Di Cianjur, Jalan Suroso dikenal sebagai kawasan super macet. Selain di sana terdapat bekas kantor Polres Cianjur , juga di ujung jalan ini lalu lintas dipadatkan oleh jejeran angkutan kota, sado (sejenis bendi), becak dan ojek yang ngetem di depan Pasar Induk. Kendati hanya sepelemparan batu jaraknya dari pusat kota, namun tak ada satu batang hidung polisi lalu lintas pun yang “berkenan” untuk hadir mengamankan situasi kacau balau tersebut. Mereka kesannya acuh tak acuh saja (kalau tidak mau dikatakan tidak peduli sama sekali).
Jauh ke belakang, tepatnya 68 tahun lalu di suatu sudut jalan ini, Soeroso terjengkang dihantam sebutir peluru dari senjata seorang penembak runduk militer Belanda. Lelaki kelahiran Jawa Tengah itu lantas tewas seketika dan mayatnya diamankan sekaligus dimakamkan oleh kawan-kawannya di wilayah Panembong.
Soeroso adalah pengikut loyal Tan Malaka. Karena loyalitasnya itu, ia kemudian diangkat sebagai pimpinan Lasykar Barisan Banteng wilayah Cianjur, menyusul kematian mendadak sang pemimpin terdahulu yang bernama Mochamad Ali (nama ini juga telah diabadikan sebagai salah satu nama jalan yang membelah pusat kota Cianjur) . Usai dipimpin Soeroso, Barisan Banteng (di Cianjur ada kawasan namanya Jalan Barba=Barisan Banteng) menjadi lebih militan dan radikal. Itu dibuktikan dengan seringnya militer Belanda yang bermarkas di wilayah Joglo (sekarang menjadi Toserba Slamet, Markas Polisi Militer dan Kodim 0608) menjadi bulan-bulanan mereka hampir setiap malam.
Untuk mengantisipasi situasi supaya tidak semakin kacau, maka militer Belanda kemudian mengadakan operasi intelijen untuk menjebak “jawara Barba Cianjur” tersebut. Maka dibuatlah skenario: untuk membahas perjuangan selanjutnya, Soeroso diundang oleh seseorang (dicurigai yang mengundang ini adalah telik sandi NICA) ke wilayah Satoe Doeit (sekarang masuk dalam wilayah Jalan Suroso).
Saat asyik menikmati santap siang di sebuah rumah makan, tiba-tiba satu peleton KNIL menyergap sekaligus mengepung Soeroso. Tanpa banyak bicara, ia lantas melawan dan berhasil meloloskan diri dari kepungan militer Belanda tersebut. Sayang, begitu sampai di pertigaan Ampera (sekarang tepat di depan Pasar Induk dan Studio Radio Sturada), ia sudah terlanjur masuk dalam incaran teleskop senjata seorang sniper…(hendijo)
[Diposkan by Samuel Tirta]
★ Garuda MIliter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.