✈ N219 [PTDI]
Sebagaimana rencana strategis yang diluncurkan oleh Kementerian PPN RI/Bappenas pada tahun 2021 untuk mengembangkan sektor ekonomi di Bali, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sebagai satu-satunya industri kedirgantaraan nasional mengambil perannya dalam pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan di Provinsi Bali dalam rangka mendukung Transformasi Ekonomi Kerthi Bali.
Kolaborasi pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan di Provinsi Bali tersebut dikukuhkan melalui penandatanganan dokumen Kesepakatan Bersama oleh Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, Pj. Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana dan Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan di Gedung Wisma Sabha, Kantor Gubernur Bali (16/2).
Bali merupakan wilayah kedua dimana PTDI diberikan kesempatan oleh Bappenas untuk berpartisipasi dalam program transformasi ekonomi nasional melalui optimalisasi pemanfaatan pesawat N219 produksi PTDI setelah sebelumnya di Kepulauan Riau, dimana untuk pengembangan ekosistem industri dirgantara di Bali kali ini akan dimulai dengan mengusung konsep Aviation Training Tourism.
“Kegiatan ini akan memberikan nilai tambah bagi Provinsi Bali, khususnya dalam mendorong penciptaan lapangan kerja yang diharapkan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi Bali, serta yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan kualitas SDM, khususnya dalam bidang high-tech aviation,” jelas Gita Amperiawan, Direktur Utama PTDI.
Pada kesempatan ini, PTDI yang diwakili Direktur Niaga, Teknologi & Pengembangan, Moh Arif Faisal juga tanda tangani kesepakatan kerja sama pengembangan pusat pelatihan kedirgantaraan dengan Bali International Flight Academy (BIFA); pembangunan fasilitas MRO untuk pesawat terbang dengan PT Mulya Sejahtera Technology (MS Tech); pembangunan fasilitas MRO untuk engine & propulsi pesawat terbang dengan Anak Perusahaannya, dalam hal ini PT Nusantara Turbin & Propulsi (PT NTP); dan pengembangan tourism flight di Bali dengan PT Wisarada Sarana Aviasi (Wise Air).
Adapun N219 merupakan pesawat terbang 100% buatan anak bangsa, hasil kerja sama PTDI dengan Badan Riset & Inovasi Nasional (sebelumnya LAPAN) yang pada tanggal 16 Agustus 2017 telah melakukan uji terbang perdana dan pada tanggal 10 November 2017 diberi nama “Nurtanio” oleh Presiden RI, Joko Widodo, hingga akhirnya berhasil memperoleh Type Certificate (TC) pada tanggal 22 Desember 2020 yang diterbitkan oleh Direktorat Kelaikudaraan & Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU), Kementerian Perhubungan RI, dengan nilai TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) sebesar 44,69% yang kemudian akan terus ditingkatkan, sehingga dapat memberikan dampak pertumbuhan (spin-over) terhadap ekosistem industri dalam negeri, termasuk industri di daerah, salah satunya dalam hal pengoperasian maupun kegiatan maintenance/pemeliharaan pesawat.
Pesawat komuter kategori CASR 23, N219 dikembangkan secara khusus untuk dapat mendukung pembangunan konektivitas dan aksesbilitas daerah 3TP (Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan) dengan kemampuan Short Take Off Landing di landasan yang panjangnya kurang dari 800 meter dan tidak beraspal.
Dalam pemanfaatannya, pesawat N219 dapat digunakan dengan berbagai konfigurasi sesuai kebutuhan pengguna, baik untuk angkut penumpang, logistik, maupun medical evacuation dan flying doctor.
Pengembangan ekosistem kedirgantaraan di Bali merupakan langkah awal yang strategis dalam mensukseskan komersialisasi pesawat N219, terlebih dengan pengembangan lanjutan pesawat N219 versi basic menjadi versi amphibious yang akan dimulai pada awal tahun 2024 dengan dukungan penuh dari Bappenas, yang kemudian kedua versi pesawat tersebut akan memiliki peran penting dalam peningkatan konektivitas wilayah Bali, khususnya sebagai hub pariwisata Indonesia.
