Menghidupkan impian helikopter tempur Gandiwa
AH-64 Apache dan Mi-35P Hind (US Army, Skyscrapercity) ⍟
Indonesia sampai saat ini mengadopsi helikopter tempur full combat, yakni ; helikopter AH-64E Apache dan Mi 35P hind yang digunakan Penerbad, dan juga helikopter multiguna yang dapat mengangkut pasukan maupun logistik dan bisa juga dipersenjatai secara terbatas menjadi helikopter serang TNI seperti helikopter Caracal, Panther, NBO-105, NBell serie dan Mil Mi-17V5.
Pada MEF (Minimum Essential Force) Tahap I, pengadaan alutsista TNI AD dimulai dengan membeli helikopter berkualifikasi full kombatan Mi-35P Hind sebanyak 8 unit dan kemudian pengadaan AH-64E Apache Guardian juga sebanyak 8 unit. Jumlah tersebut masih minim dengan kebutuhan TNI kedepan.
Melihat luasnya wilayah RI, Indonesia membutuhkan lebih banyak helikopter full kombatan untuk menjaga keamanan.
Melihat keberadaan perusahaan dirgantara Turkiye di Bandung dan komitmen akan kerjasama pesawat dan helikopter dengan PT DI, timbul ingatan kita akan impian helikopter tempur nasional "Gandiwa" yang sempat heboh di masanya. Sayangnya impian mengembangkan helikopter full kombatan itu terkendala ekonomi dan dana.
Gandiwa, Helikopter Tempur Nasional
Infografis helikopter tempur Gandiwa (PTDI) ⍟
PT DI bekerjasama dengan Dislitbang TNI AD telah mendesain helikopter tempur (gunship) rancangan sendiri.
Mengutip Indomiliter, helikopter yang diberi label Gandiwa masih dalam tahap Proof of Concept (PoC).
Gandiwa adalah panah sakti milik Arjuna yang dilengkapi tabung berisi panah tak hingga jumlahnya.
Dalam konsepnya, heli tempur Gandiwa dirancang memiliki kemampuan menyergap target darat, seperti infanteri dan kendaraan lapis baja dan mampu membawa rudal udara ke udara untuk pertahanan diri. Selain memberikan dukungan udara bagi pasukan darat, Gandiwa merupakan anti-tank, untuk menghancurkan kendaraan lapis baja lawan.
Gandiwa nantinya dilengkapi dua engine dengan empat bilah blade komposit dan dilengkapi wing pylon untuk men-support persenjataan yang dibawa. Basis platform Gandiwa mencomot dari struktur NBell 412, termasuk main rotor, tail rotor, engine dan gearbox tidak mengalami perubahan besar dari basis NBell 412 yang dilengkapi dua mesin Pratt & Whitney PT6T-3D Twin Pac. Namun avionik dan sistem diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan utama helikopter serang. Untuk memudahkan pilot dalam menjalankan misinya digunakan glass cockpit avionic system. Penambahan sistem senjata dan firing control juga menjadi hal utama dalam pengembangan helikopter ini.
Berat dan distribusi berat tidak berubah banyak dari basis NBell 412. Namun penumpang dan payload yang biasa dibawa, diganti menjadi senjata dan amunisi. Senjata yang digunakan pada helikopter tempur ini dapat mencakup auto kanon machine-guns, roket, dan peluru kendali seperti Hellfire. Konfigurasi Gandiwa juga tandem seat, khas helikopter tempur. Posisi pilot ada di bagian belakang, dan gunner ada di kokpit bagian depan.
Bila melihat dari sisi desain, nampak bahwa Gandiwa merupakan hasil konsep ‘gado-gado’ antara AH-64 Apache dan AH-1 Cobra. Sentuhan Apache terlihat dari adopsi chain gun laras tunggal M230 kaliber 30 mm, berikut pada konfigurasi roda. Sementara sentuhan AH-1 Cobra terlihat pada rancangan bentuk kokpit, konfigurasi mesin, dan posisi hardpoint untuk senjata. Sebagai informasi, AH-1 Cobra satu induk produksi dengan NBell 412, yakni buatan Bell Textron di AS.
Infografis helikopter T129 ATAK (gdhI) ⍟
Berawal dari kunjungan Dubes Indonesia untuk Turki ke Kemhan bulan lalu, dikatakan kunjungan menhan Prabowo ke Turki beberapa waktu lalu, menghasilkan sejumlah komitmen kerja sama industri pertahanan, di antaranya joint development pesawat tempur generasi kelima, kapal perang fregat dan helikopter.
Sampai hari ini, kepastian mengenai helikopter yang disebut diatas belum jelas, apakah helikopter tempur atau helikopter multiguna lainnya?.
Nah seolah ingin tampil beda, maka tim khayal Garuda Militer mengharapakan adanya kerjasama dengan Turki untuk memajukan industri pertahanan dirgantara khusunya helikopter tempur nasional.
