Menyelamatkan Pasukan Tanpa Meninggalkan Gaya Di kalangan militer, penyelamatan personel di medan tempur, atau biasa disebut Combat Search and Rescue (CSAR) tergolong prioritas tinggi karena nilai sumber daya manusia tidaklah terukur. Bukan berarti peralatan tidak penting. Bagaimanapun, alutsista yang jatuh atau rusak terdampar di medan tempur tetaplah bisa diganti dengan yang baru.
Beda dengan personelnya. Mendapatkan sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi tempur tidaklah mudah. Selain biaya pendidikan personel mahal, proses pencetakannya pun makan waktu. Apalagi mencari dan menjaring bibit-bibit muda yang terbilang sulit. Kesimpulannya, sumber daya manusia yang ada tentulah wajib dijaga baik-baik.
Tak banyak negara yang memiliki dan mampu memelihara kapabilitas CSAR kredibel. Selain AS yang terkenal dengan unit-unit khusus CSAR, Perancis juga memiliki unit khusus yang didedikasikan untuk misi-misi CSAR, yang dalam terminologi Perancis dikenal dengan RESCo (Recherche et Sauvetage au Combat).
Ada satu benang merah misi RESCo dimana eksekusi misi umumnya dilakukan oleh dua lakon beda matra, yaitu unit pasukan khusus dan unit skadron heli khusus. Bahkan dalam kasus AS, misi CSAR terintegrasi juga menyertakan satuan tempur udara AU AS berkualifikasi CAS (close air support). CAS bisa digelar oleh jet serang darat A-10 Thunderbolt II, gunship AC-130 atau bila perlu jet tempur F-15E atau F-16 (jika CAS tidak tersedia di sekitar).
Dalam jajaran angkatan bersenjata Prancis, beberapa pasukan khusus terkadang memasukkan RESCo sebagai salah satu mata latihan. Namun secara khusus RESCo merupakan makanan Brigade Aerienne des Forces de Securite et d’Intervention (BAFSI), atau juga dikenal dengan Fusiliers Commandos de l’Air. Satuan yang kurang lebih ekuivalen dengan USAF Security Forces (AS) atau Paskhas TNI AU (Indonesia) tersebut kerap didukung skadron heli khusus RESCo yaitu Escadron d’Helicopteres (EH) 1/67 Pyrenees.
BAFSI
BAFSI merupakan prajurit AU Prancis yang dilatih dan berkemampuan dasar seperti layaknya infanteri AD Prancis. Bedanya, prajurit BAFSI mendapat pelatihan khusus untuk melakoni tugas yang khas berhubungan dengan matra udara. Setidaknya ada tiga misi yang merupakan menu wajib personel Fusiliers Commandos de l’Air, yaitu pengamanan personel, alutsista, hingga fasilitas infrastruktur milik AU Prancis, misi SAR Tempur serta membantu unit lain dalam operasi militer bukan perang (penanganan bencana alam atau SAR sipil).
Secara struktur organisasi, BAFSI terdiri dari tiga komponen utama, Escadron d’Instruction des Commandos de l’Air (Air Force Commando Training Squadron), Escadrons de Protection (Guard Squadrons), dan Commandos Parachustistes de l’Air (Air Force Paratrooper Commandos).
Komponen terakhir inilah yang kebagian peran melakoni misi RESCo. Persisnya, misi SAR Tempur tersebut merupakan tugas utama Commando Parachutiste de l’Air no 30 (CPA 30). Satuan khusus yang bermarkas di Bordeaux inilah yang melekat dengan Escadron d’Helicopteres (EH) 1/67 Pyrenees kala melakoni misi RESCo. Menilik kualifikasinya, personel CPA 30 kurang lebih sepadanan USAF Pararescue atau yang lebih dikenal dengan PJ (Parajumpers).
Pyrenees
Escadron d’Helicopteres (EH) 1/67 Pyrenees merupakan skadron helikopter AU Prancis yang didedikasikan untuk misi CSAR/RESCo, kendati unit ini juga siap digerakkan untuk misi lain seperti SAR sipil, tanggap darurat bencana alam hingga misi dukungan tembakan dari udara. Debut perdana skadron khusus ini justru SAR sipil, persisnya ketika EH 1/67 membantu pencarian korban banjir di Gers tahun 1979.
Skadron yang bermarkas di BA (base aerienne/pangkalan udara) – 120 Commandant Marzac di Cazaux, Gironde, Prancis ini sejatinya sudah mengakar sejak berakhirnya konflik di Aljazair pada 1962.
Sekitar setahun sebelumnya, unit yang tadinya berkode EH 01068 ini mulai menerima heli SA330 Puma buatan Aerospatiale. Heli itu diganti dengan varian yang khusus dimodifikasi untuk misi RESCo, dan mulai diserahterimakan pada 1986. Kelengkapan khusus yang ditambahkan meliputi perangkat hoist dan lampu sorot berkekuatan tinggi, serta peralatan bantu lihat malam atau night vision.