Sebagaimana rencana strategis yang diluncurkan oleh Kementerian PPN RI/Bappenas pada tahun 2021 untuk mengembangkan sektor ekonomi di Bali, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sebagai satu-satunya industri kedirgantaraan nasional mengambil perannya dalam pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan di Provinsi Bali dalam rangka mendukung Transformasi Ekonomi Kerthi Bali.
Kolaborasi pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan di Provinsi Bali tersebut dikukuhkan melalui penandatanganan dokumen Kesepakatan Bersama oleh Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, Pj. Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana dan Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan di Gedung Wisma Sabha, Kantor Gubernur Bali (16/2).
Bali merupakan wilayah kedua dimana PTDI diberikan kesempatan oleh Bappenas untuk berpartisipasi dalam program transformasi ekonomi nasional melalui optimalisasi pemanfaatan pesawat N219 produksi PTDI setelah sebelumnya di Kepulauan Riau, dimana untuk pengembangan ekosistem industri dirgantara di Bali kali ini akan dimulai dengan mengusung konsep Aviation Training Tourism.
“Kegiatan ini akan memberikan nilai tambah bagi Provinsi Bali, khususnya dalam mendorong penciptaan lapangan kerja yang diharapkan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi Bali, serta yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan kualitas SDM, khususnya dalam bidang high-tech aviation,” jelas Gita Amperiawan, Direktur Utama PTDI.
Pada kesempatan ini, PTDI yang diwakili Direktur Niaga, Teknologi & Pengembangan, Moh Arif Faisal juga tanda tangani kesepakatan kerja sama pengembangan pusat pelatihan kedirgantaraan dengan Bali International Flight Academy (BIFA); pembangunan fasilitas MRO untuk pesawat terbang dengan PT Mulya Sejahtera Technology (MS Tech); pembangunan fasilitas MRO untuk engine & propulsi pesawat terbang dengan Anak Perusahaannya, dalam hal ini PT Nusantara Turbin & Propulsi (PT NTP); dan pengembangan tourism flight di Bali dengan PT Wisarada Sarana Aviasi (Wise Air).
Adapun N219 merupakan pesawat terbang 100% buatan anak bangsa, hasil kerja sama PTDI dengan Badan Riset & Inovasi Nasional (sebelumnya LAPAN) yang pada tanggal 16 Agustus 2017 telah melakukan uji terbang perdana dan pada tanggal 10 November 2017 diberi nama “Nurtanio” oleh Presiden RI, Joko Widodo, hingga akhirnya berhasil memperoleh Type Certificate (TC) pada tanggal 22 Desember 2020 yang diterbitkan oleh Direktorat Kelaikudaraan & Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU), Kementerian Perhubungan RI, dengan nilai TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) sebesar 44,69% yang kemudian akan terus ditingkatkan, sehingga dapat memberikan dampak pertumbuhan (spin-over) terhadap ekosistem industri dalam negeri, termasuk industri di daerah, salah satunya dalam hal pengoperasian maupun kegiatan maintenance/pemeliharaan pesawat.
Pesawat komuter kategori CASR 23, N219 dikembangkan secara khusus untuk dapat mendukung pembangunan konektivitas dan aksesbilitas daerah 3TP (Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan) dengan kemampuan Short Take Off Landing di landasan yang panjangnya kurang dari 800 meter dan tidak beraspal.
Dalam pemanfaatannya, pesawat N219 dapat digunakan dengan berbagai konfigurasi sesuai kebutuhan pengguna, baik untuk angkut penumpang, logistik, maupun medical evacuation dan flying doctor.
Pengembangan ekosistem kedirgantaraan di Bali merupakan langkah awal yang strategis dalam mensukseskan komersialisasi pesawat N219, terlebih dengan pengembangan lanjutan pesawat N219 versi basic menjadi versi amphibious yang akan dimulai pada awal tahun 2024 dengan dukungan penuh dari Bappenas, yang kemudian kedua versi pesawat tersebut akan memiliki peran penting dalam peningkatan konektivitas wilayah Bali, khususnya sebagai hub pariwisata Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.