Kapal selam China
Ketika kapal selam Tiongkok Changzheng-2 dan kapal perang Chang Xing Dao berlabuh di Pelabuhan Kolombo selama lima hari bulan ini, lonceng peringatan berdering di New Delhi.
Ini adalah untuk kedua kalinya kapal selam Tiongkok berlabuh di Pelabuhan Sri Lanka, setelah yang pertama tiba tujuh minggu lalu, India dengan cepat memperingatkan negara pulau di ujung selatan India itu bahwa kehadiran mereka tidak dapat diterima New Delhi.
Baik Tiongkok maupun Sri Lanka menepis kekhawatiran India. Kementerian Pertahanan Beijing mengatakan, kapal selam itu berhenti untuk pengisian bahan bakar dalam misi-misi anti-pembajakan di Samudra Hindia dan Teluk Aden. Seorang juru bicara angkatan laut di Kolombo mengemukakan bahwa empat tahun terakhir, lebih dari 230 kapal perang berlabuh di Pelabuhan Kolombo untuk kunjungan persahabatan atau pengisian bahan bakar.
Jawaban itu tidak meyakinkan India, di mana kekhawatiran meningkat akan kemungkinan Tiongkok memperluas pengaruhnya di Samudra Hindia, seperti dikatakan Sukh Deo Muni dari Institut Kajian Pertahanan dan Analisis di New Delhi.
"Kenyataan adalah bahwa jangkauan Angkatan Laut Tiongkok meningkat sangat cepat, dan itu jelas menimbulkan kekhawatiran di India, karena sebagian besar wilayah ini, terutama Teluk Benggala dan Samudra Hindia telah menjadi wilayah strategis untuk India, terutama pergerakan kapal selam telah menjadi penyebab kekhawatiran utama. Kapal selam dianggap sebagai alat serang yang lebih kuat," papar Muni.
Laporan Kementerian Pertahanan India tahun lalu memperingatkan adanya "ancaman serius" dari Angkatan Laut Tiongkok di Samudra Hindia. Laporan itu mengatakan bahwa Tiongkok sedang melebarkan wilayah patrolinya di luar perairan Tiongkok untuk bisa mengontrol jalur-jalur laut yang sangat sensitif.
Alasannya, sebagian besar ekonomi Tiongkok yang tumbuh besar digerakkan minyak-minyak yang dikirim lewat Samudra Hindia dari Timur Tengah. Sumber-sumber daya dari Afrika dan perdagangan dengan Eropa dilakukan melalui perairan yang sama.
Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah membantu membangun jaringan pelabuhan atau fasilitas di negara-negara Asia Selatan, seperti Banglades, Sri Lanka, Pakistan, dan Myanmar dan mendapatkan hak berlabuh di Seychelles. Tiongkok juga membangun pelabuhan-pelabuhan penting di Kenya dan Tanzania di Afrika Timur.
Di Sri Lanka, para pengamat mengatakan bahwa persaingan kelautan antara India dan Tiongkok telah memberikan kesempatan bagi negara kecil itu untuk memanfaatkan situasi. Mereka mengatakan, Kolombo semakin bergantung kepada Beijing untuk militer dan dukungan pembangunan, sementara raksasa Asia itu melakukan investasi miliaran dollar dalam mengembangkan infrastruktur.
Ketika kapal selam Tiongkok Changzheng-2 dan kapal perang Chang Xing Dao berlabuh di Pelabuhan Kolombo selama lima hari bulan ini, lonceng peringatan berdering di New Delhi.
Ini adalah untuk kedua kalinya kapal selam Tiongkok berlabuh di Pelabuhan Sri Lanka, setelah yang pertama tiba tujuh minggu lalu, India dengan cepat memperingatkan negara pulau di ujung selatan India itu bahwa kehadiran mereka tidak dapat diterima New Delhi.
Baik Tiongkok maupun Sri Lanka menepis kekhawatiran India. Kementerian Pertahanan Beijing mengatakan, kapal selam itu berhenti untuk pengisian bahan bakar dalam misi-misi anti-pembajakan di Samudra Hindia dan Teluk Aden. Seorang juru bicara angkatan laut di Kolombo mengemukakan bahwa empat tahun terakhir, lebih dari 230 kapal perang berlabuh di Pelabuhan Kolombo untuk kunjungan persahabatan atau pengisian bahan bakar.
Jawaban itu tidak meyakinkan India, di mana kekhawatiran meningkat akan kemungkinan Tiongkok memperluas pengaruhnya di Samudra Hindia, seperti dikatakan Sukh Deo Muni dari Institut Kajian Pertahanan dan Analisis di New Delhi.
"Kenyataan adalah bahwa jangkauan Angkatan Laut Tiongkok meningkat sangat cepat, dan itu jelas menimbulkan kekhawatiran di India, karena sebagian besar wilayah ini, terutama Teluk Benggala dan Samudra Hindia telah menjadi wilayah strategis untuk India, terutama pergerakan kapal selam telah menjadi penyebab kekhawatiran utama. Kapal selam dianggap sebagai alat serang yang lebih kuat," papar Muni.
Laporan Kementerian Pertahanan India tahun lalu memperingatkan adanya "ancaman serius" dari Angkatan Laut Tiongkok di Samudra Hindia. Laporan itu mengatakan bahwa Tiongkok sedang melebarkan wilayah patrolinya di luar perairan Tiongkok untuk bisa mengontrol jalur-jalur laut yang sangat sensitif.
Alasannya, sebagian besar ekonomi Tiongkok yang tumbuh besar digerakkan minyak-minyak yang dikirim lewat Samudra Hindia dari Timur Tengah. Sumber-sumber daya dari Afrika dan perdagangan dengan Eropa dilakukan melalui perairan yang sama.
Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah membantu membangun jaringan pelabuhan atau fasilitas di negara-negara Asia Selatan, seperti Banglades, Sri Lanka, Pakistan, dan Myanmar dan mendapatkan hak berlabuh di Seychelles. Tiongkok juga membangun pelabuhan-pelabuhan penting di Kenya dan Tanzania di Afrika Timur.
Di Sri Lanka, para pengamat mengatakan bahwa persaingan kelautan antara India dan Tiongkok telah memberikan kesempatan bagi negara kecil itu untuk memanfaatkan situasi. Mereka mengatakan, Kolombo semakin bergantung kepada Beijing untuk militer dan dukungan pembangunan, sementara raksasa Asia itu melakukan investasi miliaran dollar dalam mengembangkan infrastruktur.
★ Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.