Debut tempur Pyrenees dilakoni tatkala unit ini tergabung dalam kekuatan koalisi pimpinan AS dalam Perang Teluk 1991. Kala itu Pyrenees bersama-sama dengan unit serupa dari RAF Regiment (Inggris) dan USAF Pararescue (AS) ditugasi untuk siaga sewaktu-waktu dipanggil menjalani misi CSAR. Dalam Perang Teluk 1991, EH 1/67 disiagakan di Al Asha, Arab Saudi.
Lepas Perang Teluk, Pyrenees kian sibuk dan dipercaya melakoni misi-misi RESCo mulai dari palagan di Semenanjung Balkan, Lebanon hingga beberapa operasi di Afrika seperti di Rwanda (1994), Uganda (2003), Kongo (2003), Pantai Gading (2007), Mali (2013) dan bahkan sempat dikirim ke Afghanistan dan tergabung dalam kontingen ISAF. Di Afganistan, EH 1/67 sempat melakoni misi fire support tatkala membantu kontingen Perancis yang diserang sekelompok insurjen Taliban pada 2008.
Tahun 2011 tatkala Prancis ikut serta dalam operasi militer di Libya, EH 1/67 ikut dikirim sebagai elemen pokok RESCo dan ditempatkan di dua kapal perang Prancis kapal induk Charles de Gaulle dan kapal serbu amfibi Mistral.
Satu siklus latihan EH 1/67, bagi prajurit maupun pilotnya, biasanya berlangsung sekitar dua minggu. Diawali terbang dasar serta pengenalan prinsip dasar RESCo yang dibuat berjenjang dan melatih berbagai skenario. Sebut saja misi di tengah pekatnya malam, saat cuaca buruk dan di kawasan pegunungan atau bahkan di kawasan perairan.
Kini kekuatan utama EH 1/67 bertumpu pada armada campuran SA-330Ba Puma dan H225M Caracal. Untuk misi-misi berbahaya dan jarak jauh, yang dikirim adalah H225M Caracal, sementara untuk misi yang tidak terlalu riskan dan berjarak dekat, Puma tetap dipercaya.
Satu catatan menarik perihal unit RESCo Prancis adalah penampilan personel maupun alutsistanya yang senantiasa selalu diusahakan sebersih dan serapi mungkin. Tak hanya tampilan, kesiapan alutsistanya pun termasuk tertinggi di antara kesatuan AU Prancis. Satu prestasi tersendiri mengingat usia SA 330Ba Puma yang sudah tidak bisa disebut muda lagi. Dan seolah tak mau lepas dari predikat negeri mode dan seni, sampai untuk misi penyelamatan pun estetika tampilan senantiasa dijaga oke.
Rupanya selain siap tempur, dalam misi penyelamatan pun tak dilarang untuk tampil penuh gaya, bersih, dan rapi.
Author: Antonius KK & Remigius S
Beda dengan personelnya. Mendapatkan sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi tempur tidaklah mudah. Selain biaya pendidikan personel mahal, proses pencetakannya pun makan waktu. Apalagi mencari dan menjaring bibit-bibit muda yang terbilang sulit. Kesimpulannya, sumber daya manusia yang ada tentulah wajib dijaga baik-baik.
Tak banyak negara yang memiliki dan mampu memelihara kapabilitas CSAR kredibel. Selain AS yang terkenal dengan unit-unit khusus CSAR, Perancis juga memiliki unit khusus yang didedikasikan untuk misi-misi CSAR, yang dalam terminologi Perancis dikenal dengan RESCo (Recherche et Sauvetage au Combat).
Ada satu benang merah misi RESCo dimana eksekusi misi umumnya dilakukan oleh dua lakon beda matra, yaitu unit pasukan khusus dan unit skadron heli khusus. Bahkan dalam kasus AS, misi CSAR terintegrasi juga menyertakan satuan tempur udara AU AS berkualifikasi CAS (close air support). CAS bisa digelar oleh jet serang darat A-10 Thunderbolt II, gunship AC-130 atau bila perlu jet tempur F-15E atau F-16 (jika CAS tidak tersedia di sekitar).
Dalam jajaran angkatan bersenjata Prancis, beberapa pasukan khusus terkadang memasukkan RESCo sebagai salah satu mata latihan. Namun secara khusus RESCo merupakan makanan Brigade Aerienne des Forces de Securite et d’Intervention (BAFSI), atau juga dikenal dengan Fusiliers Commandos de l’Air. Satuan yang kurang lebih ekuivalen dengan USAF Security Forces (AS) atau Paskhas TNI AU (Indonesia) tersebut kerap didukung skadron heli khusus RESCo yaitu Escadron d’Helicopteres (EH) 1/67 Pyrenees.
BAFSI
BAFSI merupakan prajurit AU Prancis yang dilatih dan berkemampuan dasar seperti layaknya infanteri AD Prancis. Bedanya, prajurit BAFSI mendapat pelatihan khusus untuk melakoni tugas yang khas berhubungan dengan matra udara. Setidaknya ada tiga misi yang merupakan menu wajib personel Fusiliers Commandos de l’Air, yaitu pengamanan personel, alutsista, hingga fasilitas infrastruktur milik AU Prancis, misi SAR Tempur serta membantu unit lain dalam operasi militer bukan perang (penanganan bencana alam atau SAR sipil).
