Pahlawan Nasional
Foto:
Dr Leimena di Kemayoran Jakarta, pada akhir tahun 1947 menyambut
kedatangan Horace Merle Cochran dari Amerika Serikat, Cochran selaku
ketua Komisi Tiga Negara (KTN). KTN dibentuk dalam rangka perundingan
Indonesia-Belanda 1947-1948 (Renville dan Kalurang)
Dr.
Johannes Leimena (lahir di Ambon, Maluku, 6 Maret 1905 – meninggal di
Jakarta, 29 Maret 1977 pada umur 72 tahun). Dirinya, adalah salah satu
pahlawan Indonesia. Ia merupakan tokoh politik yang paling sering
menjabat sebagai menteri dalam kabinet Republik Indonesia dan
satu-satunya Menteri Indonesia yang menjabat sebagai Menteri selama 21
tahun berturut-turut tanpa terputus.
Leimena
masuk ke dalam 18 kabinet yang berbeda, sejak Kabinet Sjahrir II (1946)
sampai Kabinet Dwikora II (1966), baik sebagai Menteri Kesehatan, Wakil
Perdana Menteri, Wakil Menteri Pertama maupun Menteri Sosial. Selain
itu Leimena juga menyandang pangkat Laksamana Madya (Tituler) di TNI-AL
ketika ia menjadi anggota dari KOTI (Komando Operasi Tertinggi) dalam
rangka Trikora.
Pada tahun 1914, Leimena hijrah ke Batavia (Jakarta) dimana ia meneruskan studinya di ELS (Europeesch Lagere School),
namun hanya untuk beberapa bulan saja lalu pindah ke sekolah menengah
Paul Krugerschool (kini PSKD Kwitang). Dari sini ia melanjutkan
pendidikannya ke MULO Kristen, kemudian melanjutkan pendidikan
kedokterannya STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen), Batavia.
Keprihatinan
Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib
bangsa, merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada
"Gerakan Oikumene". Pada tahun 1926, Leimena ditugaskan untuk
mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung. Konferensi ini
adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan pemuda
Kristen. Setelah lulus studi kedokteran, Leimena terus mengikuti
perkembangan CSV yang didirikannya saat ia duduk pada tahun ke 4 di
bangku kuliah. CSV merupakan cikal bakal berdirinya GMKI (Gerakan
Mahasiswa Kristen Indonesia) tahun 1950. Ia juga dikenal sebagai salah
satu pendiri Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).
Dengan
keaktifannya di Jong Ambon, ia ikut mempersiapkan Kongres Pemuda
Indonesia 28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Perhatian
Leimena pada pergerakan nasional kebangsaan semakin berkembang sejak
saat itu. Karena adanya perubahan sistim pendidikan kedokteran di Hindia
Belanda pada tahun 1927 yaitu STOVIA ditutup dan didirikan GHS (Geneeskunde Hogeschool atau Sekolah Tinggi Kedokteran),
maka setelah menempuh setengah pendidikan kedokterannya di STOVIA, ia
sempat melanjutkan pendidikan sebagai dokter di GHS itu di Jakarta yang
diselesaikannya pada tahun 1930.
Leimena
mulai bekerja sebagai dokter sejak tahun 1930 . Pertama kali diangkat
sebagai dokter pemerintah di "CBZ Batavia" (kini RS Cipto Mangunkusumo).
Tak lama ia dipindahtugaskan di Karesidenan Kedu saat Gunung Merapi
meletus. Setelah itu dipindahkan ke Rumah Sakit Zending Immanuel
Bandung. Di rumah sakit ini ia bertugas dari tahun 1931 sampai 1941.
Dizaman Jepang dan Revolusi (1942-1945) bertugas di Rumah Sakit
Tanggerang. Pada tahun 1945, Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
terbentuk dan pada tahun 1950, ia terpilih sebagai ketua umum dan
memegang jabatan ini hingga tahun 1957.
Selain
di Parkindo, Leimena juga berperan dalam pembentukan DGI (Dewan
Gereja-gereja di Indonesia, kini PGI), juga pada tahun 1950. Di lembaga
ini Leimena terpilih sebagai wakil ketua yang membidangi komisi gereja
dan negara. Ketika Orde Baru berkuasa, Leimena mengundurkan diri dari
tugasnya sebagai menteri, namun ia masih dipercaya Presiden Soeharto
sebagai anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung) hingga tahun 1973.
(Sumber Wikipedia)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus