Rasmussen.
Kemhan punya rencana untuk mengakuisisi kapal hidrografi samudera (ocean-going hydrographic vessel).
Mengutip indomiliter, TNI AL saat ini mengoperasikan beberapa kapal hidrogarfi, termasuk yang paling canggih Rigel Class, namun kapal hidro-oseangrafi buatan Perancis itu punya tonase kecil dan bukan untuk beroperasi di lautan lepas.
Bila merujuk pada spesifikasi yang dibutuhkan TNI AL, kapal hidro-oseanografi berukuran besar memang diperlukan, tapi fungsinya akan digabungkan sebagai kapal penyelamat kapal selam.
Dalam pertemuan virtual dengan perwakilan Abeking & Rasmussen, PT Agrapana Nugraha Katara, juga hadir perwakilan dari galangan kapal Indonesia, PT Palindo Marine, PT Batamec, dan PT Bandar Abadi, perusahaan elektronik PT Len Industri, dan Institut Teknologi Bandung.
Dalam pertemuan tersebut diharapkan Abeking & Rasmussen dapat bekerja dengan perusahaan lokal dalam membangun kapal dimaksud di dalam negeri dengan bantuan insinyur Jerman.
Sekilas pola yang diinginkan dari Kemhan mirip dengan perjanjian lisensi dan offset pembuatan frigate Arrowhead 140 dari Babcock Inggris kepada mitra lokal, PT PAL Indonesia.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian Pertahanan Indonesia telah menyetujui rencana untuk memperoleh pinjaman luar negeri hingga US$ 150 juta untuk pengadaan kapal hidrografi samudera. Merupakan salah satu dari 31 program pengadaan, peningkatan, dan pemeliharaan alutsista yang mendapat izin untuk mendapatkan pinjaman luar negeri pada tahun 2021.
Abeking & Rasmussen, adalah manufaktur asal Jerman sedang membangun kontrak dua unit kapal pemburu ranjau – Mine Countermeasures Vessels (MCMV) Frankenthal Class pesanan Kemhan untuk TNI AL.
☆ Garuda MIliter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.