Secara struktur organisasi, BAFSI terdiri dari tiga komponen utama, Escadron d’Instruction des Commandos de l’Air (Air Force Commando Training Squadron), Escadrons de Protection (Guard Squadrons), dan Commandos Parachustistes de l’Air (Air Force Paratrooper Commandos).
Komponen terakhir inilah yang kebagian peran melakoni misi RESCo. Persisnya, misi SAR Tempur tersebut merupakan tugas utama Commando Parachutiste de l’Air no 30 (CPA 30). Satuan khusus yang bermarkas di Bordeaux inilah yang melekat dengan Escadron d’Helicopteres (EH) 1/67 Pyrenees kala melakoni misi RESCo. Menilik kualifikasinya, personel CPA 30 kurang lebih sepadanan USAF Pararescue atau yang lebih dikenal dengan PJ (Parajumpers).
Pyrenees
Escadron d’Helicopteres (EH) 1/67 Pyrenees merupakan skadron helikopter AU Prancis yang didedikasikan untuk misi CSAR/RESCo, kendati unit ini juga siap digerakkan untuk misi lain seperti SAR sipil, tanggap darurat bencana alam hingga misi dukungan tembakan dari udara. Debut perdana skadron khusus ini justru SAR sipil, persisnya ketika EH 1/67 membantu pencarian korban banjir di Gers tahun 1979.
Skadron yang bermarkas di BA (base aerienne/pangkalan udara) – 120 Commandant Marzac di Cazaux, Gironde, Prancis ini sejatinya sudah mengakar sejak berakhirnya konflik di Aljazair pada 1962.
Sekitar setahun sebelumnya, unit yang tadinya berkode EH 01068 ini mulai menerima heli SA330 Puma buatan Aerospatiale. Heli itu diganti dengan varian yang khusus dimodifikasi untuk misi RESCo, dan mulai diserahterimakan pada 1986. Kelengkapan khusus yang ditambahkan meliputi perangkat hoist dan lampu sorot berkekuatan tinggi, serta peralatan bantu lihat malam atau night vision.
Debut tempur Pyrenees dilakoni tatkala unit ini tergabung dalam kekuatan koalisi pimpinan AS dalam Perang Teluk 1991. Kala itu Pyrenees bersama-sama dengan unit serupa dari RAF Regiment (Inggris) dan USAF Pararescue (AS) ditugasi untuk siaga sewaktu-waktu dipanggil menjalani misi CSAR. Dalam Perang Teluk 1991, EH 1/67 disiagakan di Al Asha, Arab Saudi.
Lepas Perang Teluk, Pyrenees kian sibuk dan dipercaya melakoni misi-misi RESCo mulai dari palagan di Semenanjung Balkan, Lebanon hingga beberapa operasi di Afrika seperti di Rwanda (1994), Uganda (2003), Kongo (2003), Pantai Gading (2007), Mali (2013) dan bahkan sempat dikirim ke Afghanistan dan tergabung dalam kontingen ISAF. Di Afganistan, EH 1/67 sempat melakoni misi fire support tatkala membantu kontingen Perancis yang diserang sekelompok insurjen Taliban pada 2008.
Tahun 2011 tatkala Prancis ikut serta dalam operasi militer di Libya, EH 1/67 ikut dikirim sebagai elemen pokok RESCo dan ditempatkan di dua kapal perang Prancis kapal induk Charles de Gaulle dan kapal serbu amfibi Mistral.
Satu siklus latihan EH 1/67, bagi prajurit maupun pilotnya, biasanya berlangsung sekitar dua minggu. Diawali terbang dasar serta pengenalan prinsip dasar RESCo yang dibuat berjenjang dan melatih berbagai skenario. Sebut saja misi di tengah pekatnya malam, saat cuaca buruk dan di kawasan pegunungan atau bahkan di kawasan perairan.
Kini kekuatan utama EH 1/67 bertumpu pada armada campuran SA-330Ba Puma dan H225M Caracal. Untuk misi-misi berbahaya dan jarak jauh, yang dikirim adalah H225M Caracal, sementara untuk misi yang tidak terlalu riskan dan berjarak dekat, Puma tetap dipercaya.
Satu catatan menarik perihal unit RESCo Prancis adalah penampilan personel maupun alutsistanya yang senantiasa selalu diusahakan sebersih dan serapi mungkin. Tak hanya tampilan, kesiapan alutsistanya pun termasuk tertinggi di antara kesatuan AU Prancis. Satu prestasi tersendiri mengingat usia SA 330Ba Puma yang sudah tidak bisa disebut muda lagi. Dan seolah tak mau lepas dari predikat negeri mode dan seni, sampai untuk misi penyelamatan pun estetika tampilan senantiasa dijaga oke.
Rupanya selain siap tempur, dalam misi penyelamatan pun tak dilarang untuk tampil penuh gaya, bersih, dan rapi.
Author: Antonius KK & Remigius S
♖ Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.