Perintah Jokowi di Hanggar Kapal Selam PAL Indonesia Presiden Jokowi meninjau galangan kapal perang PT PAL di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. (Dok Agus Suparto) ★
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat terbatas tentang kebijakan pengembangan alat utama sistem persenjataaan (alutsista) di hanggar kapal selam PT PAL Indonesia, Surabaya, Jawa Timur, Senin (27/1/2020). Lokasi ratas berada persis di samping kapal selam.
Hadir dalam Ratas antara lain Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menhan Prabowo Subianto, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan A. Djalil, Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Juga hadir Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, Sekretaris Militer Presiden Mayjen TNI Suharyanto, Komandan Paspampres Mayjen TNI Maruli Simanjuntak, serta Staf Khusus Presiden M. Fadjroel Rachman, Putri Tanjung, Menperin Agus Gumiwang, Menkominfo Johnny Plate dan lainnya.
Di depan jajaran menteri, Jokowi menginstruksikan untuk pembenahan ekosistem industri pertahanan secara menyeluruh. Jokowi ingin, program pengembangan alutsista dapat memperkuat industri pertahanan Indonesia.
"Baik berkaitan dengan fasilitas pembiayaan bagi BUMN kluster industri pertahanan, kemudian ketersambungan dengan industri komponen baik pendukung maupun bahan baku," kata Jokowi.
Presiden Tinjau kapal selam KRI Alugoro 405 [def.pk/istimewa]
Jokowi memandang, perbaikan ekosistem industri pertahanan perlu dilakukan, demi mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap barang-barang impor untuk alat persenjataan yang dimiliki Indonesia.
"Termasuk transformasi supply chain, dan pengembangan industri lokal, untuk mengurangi ketergantungan kita pada barang impor," kata Jokowi.
Sebagai informasi, ini bukan kali pertama Jokowi menyinggung persoalan impor alutsista. Dalam rapat terbatas beberapa waktu lalu, Jokowi juga sempat berbicara mengenai pengembangan industri pertahanan strategis untuk mengurangi impor persenjataan.
Indonesia memang kerap dibanjiri oleh impor persenjataan mulai dari granat, torpedo, hingga peluru. Sepanjang 2018 total impor untuk senjata saja mencapai US$ 313 juta. Ini belum menghitung alutsista lain seperti kapal, pesawat, dan lainnya. (hoi/hoi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat terbatas tentang kebijakan pengembangan alat utama sistem persenjataaan (alutsista) di hanggar kapal selam PT PAL Indonesia, Surabaya, Jawa Timur, Senin (27/1/2020). Lokasi ratas berada persis di samping kapal selam.
Hadir dalam Ratas antara lain Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menhan Prabowo Subianto, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan A. Djalil, Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Juga hadir Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, Sekretaris Militer Presiden Mayjen TNI Suharyanto, Komandan Paspampres Mayjen TNI Maruli Simanjuntak, serta Staf Khusus Presiden M. Fadjroel Rachman, Putri Tanjung, Menperin Agus Gumiwang, Menkominfo Johnny Plate dan lainnya.
Di depan jajaran menteri, Jokowi menginstruksikan untuk pembenahan ekosistem industri pertahanan secara menyeluruh. Jokowi ingin, program pengembangan alutsista dapat memperkuat industri pertahanan Indonesia.
"Baik berkaitan dengan fasilitas pembiayaan bagi BUMN kluster industri pertahanan, kemudian ketersambungan dengan industri komponen baik pendukung maupun bahan baku," kata Jokowi.
Presiden Tinjau kapal selam KRI Alugoro 405 [def.pk/istimewa]
Jokowi memandang, perbaikan ekosistem industri pertahanan perlu dilakukan, demi mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap barang-barang impor untuk alat persenjataan yang dimiliki Indonesia.
"Termasuk transformasi supply chain, dan pengembangan industri lokal, untuk mengurangi ketergantungan kita pada barang impor," kata Jokowi.
Sebagai informasi, ini bukan kali pertama Jokowi menyinggung persoalan impor alutsista. Dalam rapat terbatas beberapa waktu lalu, Jokowi juga sempat berbicara mengenai pengembangan industri pertahanan strategis untuk mengurangi impor persenjataan.
Indonesia memang kerap dibanjiri oleh impor persenjataan mulai dari granat, torpedo, hingga peluru. Sepanjang 2018 total impor untuk senjata saja mencapai US$ 313 juta. Ini belum menghitung alutsista lain seperti kapal, pesawat, dan lainnya. (hoi/hoi)
♞ CNBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.