Impian memproduksi helikopter tempur nasional seolah ada harapan, dengan adanya komitmen menhan di Turki, diharapakan kerjasama tersebut difokuskan kepada helikopter tempur Turki, Helikopter T129 ATAK yang diproduksi lokal sebanyak 50 unit dari ratusan yang akan diproduksi, dan telah terjual keluar negeri beberapa unit ke Filipina dan juga puluhan unit dipesan Pakistan.
Mengutip Turkish Defense News campur bersama wikipedia, helikopter T129 ATAK dibandrol US$ 50 juta adalah helikopter serang segala cuaca, bermesin ganda, dan berkursi tandem. Helikopter ini dikembangkan oleh Turkish Aerospace Industries (TAI) bermitra dengan Leonardo SpA Italia, dirancang untuk misi pengintaian dan penyerangan bersenjata di lingkungan geografi yang sulit baik siang maupun malam.
T129 ATAK memiliki kemampuan memuat senjata asimetris dan memungkinkan penggunaan semua senjata secara efektif sesuai dengan persyaratan misi. Untuk misi dukungan pertempuran jarak dekat, meriam bermenara 20 mm dengan kapasitas 500 butir peluru dan Roket Klasik 70 mm dengan kapasitas 76 roket telah diintegrasikan; sedangkan untuk misi multiguna, 16 x Rudal Udara-ke-Darat Berpemandu Laser CIRIT® 70 mm, 8 x Rudal Anti-Tank Jarak Jauh UMTAS® dan 8 x Rudal Udara-ke-Udara STINGER® diintegrasikan, serta sistem EW dan sistem EO yang canggih.
Kokpit T129 ATAK memberikan kewaspadaan situasional yang baik dan sistem misi dan komunikasi yang terintegrasi. Sistem penglihatan target Aselflir-300T meningkatkan kualitas gambar dan kinerja jangkauan dengan pemrosesan gambar waktu nyata dan pelacakan beberapa target dengan kamera termal, pengintai laser, penunjuk, dan pelacak titik. Sistem Tampilan Terpasang di Helm AVCI® memberikan kemampuan tampilan terintegrasi kepada kru untuk misi yang ekstensif.
Artikel ini hanya impian pencinta alutsista lokal, yang berharap industri pertahanan kita mandiri dan dapat memproduksi helikopter dengan kerjasama dengan berbagai industri dirgantara lainnya.
Melihat potensial kesempatan yang bisa diraih dengan adanya kerjasama dengan opsi ToT dan memujudkan karya anak bangsa yang selalu mengalami kendala dalam prosesnya.
AH-64 Apache dan Mi-35P Hind (US Army, Skyscrapercity) ⍟
Indonesia sampai saat ini mengadopsi helikopter tempur full combat, yakni ; helikopter AH-64E Apache dan Mi 35P hind yang digunakan Penerbad, dan juga helikopter multiguna yang dapat mengangkut pasukan maupun logistik dan bisa juga dipersenjatai secara terbatas menjadi helikopter serang TNI seperti helikopter Caracal, Panther, NBO-105, NBell serie dan Mil Mi-17V5.
Pada MEF (Minimum Essential Force) Tahap I, pengadaan alutsista TNI AD dimulai dengan membeli helikopter berkualifikasi full kombatan Mi-35P Hind sebanyak 8 unit dan kemudian pengadaan AH-64E Apache Guardian juga sebanyak 8 unit. Jumlah tersebut masih minim dengan kebutuhan TNI kedepan.
Melihat luasnya wilayah RI, Indonesia membutuhkan lebih banyak helikopter full kombatan untuk menjaga keamanan.
Melihat keberadaan perusahaan dirgantara Turkiye di Bandung dan komitmen akan kerjasama pesawat dan helikopter dengan PT DI, timbul ingatan kita akan impian helikopter tempur nasional "Gandiwa" yang sempat heboh di masanya. Sayangnya impian mengembangkan helikopter full kombatan itu terkendala ekonomi dan dana.
Gandiwa, Helikopter Tempur Nasional
Infografis helikopter tempur Gandiwa (PTDI) ⍟
PT DI bekerjasama dengan Dislitbang TNI AD telah mendesain helikopter tempur (gunship) rancangan sendiri.
Mengutip Indomiliter, helikopter yang diberi label Gandiwa masih dalam tahap Proof of Concept (PoC).
Gandiwa adalah panah sakti milik Arjuna yang dilengkapi tabung berisi panah tak hingga jumlahnya.
Dalam konsepnya, heli tempur Gandiwa dirancang memiliki kemampuan menyergap target darat, seperti infanteri dan kendaraan lapis baja dan mampu membawa rudal udara ke udara untuk pertahanan diri. Selain memberikan dukungan udara bagi pasukan darat, Gandiwa merupakan anti-tank, untuk menghancurkan kendaraan lapis baja lawan.
