Infografis MV-22 Osprey [Kompas]
Tidak seperti pesawat lain di dunia. Begitu Boeing menyebut pesawat tempur multirole buatannya di situs resminya.
Nah, Indonesia bakal membeli delapan pesawat MV-22 Block C Osprey dari Amerika Serikat (AS) senilai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 29 triliun.
Melansir Defense News, potensi penjualan tersebut AS umumkan melalui situs Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan (DSCA), Selasa (7/7).
Mengutip situs Boeing, V-22 Osprey adalah pesawat tempur multirole yang memanfaatkan teknologi tiltrotor untuk menggabungkan kinerja vertikal helikopter dengan kecepatan dan jangkauan pesawat fixed-wing.
Dengan rotor di posisi vertikal, V-22 Osprey bisa lepas landas, mendarat, dan melayang seperti helikopter. Setelah mengudara, pesawat itu bisa beralih menjadi pesawat turboprop yang mampu terbang dengan kecepatan tinggi.
Kombinasi tersebut menghasilkan kemampuan jangkauan global yang memungkinkan V-22 Osprey untuk mengisi ceruk operasional yang tidak seperti pesawat lain.
Daya jelajah MV22 lebih besar dari jangkauan helikopter lainnya [istimewa]
Bell Boeing V-22 merupakan aliansi strategis antara The Boeing Company dan Bell Helicopter-Textron. Korps Marinir AS adalah pengguna pertama V-22 Osprey pada 2007 sekaligus varian MV-22 Block C Osprey di 2012.
"Pesawat Block C pertama kami adalah tonggak terbaru dalam upaya berkelanjutan kami untuk membuat pesawat paling revolusioner di dunia bahkan lebih maju," kata John Rader, Direktur Eksekutif Program Bell Boeing V-22, saat penyerahan MV-22 Block C Osprey ke Marinis AS pada Februari 2012, dalam siaran pers Boeing.
MV-22 Block C Osprey memiliki sistem Electronic Warfare, termasuk alat pertahanan anti radar dan peluru kendali chaff and flare tambahan, meningkatkan kemampuan pesawat ini untuk mengalahkan ancaman serangan rudal udara-ke-udara dan darat-ke-udara.
Blok C juga memberikan kesadaran situasional yang lebih besar dengan peningkatan tampilan kokpit dan kabin V-22 Osprey.
Indonesia membeli 8 MV-22 Block C Osprey termasuk mesin 24 AE 1107C Rolls-Royce, 20 radar infra merah forward-looking AN/AAQ-27, sistem peringatan rudal AN/AAR-47, dan radar penerima peringatan AN/APR-39.
Selain itu, Indonesia membeli 20 senapan mesin M-240-D 7.64 mm dan senapan mesin GAU-21 untuk ke-8 pesawat tersebut.
Pesawat V-22 Osprey sudah beraksi dalam berbagai operasi militer AS. Misalnya, di Afghanistan sebagai bagian dari Operasi Enduring Freedom, di Irak sebagai bagian dari Operasi Kebebasan Irak.
Selain itu, Pesawat V-22 Osprey menjadi bagian dari Komando Sentral AS (USCENTCOM) Gugus Tugas Khusus Angkatan Udara (SPMAGTF) yang mendukung pasukan reaksi cepat atau pasukan tanggap krisis jangka panjang.
"V-22 Osprey adalah platform matang yang memproyeksikan kemampuan misi serbaguna untuk operasi militer serta upaya bantuan kemanusiaan," kata Manajer Program Bersama V-22 Korps Marinir AS Kolonel Matthew Kelly pada November 2017 lalu dalam siaran pers Boeing.
Tidak seperti pesawat lain di dunia. Begitu Boeing menyebut pesawat tempur multirole buatannya di situs resminya.
Nah, Indonesia bakal membeli delapan pesawat MV-22 Block C Osprey dari Amerika Serikat (AS) senilai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 29 triliun.
Melansir Defense News, potensi penjualan tersebut AS umumkan melalui situs Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan (DSCA), Selasa (7/7).
Mengutip situs Boeing, V-22 Osprey adalah pesawat tempur multirole yang memanfaatkan teknologi tiltrotor untuk menggabungkan kinerja vertikal helikopter dengan kecepatan dan jangkauan pesawat fixed-wing.
Dengan rotor di posisi vertikal, V-22 Osprey bisa lepas landas, mendarat, dan melayang seperti helikopter. Setelah mengudara, pesawat itu bisa beralih menjadi pesawat turboprop yang mampu terbang dengan kecepatan tinggi.
Kombinasi tersebut menghasilkan kemampuan jangkauan global yang memungkinkan V-22 Osprey untuk mengisi ceruk operasional yang tidak seperti pesawat lain.
Daya jelajah MV22 lebih besar dari jangkauan helikopter lainnya [istimewa]
Bell Boeing V-22 merupakan aliansi strategis antara The Boeing Company dan Bell Helicopter-Textron. Korps Marinir AS adalah pengguna pertama V-22 Osprey pada 2007 sekaligus varian MV-22 Block C Osprey di 2012.
"Pesawat Block C pertama kami adalah tonggak terbaru dalam upaya berkelanjutan kami untuk membuat pesawat paling revolusioner di dunia bahkan lebih maju," kata John Rader, Direktur Eksekutif Program Bell Boeing V-22, saat penyerahan MV-22 Block C Osprey ke Marinis AS pada Februari 2012, dalam siaran pers Boeing.
MV-22 Block C Osprey memiliki sistem Electronic Warfare, termasuk alat pertahanan anti radar dan peluru kendali chaff and flare tambahan, meningkatkan kemampuan pesawat ini untuk mengalahkan ancaman serangan rudal udara-ke-udara dan darat-ke-udara.
Blok C juga memberikan kesadaran situasional yang lebih besar dengan peningkatan tampilan kokpit dan kabin V-22 Osprey.
Indonesia membeli 8 MV-22 Block C Osprey termasuk mesin 24 AE 1107C Rolls-Royce, 20 radar infra merah forward-looking AN/AAQ-27, sistem peringatan rudal AN/AAR-47, dan radar penerima peringatan AN/APR-39.
Selain itu, Indonesia membeli 20 senapan mesin M-240-D 7.64 mm dan senapan mesin GAU-21 untuk ke-8 pesawat tersebut.
Pesawat V-22 Osprey sudah beraksi dalam berbagai operasi militer AS. Misalnya, di Afghanistan sebagai bagian dari Operasi Enduring Freedom, di Irak sebagai bagian dari Operasi Kebebasan Irak.
Selain itu, Pesawat V-22 Osprey menjadi bagian dari Komando Sentral AS (USCENTCOM) Gugus Tugas Khusus Angkatan Udara (SPMAGTF) yang mendukung pasukan reaksi cepat atau pasukan tanggap krisis jangka panjang.
"V-22 Osprey adalah platform matang yang memproyeksikan kemampuan misi serbaguna untuk operasi militer serta upaya bantuan kemanusiaan," kata Manajer Program Bersama V-22 Korps Marinir AS Kolonel Matthew Kelly pada November 2017 lalu dalam siaran pers Boeing.
★ Kontan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.