Jakarta ☆ TNI Angkatan Darat sedang menyiapkan 650 personil pasukannya dari Batalyon Infanteri 623/Bhakti Wira Utama/Korem Antasari 101/Kodam VI Mulawarman dan Raider 600 Balikpapan untuk melakukan pengamanan perbatasan antara Indonesia - Papua Nugini (PNG) selama sembilan bulan.
"Sebelum melakukan tugas pengamanan perbatasan RI-PNG, seluruh personil melakukan pratugas teori dan lapangan (tempur)," kata Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Mayjen TNI Dicky Wainal Usman, di sela-sela Pembukaan Pratugas Tahap II dan Tahap III Pamtas RI-PNG, di Mako Yonif 623, Sungai Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat.
Menurut dia, pasukan pengamanan perbatasan yang sedang disiapkan itu telah melakukan pratugas di hombase selama sepekan, dan dalam dua pekan ke depan seluruh pasukan yang bertugas pamtas RI-PNG akan melakukan latihan lapangan.
"Kami berharap seluruh prajurit untuk melaksanakan latihan ini dengan sungguh-sungguh, sehingga saat melaksanakan tugas dapat dilakukan dengan baik. Lebih baik mandi keringat dalam latihan dibandingkan mandi darah dalam penugasan," kata Pangdam.
Kepada seluruh prajurit yang akan diberangkatkan ke perbatasan Papua-PNG, Pangdam mengatakan, penugasan yang diberikan itu merupakan penugasan yang terhormat dari bangsa dan negara.
"Saya yakin dan percaya penugasan akan berhasil. Kalian benar-benar harus menyiapkan latihan pratugas dengan baik, agar tidak ada keraguan dalam bertindak dan yakin kita siap melaksanaan tugas tersebut," kata Dicky.
Dalam latihan itu, para perwira juga dibekali bagaimana memimpin, proses pengambilan keputusan dan latih teknis prosedur. Di pos penjagaan, bagaimana mereka mengawasi kelar masuknya masyarakat kita ke PNG, ujarnya.
Kerawanan yang ada di Papua, kata Dicky, tidak terlalu signifikan dibandingkan perbatasan Kalimantan dan Malaysia, seperti pembalakan liar, pencurian ikan, penyelundupan narkoba dan lainnya.
"Namun, kita harus siap siaga. Di Papua ada gerakan pengacau keamanan (GPK) yang dapat mengganggu stabilitas keamanan di Papua dan PNG," kata Pangdam seraya mengatakan lintas batas di Papua dirundung persoalan sederhana, yakni soal isi perut untuk mencari rezeki.
Selain persoalan GPK, tambah Pangdam Mulawarman, persoalan penyakit malaria juga harus diwaspadai oleh seluruh prajurit. Petugas medis harus disiapkan dengan baik agar bisa mengatasi prajurit yang terjangkit malaria.
Danyonif 623/Bhakti Wira Utama, Mayor Inf Singgih Pambudi Arinto, mengatakan, jumlah personil Yonif 623 yang akan diberangkatkan ke perbatasan Papua-PNG sebanyak 450 personil. Sementara jumlah personil dari Raider 600 sebanyak 200 personil.
Selain untuk menjaga wilayah perbatasan itu, kata dia, pihaknya juga akan menyiapkan tenaga pendidik dan tenaga kesehatan guna membantu masyarakat sekitar perbatasan Papua.
"Disana ada sekolah, namun tenaga pengajar tidak ada. Kami akan membantu mendidik anak-anak di perbatasan. Kita juga akan membantu mengatasi persoalan kesehatan di masyarakat, meski fasilitas yang ada sangat minim," kata Singgih.
"Sebelum melakukan tugas pengamanan perbatasan RI-PNG, seluruh personil melakukan pratugas teori dan lapangan (tempur)," kata Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Mayjen TNI Dicky Wainal Usman, di sela-sela Pembukaan Pratugas Tahap II dan Tahap III Pamtas RI-PNG, di Mako Yonif 623, Sungai Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat.
Menurut dia, pasukan pengamanan perbatasan yang sedang disiapkan itu telah melakukan pratugas di hombase selama sepekan, dan dalam dua pekan ke depan seluruh pasukan yang bertugas pamtas RI-PNG akan melakukan latihan lapangan.
"Kami berharap seluruh prajurit untuk melaksanakan latihan ini dengan sungguh-sungguh, sehingga saat melaksanakan tugas dapat dilakukan dengan baik. Lebih baik mandi keringat dalam latihan dibandingkan mandi darah dalam penugasan," kata Pangdam.
Kepada seluruh prajurit yang akan diberangkatkan ke perbatasan Papua-PNG, Pangdam mengatakan, penugasan yang diberikan itu merupakan penugasan yang terhormat dari bangsa dan negara.
"Saya yakin dan percaya penugasan akan berhasil. Kalian benar-benar harus menyiapkan latihan pratugas dengan baik, agar tidak ada keraguan dalam bertindak dan yakin kita siap melaksanaan tugas tersebut," kata Dicky.
Dalam latihan itu, para perwira juga dibekali bagaimana memimpin, proses pengambilan keputusan dan latih teknis prosedur. Di pos penjagaan, bagaimana mereka mengawasi kelar masuknya masyarakat kita ke PNG, ujarnya.
Kerawanan yang ada di Papua, kata Dicky, tidak terlalu signifikan dibandingkan perbatasan Kalimantan dan Malaysia, seperti pembalakan liar, pencurian ikan, penyelundupan narkoba dan lainnya.
"Namun, kita harus siap siaga. Di Papua ada gerakan pengacau keamanan (GPK) yang dapat mengganggu stabilitas keamanan di Papua dan PNG," kata Pangdam seraya mengatakan lintas batas di Papua dirundung persoalan sederhana, yakni soal isi perut untuk mencari rezeki.
Selain persoalan GPK, tambah Pangdam Mulawarman, persoalan penyakit malaria juga harus diwaspadai oleh seluruh prajurit. Petugas medis harus disiapkan dengan baik agar bisa mengatasi prajurit yang terjangkit malaria.
Danyonif 623/Bhakti Wira Utama, Mayor Inf Singgih Pambudi Arinto, mengatakan, jumlah personil Yonif 623 yang akan diberangkatkan ke perbatasan Papua-PNG sebanyak 450 personil. Sementara jumlah personil dari Raider 600 sebanyak 200 personil.
Selain untuk menjaga wilayah perbatasan itu, kata dia, pihaknya juga akan menyiapkan tenaga pendidik dan tenaga kesehatan guna membantu masyarakat sekitar perbatasan Papua.
"Disana ada sekolah, namun tenaga pengajar tidak ada. Kami akan membantu mendidik anak-anak di perbatasan. Kita juga akan membantu mengatasi persoalan kesehatan di masyarakat, meski fasilitas yang ada sangat minim," kata Singgih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.