Mantan Presiden Israel, sekaligus pemenang Nobel Perdamaian, Shimon Peres (istimewa)
Pemerintah Israel kembali menuai kritik terkait kebijakan mereka, terutama seputar menciptakan perdamaian dengan Palestina. Kritikan tajam itu muncul dari mantan Presiden Israel, sekaligus pemenang Nobel Perdamaian, Shimon Peres.
Melansir Channel News Asia, Minggu (2/11/2014) kritikan tersebut disampaikan peres saat menghadiri peringatan 19 tahun wafatnya mantan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin semalam. Rabin adalah satu-satunya pemimpin Israel yang bersedia menandatangai perjanjian damai dengan Palestina.
Rabin sendiri tewas, ditembak mati dalam sebuah aksi damai di Tel Aviv pada 4 November 1995, oleh seorang ekstremis yang menentang pembicaraan damai Palestina-Israel. Pembunuhan itu terjadi hanya dua tahun setelah penandatanganan Kesepakatan Oslo dan jabat tangan bersejarah Rabin dengan mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat di halaman Gedung Putih.
“Mereka yang tidak berusaha dan meninggalkan upaya damai bukanlah seorang patriot,” ucap Peres. Dirinya mempertanyakan dimana inisitif Israel untuk membuat perdamaian, ketika negara-negara Arab lainnya justru terus mengajukan hal tersebut kepada Israel.
“Ini benar-benar memalukan dengan adanya fakta bahwa inisiatif damai selalu datang dari negara Arab, dimanakah inisitif Israel?” tanya Peres. “Ingat, kita terus dikejar waktu untuk bisa mewujudkan hal ini,” tambahnya.
Dia mengacu pada Inisiatif Perdamaian Arab yang dibuat pada tahun 2002 yang dinisiasi oleh Arab Saudi. Dimana Saudi menyampaikan syarat kepada Israel agar menarik diri dari wilayah Palestina yang diduduki, termasuk Jerusalem timur, bila Israel ingin memperbaiki hubungan dengan negara-negara Arab.(esn)
Pemerintah Israel kembali menuai kritik terkait kebijakan mereka, terutama seputar menciptakan perdamaian dengan Palestina. Kritikan tajam itu muncul dari mantan Presiden Israel, sekaligus pemenang Nobel Perdamaian, Shimon Peres.
Melansir Channel News Asia, Minggu (2/11/2014) kritikan tersebut disampaikan peres saat menghadiri peringatan 19 tahun wafatnya mantan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin semalam. Rabin adalah satu-satunya pemimpin Israel yang bersedia menandatangai perjanjian damai dengan Palestina.
Rabin sendiri tewas, ditembak mati dalam sebuah aksi damai di Tel Aviv pada 4 November 1995, oleh seorang ekstremis yang menentang pembicaraan damai Palestina-Israel. Pembunuhan itu terjadi hanya dua tahun setelah penandatanganan Kesepakatan Oslo dan jabat tangan bersejarah Rabin dengan mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat di halaman Gedung Putih.
“Mereka yang tidak berusaha dan meninggalkan upaya damai bukanlah seorang patriot,” ucap Peres. Dirinya mempertanyakan dimana inisitif Israel untuk membuat perdamaian, ketika negara-negara Arab lainnya justru terus mengajukan hal tersebut kepada Israel.
“Ini benar-benar memalukan dengan adanya fakta bahwa inisiatif damai selalu datang dari negara Arab, dimanakah inisitif Israel?” tanya Peres. “Ingat, kita terus dikejar waktu untuk bisa mewujudkan hal ini,” tambahnya.
Dia mengacu pada Inisiatif Perdamaian Arab yang dibuat pada tahun 2002 yang dinisiasi oleh Arab Saudi. Dimana Saudi menyampaikan syarat kepada Israel agar menarik diri dari wilayah Palestina yang diduduki, termasuk Jerusalem timur, bila Israel ingin memperbaiki hubungan dengan negara-negara Arab.(esn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.