TNI-Polri sudah bergerak untuk mengejar pelaku penembakan Prajurit TNI bersiap menaiki helikopter menuju Nduga di Wamena, Papua, Rabu, 5 Desember 2018. Aparat gabungan terus berusaha mengatasi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang diduga telah menewaskan 19 pekerja PT Istaka Karya dan satu anggota TNI. [ANTARA/Iwan Adisaputra] ★
Wakil Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Letnan Kolonel Infanteri Dax Sianturi menuturkan, hingga saat ini personel gabungan TNI-Polri telah menemukan 15 orang korban penembakan kelompok bersenjata di Nduga Papua, dalam keadaan meninggal.
"Mereka ditemukan di area Puncak Tabo," ujar Dax melalui pesan singkat, Rabu, 5 Desember 2018. Namun, ke-15 korban meninggal belum teridentifikasi sehingga belum bisa dipastikan apakah keseluruhan korban adalah karyawan PT Istaka Karya.
Sedangkan untuk korban selamat, TNI-Polri telah menemukan 13 orang, yang terdiri dari lima karyawan PT Istaka Karya, enam pekerja bangunan puskesmas Mbua, dan dua pekerja SMP Mbua.
Berbeda dengan TNI, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan berdasarkan informasi sementara yang ia terima, korban tewas akibat penembakan kelompok bersenjata di Kabupaten Nduga, Papua, sebanyak 20 orang.
Rinciannya, 19 orang pekerja PT Istaka Karya yang sedang membangun jembatan Kali Yigi dan Aurak dan seorang lagi adalah personel TNI.
Dalam insiden yang terjadi pada 2 Desember 2018 ini, dilaporkan puluhan pekerja proyek jalan Trans Papua yang sedang bekerja membangun jembatan di Kali Yigi dan Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua diserang kelompok bersenjata. Belasan orang berhasil menyelamatkan diri, tapi beberapa belum diketahui keberadaannya.
Asal Senjata Milik Kelompok Bersenjata Papua
Anggota TNI dibantu warga mempersiapkan peti jenazah untuk korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Wamena, Papua, Selasa, 4 Desember 2018. Sebanyak 31 karyawan PT Istaka Karya diduga tewas ditembak oleh KKB. [ANTARA/Iwan Adisaputra]
Kapolri Jenderal Tito Karnavian membeberkan asal senjata milik kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua yang menyerang pekerja proyek Trans Papua. Ia mengatakan kelompok ini memperoleh senjata dengan cara merampas dari petugas keamanan.
"Pertama, mereka biasanya mendapatkannya dengan merampas dari anggota-anggota yang lengah," kata Tito di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 5 Desember 2018.
Selain itu, menurut mantan Kapolda Papua ini, pihaknya menduga kelompok ini juga mengumpulkan senjata-senjata bekas konflik Ambon. "Dulu banyak senjata beredar di situ. Gudang Brimob saja dijebol," tuturnya.
Tito menuturkan ada pula senjata yang diperoleh dari penyelundup di Papua Nugini dan masuk melalui jalur ilegal. "Saya tidak mengatakan dari pemerintah (Papua Nugini), ya. Tapi dari jalur ilegal oknum-oknum di perbatasan Papua Nugini itu beberapa kali juga kami tangkap," ujarnya.
Tito mengatakan saat ini tim gabungan dari TNI-Polri sudah bergerak untuk mengejar pelaku penembakan. Ia menduga pelaku berasal dari kelompok pimpinan Egianus Kogoya dan diperkirakan berjumlah 30-50 orang serta memiliki 20 pucuk senjata.
Dengan jumlah KKB seperti itu, Tito yakin pihaknya bisa segera menumpasnya. "Kekuatan yang kami kirim jauh lebih besar. Karena itu yakin kami sebentar lagi bisa kami kendalikan," ucapnya.
Yang menjadi masalah, menurut Tito, medan di sana yang berat. Ia mengatakan hutan di Kabupaten Nduga sangat luas sehingga memudahkan KKB ini berpindah tempat.
Wakil Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Letnan Kolonel Infanteri Dax Sianturi menuturkan, hingga saat ini personel gabungan TNI-Polri telah menemukan 15 orang korban penembakan kelompok bersenjata di Nduga Papua, dalam keadaan meninggal.
"Mereka ditemukan di area Puncak Tabo," ujar Dax melalui pesan singkat, Rabu, 5 Desember 2018. Namun, ke-15 korban meninggal belum teridentifikasi sehingga belum bisa dipastikan apakah keseluruhan korban adalah karyawan PT Istaka Karya.
Sedangkan untuk korban selamat, TNI-Polri telah menemukan 13 orang, yang terdiri dari lima karyawan PT Istaka Karya, enam pekerja bangunan puskesmas Mbua, dan dua pekerja SMP Mbua.
Berbeda dengan TNI, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan berdasarkan informasi sementara yang ia terima, korban tewas akibat penembakan kelompok bersenjata di Kabupaten Nduga, Papua, sebanyak 20 orang.
Rinciannya, 19 orang pekerja PT Istaka Karya yang sedang membangun jembatan Kali Yigi dan Aurak dan seorang lagi adalah personel TNI.
Dalam insiden yang terjadi pada 2 Desember 2018 ini, dilaporkan puluhan pekerja proyek jalan Trans Papua yang sedang bekerja membangun jembatan di Kali Yigi dan Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua diserang kelompok bersenjata. Belasan orang berhasil menyelamatkan diri, tapi beberapa belum diketahui keberadaannya.
Asal Senjata Milik Kelompok Bersenjata Papua
Anggota TNI dibantu warga mempersiapkan peti jenazah untuk korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Wamena, Papua, Selasa, 4 Desember 2018. Sebanyak 31 karyawan PT Istaka Karya diduga tewas ditembak oleh KKB. [ANTARA/Iwan Adisaputra]
Kapolri Jenderal Tito Karnavian membeberkan asal senjata milik kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua yang menyerang pekerja proyek Trans Papua. Ia mengatakan kelompok ini memperoleh senjata dengan cara merampas dari petugas keamanan.
"Pertama, mereka biasanya mendapatkannya dengan merampas dari anggota-anggota yang lengah," kata Tito di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 5 Desember 2018.
Selain itu, menurut mantan Kapolda Papua ini, pihaknya menduga kelompok ini juga mengumpulkan senjata-senjata bekas konflik Ambon. "Dulu banyak senjata beredar di situ. Gudang Brimob saja dijebol," tuturnya.
Tito menuturkan ada pula senjata yang diperoleh dari penyelundup di Papua Nugini dan masuk melalui jalur ilegal. "Saya tidak mengatakan dari pemerintah (Papua Nugini), ya. Tapi dari jalur ilegal oknum-oknum di perbatasan Papua Nugini itu beberapa kali juga kami tangkap," ujarnya.
Tito mengatakan saat ini tim gabungan dari TNI-Polri sudah bergerak untuk mengejar pelaku penembakan. Ia menduga pelaku berasal dari kelompok pimpinan Egianus Kogoya dan diperkirakan berjumlah 30-50 orang serta memiliki 20 pucuk senjata.
Dengan jumlah KKB seperti itu, Tito yakin pihaknya bisa segera menumpasnya. "Kekuatan yang kami kirim jauh lebih besar. Karena itu yakin kami sebentar lagi bisa kami kendalikan," ucapnya.
Yang menjadi masalah, menurut Tito, medan di sana yang berat. Ia mengatakan hutan di Kabupaten Nduga sangat luas sehingga memudahkan KKB ini berpindah tempat.
♞ Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.