RENCANA pembelian 100 Main Battle Tank (MBT) Leopard oleh Kementerian
Pertahanan (Kemhan) kembali menuai kritik. Imparsial menilai rencana
itu tidak tepat. Pembelian MBT dinilai tak memiliki urgensi yang
signifikan.
"Sudah banyak penilaian dari berbagai kalangan baik itu, DPR, purnawirawan TNI, pengamat militer serta kelompok sipil yang menilai pembelian tank Leopard tidak urgen dan banyak kendala operasional yang harus dihadapi jika nanti digunakan di Indonesia, baik itu kendala geografis, kendala infrastruktur dan doktrin serta komponen pendukung lainnya yang belum siap," kata Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti di Jakarta, Kamis (5/7).
Poengky pun menilai, di tengah terbatasnya anggaran negara dan fakta krisis ekonomi global DPR harus lebih cermat dalam pengalokasian anggaran untuk pertahanan. "Membuat skala prioritas yang bertahap dan berjenjang dalam modernisasi alutsista menjadi keharusan," katanya.
Ia berharap, pembelian alutsista benar-benar didasarkan atas kebutuhan obyektif pertahanan. "Transparansi dan akuntabilitas di sektor pertahanan juga belum baik dan masih patut dipertanyakan," katanya. Untuk memerkuat kaveleri TNI, pemerintah lebih sebaik memenuhinya dengan pengadaan tank jenis medium dan light tank.
Penambahan tank jenis medium dan ringan akan jauh lebih efektif dan bermanfaat ketimbang 100 MBT yang kemungkinan besar akan sulit dioperasikan di Indonesia. "Ini sejalan dengan keinginan industri pertahanan di dalam negeri yang juga akan mengembangkan pembuatan tank jenis medium dan ringan bekerja sama dengan negara lain," ucapnya.
IMPARSIAL menilai, daripada membeli Main Battle Tank (MBT) jenis Leopard, Indonesia lebih baik membeli alat utama sistem senjata (alutsista) matra laut dan udara. Hal ini dinilai penting mengingat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim.
Soal efek gentar dibalik pembelian Leopard, Direktur Program Imparsial Al Araf mengatakan, Tank Leopard tak akan memberi dampak besar. “Kalau kita punya kapal selam dan pasukan udara yang kuat, negara-negara lain baru akan gentar,”ujar Al Araf di Jakarta, Kamis (5/7)..
Penguatan matra laut dan udara, papar Al Araf, juga sesuai dengan program kerja sama Indonesia-Autralia dalam mengantisipasi kejahatan di laut, sepeti penyelundupan manusia. Selain itu, konflik Laut China Selatan yang juga akan berimbas besar bagi Indonesia harus diantasipasi dengan penguatan dua matra ini. “Konflik Laut China Selatan terjadi di laut. Seharusnya ini jadi perhatian utama untuk mendorong pembangunan pertahanan Angkatan Laut dan Angkatan Udara,”ucapnya.
Menurut dia, pembelian tank Leopard bukanlah prioritas dalam jangka menengah ini. Dia justru menyarankan agar TNI melengkapi diri dengan kapal selam, pesawat angkut, pesawat tempur, rudal anti tank, rudal jarak jauh, serta medium dan light tank. “Untuk light dan medium tank, kan bisa minta PT Pindad yang juga sedang mengembangkannya, sehingga juga bisa menggerakkan industri pertahanan nasional yang juga menjadi program pemerintah saat ini,”jelas Al Araf.
"Sudah banyak penilaian dari berbagai kalangan baik itu, DPR, purnawirawan TNI, pengamat militer serta kelompok sipil yang menilai pembelian tank Leopard tidak urgen dan banyak kendala operasional yang harus dihadapi jika nanti digunakan di Indonesia, baik itu kendala geografis, kendala infrastruktur dan doktrin serta komponen pendukung lainnya yang belum siap," kata Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti di Jakarta, Kamis (5/7).
Poengky pun menilai, di tengah terbatasnya anggaran negara dan fakta krisis ekonomi global DPR harus lebih cermat dalam pengalokasian anggaran untuk pertahanan. "Membuat skala prioritas yang bertahap dan berjenjang dalam modernisasi alutsista menjadi keharusan," katanya.
Ia berharap, pembelian alutsista benar-benar didasarkan atas kebutuhan obyektif pertahanan. "Transparansi dan akuntabilitas di sektor pertahanan juga belum baik dan masih patut dipertanyakan," katanya. Untuk memerkuat kaveleri TNI, pemerintah lebih sebaik memenuhinya dengan pengadaan tank jenis medium dan light tank.
Penambahan tank jenis medium dan ringan akan jauh lebih efektif dan bermanfaat ketimbang 100 MBT yang kemungkinan besar akan sulit dioperasikan di Indonesia. "Ini sejalan dengan keinginan industri pertahanan di dalam negeri yang juga akan mengembangkan pembuatan tank jenis medium dan ringan bekerja sama dengan negara lain," ucapnya.
Daripada Beli Leopard, Lebih Baik Beli Matra Laut dan Udara
IMPARSIAL menilai, daripada membeli Main Battle Tank (MBT) jenis Leopard, Indonesia lebih baik membeli alat utama sistem senjata (alutsista) matra laut dan udara. Hal ini dinilai penting mengingat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim.
Soal efek gentar dibalik pembelian Leopard, Direktur Program Imparsial Al Araf mengatakan, Tank Leopard tak akan memberi dampak besar. “Kalau kita punya kapal selam dan pasukan udara yang kuat, negara-negara lain baru akan gentar,”ujar Al Araf di Jakarta, Kamis (5/7)..
Penguatan matra laut dan udara, papar Al Araf, juga sesuai dengan program kerja sama Indonesia-Autralia dalam mengantisipasi kejahatan di laut, sepeti penyelundupan manusia. Selain itu, konflik Laut China Selatan yang juga akan berimbas besar bagi Indonesia harus diantasipasi dengan penguatan dua matra ini. “Konflik Laut China Selatan terjadi di laut. Seharusnya ini jadi perhatian utama untuk mendorong pembangunan pertahanan Angkatan Laut dan Angkatan Udara,”ucapnya.
Menurut dia, pembelian tank Leopard bukanlah prioritas dalam jangka menengah ini. Dia justru menyarankan agar TNI melengkapi diri dengan kapal selam, pesawat angkut, pesawat tempur, rudal anti tank, rudal jarak jauh, serta medium dan light tank. “Untuk light dan medium tank, kan bisa minta PT Pindad yang juga sedang mengembangkannya, sehingga juga bisa menggerakkan industri pertahanan nasional yang juga menjadi program pemerintah saat ini,”jelas Al Araf.
Sumber : Jurnas
90% LSM-LSM DI INDONESIA ADALAH ANTEK-ANTEK ASING, TUGASNYA UNTUK MELEMAHKAN INDONESIA. KEDOKNYA SOSIAL, TAPI TUJUANNYA KE POLITIK. JADI SAYA HARAP MASYARAKAT BERHATI-HATI DENGAN MANUVER MEREKA
BalasHapus