Gandiwa nantinya dilengkapi dua engine dengan empat bilah blade komposit dan dilengkapi wing pylon untuk men-support persenjataan yang dibawa. Basis platform Gandiwa mencomot dari struktur NBell 412, termasuk main rotor, tail rotor, engine dan gearbox tidak mengalami perubahan besar dari basis NBell 412 yang dilengkapi dua mesin Pratt & Whitney PT6T-3D Twin Pac. Namun avionik dan sistem diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan utama helikopter serang. Untuk memudahkan pilot dalam menjalankan misinya digunakan glass cockpit avionic system. Penambahan sistem senjata dan firing control juga menjadi hal utama dalam pengembangan helikopter ini.
Berat dan distribusi berat tidak berubah banyak dari basis NBell 412. Namun penumpang dan payload yang biasa dibawa, diganti menjadi senjata dan amunisi. Senjata yang digunakan pada helikopter tempur ini dapat mencakup auto kanon machine-guns, roket, dan peluru kendali seperti Hellfire. Konfigurasi Gandiwa juga tandem seat, khas helikopter tempur. Posisi pilot ada di bagian belakang, dan gunner ada di kokpit bagian depan.
Bila melihat dari sisi desain, nampak bahwa Gandiwa merupakan hasil konsep ‘gado-gado’ antara AH-64 Apache dan AH-1 Cobra. Sentuhan Apache terlihat dari adopsi chain gun laras tunggal M230 kaliber 30 mm, berikut pada konfigurasi roda. Sementara sentuhan AH-1 Cobra terlihat pada rancangan bentuk kokpit, konfigurasi mesin, dan posisi hardpoint untuk senjata. Sebagai informasi, AH-1 Cobra satu induk produksi dengan NBell 412, yakni buatan Bell Textron di AS.
Infografis helikopter T129 ATAK (gdhI) ⍟
Berawal dari kunjungan Dubes Indonesia untuk Turki ke Kemhan bulan lalu, dikatakan kunjungan menhan Prabowo ke Turki beberapa waktu lalu, menghasilkan sejumlah komitmen kerja sama industri pertahanan, di antaranya joint development pesawat tempur generasi kelima, kapal perang fregat dan helikopter.
Sampai hari ini, kepastian mengenai helikopter yang disebut diatas belum jelas, apakah helikopter tempur atau helikopter multiguna lainnya?.
Nah seolah ingin tampil beda, maka tim khayal Garuda Militer mengharapakan adanya kerjasama dengan Turki untuk memajukan industri pertahanan dirgantara khusunya helikopter tempur nasional.
Impian memproduksi helikopter tempur nasional seolah ada harapan, dengan adanya komitmen menhan di Turki, diharapakan kerjasama tersebut difokuskan kepada helikopter tempur Turki, Helikopter T129 ATAK yang diproduksi lokal sebanyak 50 unit dari ratusan yang akan diproduksi, dan telah terjual keluar negeri beberapa unit ke Filipina dan juga puluhan unit dipesan Pakistan.
Mengutip Turkish Defense News campur bersama wikipedia, helikopter T129 ATAK dibandrol US$ 50 juta adalah helikopter serang segala cuaca, bermesin ganda, dan berkursi tandem. Helikopter ini dikembangkan oleh Turkish Aerospace Industries (TAI) bermitra dengan Leonardo SpA Italia, dirancang untuk misi pengintaian dan penyerangan bersenjata di lingkungan geografi yang sulit baik siang maupun malam.
T129 ATAK memiliki kemampuan memuat senjata asimetris dan memungkinkan penggunaan semua senjata secara efektif sesuai dengan persyaratan misi. Untuk misi dukungan pertempuran jarak dekat, meriam bermenara 20 mm dengan kapasitas 500 butir peluru dan Roket Klasik 70 mm dengan kapasitas 76 roket telah diintegrasikan; sedangkan untuk misi multiguna, 16 x Rudal Udara-ke-Darat Berpemandu Laser CIRIT® 70 mm, 8 x Rudal Anti-Tank Jarak Jauh UMTAS® dan 8 x Rudal Udara-ke-Udara STINGER® diintegrasikan, serta sistem EW dan sistem EO yang canggih.
Kokpit T129 ATAK memberikan kewaspadaan situasional yang baik dan sistem misi dan komunikasi yang terintegrasi. Sistem penglihatan target Aselflir-300T meningkatkan kualitas gambar dan kinerja jangkauan dengan pemrosesan gambar waktu nyata dan pelacakan beberapa target dengan kamera termal, pengintai laser, penunjuk, dan pelacak titik. Sistem Tampilan Terpasang di Helm AVCI® memberikan kemampuan tampilan terintegrasi kepada kru untuk misi yang ekstensif.
Artikel ini hanya impian pencinta alutsista lokal, yang berharap industri pertahanan kita mandiri dan dapat memproduksi helikopter dengan kerjasama dengan berbagai industri dirgantara lainnya.
Melihat potensial kesempatan yang bisa diraih dengan adanya kerjasama dengan opsi ToT dan memujudkan karya anak bangsa yang selalu mengalami kendala dalam prosesnya.
🚁 Garuda Militer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.