💰 Optimistis bisa mencetak laba bersih Rp 24 miliar. Pembuatan pesawat NC-212i di PT DI (antara)
Anggota Holding BUMN industri pertahanan, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menargetkan pendapatan mencapai Rp 3,7 triliun di tahun 2024 atau meningkat 19% dari prognosa penjualan sepanjang tahun lalu. PTDI juga optimistis bisa mencetak laba bersih Rp 24 miliar.
Sekretaris perusahaan Dirgantara Indonesia, Gemma Grimaldi menjelaskan nilai target tersebut masih berpotensi berubah lantaran Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2024 baru akan disahkan saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan dilakukan pada akhir Januari 2024.
"Masih ada potensi perubahan nilai," kata Gemma kepada Kontan, Jumat (19/1).
Kendati demikian, Gemma mengaku optimistis kinerja PTDI akan meningkat dibanding tahun sebelumnya, mengingat di akhir tahun 2023 telah berhasil mencetak beberapa kontrak pengadaan pesawat baru dan pekerjaan pemeliharaan dan perawatan (harwat) yang kemudian mencatatkan pendapatan pada tahun 2024.
Gemma membeberkan sejumlah kontrak yang dilakukan PTDI di tahun lalu. Mulai dari kontrak pengadaan 6 unit pesawat NC212i untuk DND Philipines di Agustus 2023.
Kemudian, kontrak pengadaan harwat Aircraft dan helikopter penerbad tahap III, pengadaan satu unit pesawat CN235 untuk TNI AL, delapan unit pesawat N219 untuk TNI AD di November 2023. Serta kontrak pengadaan helikopter S-70M Black Hawk untuk TNI AD pada Desember 2023.
Gemma menambahkan, untuk tahun ini PTDI menargetkan nilai kontrak proyek mencapai Rp 19,7 triliun.
Untuk mencapai target tersebut PTDI akan melakukan sejumlah strategi. Pertama, mengoptimalkan serapan sisa rencana strategis Kementerian Pertahanan 2020-2024. Kedua, komersialisasi pesawat N219 melalui program Transformasi Ekonomi Nasional Bappenas.
"Potensi yang cukup besar di pasar komersial dalam untuk pesawat N219, dimana pesawat N219 telah ditetapkan oleh Bappenas menjadi transportasi udara yang akan digunakan untuk program transformasi ekonomi nasional. Kepulauan Riau akan menjadi pilot project program tersebut," ucapnya.
Strategi ketiga, PTDI akan meningkatkan ekspor pesawat terbang ke pasar Asia Tenggara dan Afrika. Secara spesifik, Gemma menerangkan pesawat CN235 diminati pasar di wilayah Afrika dan pesawat NC212 untuk pelanggan atau end user di Asia Tenggara.
"Untuk pasar ekspor, pesawat CN235 dan NC212 masih cukup diminati oleh pasar internasional," ujarnya.
Kemudian, PTDI juga akan mengembangkan pesawat N219 Amphibi bersama Bappenas dan ITB. Terakhir, meningkatkan bisnis engineering services dengan mitra strategis seperti, Turkish Aerospace Industries, Korean Aerospace Industries dan mitra lainnya.
Anggota Holding BUMN industri pertahanan, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menargetkan pendapatan mencapai Rp 3,7 triliun di tahun 2024 atau meningkat 19% dari prognosa penjualan sepanjang tahun lalu. PTDI juga optimistis bisa mencetak laba bersih Rp 24 miliar.
Sekretaris perusahaan Dirgantara Indonesia, Gemma Grimaldi menjelaskan nilai target tersebut masih berpotensi berubah lantaran Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2024 baru akan disahkan saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan dilakukan pada akhir Januari 2024.
"Masih ada potensi perubahan nilai," kata Gemma kepada Kontan, Jumat (19/1).
Kendati demikian, Gemma mengaku optimistis kinerja PTDI akan meningkat dibanding tahun sebelumnya, mengingat di akhir tahun 2023 telah berhasil mencetak beberapa kontrak pengadaan pesawat baru dan pekerjaan pemeliharaan dan perawatan (harwat) yang kemudian mencatatkan pendapatan pada tahun 2024.
Gemma membeberkan sejumlah kontrak yang dilakukan PTDI di tahun lalu. Mulai dari kontrak pengadaan 6 unit pesawat NC212i untuk DND Philipines di Agustus 2023.
Kemudian, kontrak pengadaan harwat Aircraft dan helikopter penerbad tahap III, pengadaan satu unit pesawat CN235 untuk TNI AL, delapan unit pesawat N219 untuk TNI AD di November 2023. Serta kontrak pengadaan helikopter S-70M Black Hawk untuk TNI AD pada Desember 2023.
Gemma menambahkan, untuk tahun ini PTDI menargetkan nilai kontrak proyek mencapai Rp 19,7 triliun.
Untuk mencapai target tersebut PTDI akan melakukan sejumlah strategi. Pertama, mengoptimalkan serapan sisa rencana strategis Kementerian Pertahanan 2020-2024. Kedua, komersialisasi pesawat N219 melalui program Transformasi Ekonomi Nasional Bappenas.
"Potensi yang cukup besar di pasar komersial dalam untuk pesawat N219, dimana pesawat N219 telah ditetapkan oleh Bappenas menjadi transportasi udara yang akan digunakan untuk program transformasi ekonomi nasional. Kepulauan Riau akan menjadi pilot project program tersebut," ucapnya.
Strategi ketiga, PTDI akan meningkatkan ekspor pesawat terbang ke pasar Asia Tenggara dan Afrika. Secara spesifik, Gemma menerangkan pesawat CN235 diminati pasar di wilayah Afrika dan pesawat NC212 untuk pelanggan atau end user di Asia Tenggara.
"Untuk pasar ekspor, pesawat CN235 dan NC212 masih cukup diminati oleh pasar internasional," ujarnya.
Kemudian, PTDI juga akan mengembangkan pesawat N219 Amphibi bersama Bappenas dan ITB. Terakhir, meningkatkan bisnis engineering services dengan mitra strategis seperti, Turkish Aerospace Industries, Korean Aerospace Industries dan mitra lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.