Dari beberapa informasi dan dokumen, disebutkan Indonesia telah membeli rudal untuk mempersenjatai jet Sukhoi Su-27/30 Flanker.
Memang kabar telah dibelinya rudal untuk Sukhoi telah berhembus
beberapa waktu lalu. Publik pun sebenarnya menunggu sosok rudal jenis
apa yang dipasangkan pada Sukhoi TNI AU. Tapi entah karena alasan apa,
boleh jadi untuk menjaga unsur kerahasiaan, sosok jet tempur Sukhoi TNI
AU dengan atribut rudal tak pernah diperlihatkan ke publik. Baik dalam
flypass dan demo statik pun sosok rudal yang dimaksud belum tersingkap
wujudnya. Sekilas keberadaan rudal ini sama misteriusnya dengan kapal
selam baru TNI AL yang ‘konon’ sudah datang.
Nah, merujuk ke dokumen yang menyebut rudal tersebut, diketahui jenis yang dimaksud adalah Kh-31P/AS-17 Krypton (kode NATO), sebuah rudal jenis udara ke permukaan, atau populer disebut mediun range air to surface missile. Kh-31P dirancang untuk melumpuhkan sistem pertahanan musuh. Untuk itu rudal di desain memiliki kecepatan sangat tinggi, mampu terbang jauh, anti-radar dan bisa mematikan penjejaknya saat diserang.
Kecepatan luncur rudal ini memang spektakuler, yakni antara 2.160 sampai 2.520 km per jam, atau setara 2.5 mach. Untuk mendapatkan kecepatan yang sangat tinggi, rudal Rudal Kh-31P didorong oleh 5 roket booster dan ramjet yang dipadukan dalam dual roket pendorong. Bentuknya mirip wahana antariksa Rusia, karena memang didisain oleh biro disain Soyuz di Turayevo dan diproduksi Tactical Missile Corporation.
Saat meluncur, tahap awal rudal ini berakselerasi dengan mesin roket untuk mendapatkan kecepatan 1,8 Mach. Setelah itu mesin pendorong pertama dilepas untuk digantikan 4 mesin jet pendorong, demi mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan tinggi rudal ini berguna untuk mengurangi resiko tertembak, karena harus menerobos sistem pertahanan musuh untuk menghancurkan radar penjejak (air search radars) dan fire control radar.
Kh-31P memiliki panjang 5,2 meter dengan berat 600 kg dan mampu menembak sasaran sejauh 110 km. Karena rudal ini ditugaskan untuk menghancurkan radar musuh, dia tidak dibebani hulu ledak besar, melainkan hanya 90 Kg (Blast Frag). Namun misil ini bisa terbang dari 165 hingga 49.000 feet.
Dalam perkembangannya rudal ini bisa dipasang di kapal laut ataupun pesawat tempur Mig 29, Sukhoi SU-27/30. Kelebihan rudal ini, mampu menghantam kapal perang, drone ataupun pesawat mata-mata. KH-31P disebut juga “AWACS killer”, bisa menembak sasaran baik di darat maupun udara.
Varian pertama, yakni Kh-31A mulai diproduksi pada tahun 1982, dan resmi operasional mulai 1988 sampai saat ini. Untuk varian Kh-31P yang dimiliki TNI AU menggunakan pemandu radar pasif untuk sistem rudal anti radiasi. Bila pada versi Kh-31A jarak tembak hanya 50 km, maka di versi Kh-31P jarak tembak ditingkatkan hingga 110 km. Mau tahu harga rudal ini? Menurut wikipedia pada tahun 2010 lalu, per unit rudal ini dibandrol US$ 550.000. Hingga kini KH-31P masih diandalkan oleh AU Rusia, Cina, India, Venezuela, Kuba, Suriah, dan Vietnam.
Ini baru rudal udara ke permukaan, tentunya TNI AU juga akan melengkapi Sukhoi Skadron 11 dengan rudal udara ke udara, tunggu artikel selanjutnya.(Gilang Perdana)
Nah, merujuk ke dokumen yang menyebut rudal tersebut, diketahui jenis yang dimaksud adalah Kh-31P/AS-17 Krypton (kode NATO), sebuah rudal jenis udara ke permukaan, atau populer disebut mediun range air to surface missile. Kh-31P dirancang untuk melumpuhkan sistem pertahanan musuh. Untuk itu rudal di desain memiliki kecepatan sangat tinggi, mampu terbang jauh, anti-radar dan bisa mematikan penjejaknya saat diserang.
Kecepatan luncur rudal ini memang spektakuler, yakni antara 2.160 sampai 2.520 km per jam, atau setara 2.5 mach. Untuk mendapatkan kecepatan yang sangat tinggi, rudal Rudal Kh-31P didorong oleh 5 roket booster dan ramjet yang dipadukan dalam dual roket pendorong. Bentuknya mirip wahana antariksa Rusia, karena memang didisain oleh biro disain Soyuz di Turayevo dan diproduksi Tactical Missile Corporation.
Saat meluncur, tahap awal rudal ini berakselerasi dengan mesin roket untuk mendapatkan kecepatan 1,8 Mach. Setelah itu mesin pendorong pertama dilepas untuk digantikan 4 mesin jet pendorong, demi mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan tinggi rudal ini berguna untuk mengurangi resiko tertembak, karena harus menerobos sistem pertahanan musuh untuk menghancurkan radar penjejak (air search radars) dan fire control radar.
KH31 Krypton |
Kh-31P memiliki panjang 5,2 meter dengan berat 600 kg dan mampu menembak sasaran sejauh 110 km. Karena rudal ini ditugaskan untuk menghancurkan radar musuh, dia tidak dibebani hulu ledak besar, melainkan hanya 90 Kg (Blast Frag). Namun misil ini bisa terbang dari 165 hingga 49.000 feet.
Dalam perkembangannya rudal ini bisa dipasang di kapal laut ataupun pesawat tempur Mig 29, Sukhoi SU-27/30. Kelebihan rudal ini, mampu menghantam kapal perang, drone ataupun pesawat mata-mata. KH-31P disebut juga “AWACS killer”, bisa menembak sasaran baik di darat maupun udara.
Varian pertama, yakni Kh-31A mulai diproduksi pada tahun 1982, dan resmi operasional mulai 1988 sampai saat ini. Untuk varian Kh-31P yang dimiliki TNI AU menggunakan pemandu radar pasif untuk sistem rudal anti radiasi. Bila pada versi Kh-31A jarak tembak hanya 50 km, maka di versi Kh-31P jarak tembak ditingkatkan hingga 110 km. Mau tahu harga rudal ini? Menurut wikipedia pada tahun 2010 lalu, per unit rudal ini dibandrol US$ 550.000. Hingga kini KH-31P masih diandalkan oleh AU Rusia, Cina, India, Venezuela, Kuba, Suriah, dan Vietnam.
Ini baru rudal udara ke permukaan, tentunya TNI AU juga akan melengkapi Sukhoi Skadron 11 dengan rudal udara ke udara, tunggu artikel selanjutnya.(Gilang Perdana)
Wooww ...
BalasHapus