Ilustrasi pasukan Filipina ☆
Presiden Filipina Rodrigo Duterte dilaporkan telah mengumumkan darurat militer di wilayah Mindanao, Filipina Selatan. Pengumuman ini datang setelah adanya pertempuran besar-besaran antara tentara Filipina dan kelompok milisi Abu Sayyaf, kemarin.
Menurut juru bicara Kepresidenan Filipina, Ernesto Abella, darurat militer itu akan berlangsung selama 60 hari ke depan dan mulai berlaku saat Duterte mengumumkan hal tersebut.
"Presiden Duterte telah mengumumkan darurat militer untuk seluruh pulau Mindanao. Hal ini dimungkinkan atas dasar adanya pemberontakan," kata Abela dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Jazeera pada Rabu (24/5).
Sementara itu, menurut Menteri Luar Negeri Filipina, Alan Peter Cayetano, Duterte memutuskan untuk mempersingkat kunjungannya ke Rusia. "Presiden merasa ia dibutuhkan di Manila sesegera mungkin," kata Alan.
Terkait dengan pertempuran yang berlangsung kemarin, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan, dua tentara dan satu petugas polisi tewas dalam baku tembak di kota Marawi, 816 km selatan Manila. 12 orang tentara lainnya terluka akibat pertempuran ini.
Lorenzana menuturkan, pertempuran terjadi setelah kelompok milisi melakukan serangan terhadap basis tentara di Marawi. Selain menyerang basis tentara, penyerang juga membakar sebuah gereja Katolik, penjara kota, dan dua sekolah, serta menduduki jalan-jalan utama dan dua jembatan menuju kota.
"Orang-orang bersenjata juga menduduki balai kota, sebuah rumah sakit yang dikelola pemerintah, dan merupakan bagian dari sebuah universitas. Seluruh kota Marawi gelap gulita, tidak ada cahaya dan ada sniper di seluruh sudut kota," tukasnya. (esn)
RI Berharap Status Darurat Militer Filipina Tak Pengaruhi Sandera WNI
Direktur Perlindungan Warga Negara dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal berharap darurat militer yang berlaku di Mindanao tidak mempengaruhi sandera WNI di sana. Setidaknya ada tujuh orang yang masih menjadi sandera kelompok milisi di Filipina Selatan.
"Kondisi di Mindanao secara umum normal. Pertempuran terkonsentrasi di sekitar Marawi. Marawi bukan daerah konsentrasi WNI. Daurat militer hanya diberlakukan di Mindanao saja. Sejak beberapa bulan lalu KJRI Davao sudah mengeluarkan seruan kepada WNI di Filipina Selatan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap situasi keamanan. Seruan tersebut belum dicabut," kata Iqbal
"Sejauh ini tujuh sandera dalam keadaan baik. Komunikasi dan upaya pembebasan terus berlangsung. Harapan kita status darurat militer di Mindanao ini tidak mempengaruhi kondisi para sandera WNI," sambungnya melalui pesan singkat kepada wartawan pada Rabu (24/5).
Sebelumnya diwartakan, juru bicara kepresidenan Ernesto Abella, darurat militer itu akan berlangsung selama 60 hari ke depan. Pengumuman ini datang setelah adanya pertempuran besar-besaran antara tentara Filipina dan kelompok milisi Abu Sayyaf, kemarin.
"Presiden Duterte telah mengumumkan darurat militer untuk seluruh pulau Mindanao. Hal ini dimungkinkan atas dasar adanya pemberontakan," kata Abela dalam sebuah pernyataan. (esn)
Presiden Filipina Rodrigo Duterte dilaporkan telah mengumumkan darurat militer di wilayah Mindanao, Filipina Selatan. Pengumuman ini datang setelah adanya pertempuran besar-besaran antara tentara Filipina dan kelompok milisi Abu Sayyaf, kemarin.
Menurut juru bicara Kepresidenan Filipina, Ernesto Abella, darurat militer itu akan berlangsung selama 60 hari ke depan dan mulai berlaku saat Duterte mengumumkan hal tersebut.
"Presiden Duterte telah mengumumkan darurat militer untuk seluruh pulau Mindanao. Hal ini dimungkinkan atas dasar adanya pemberontakan," kata Abela dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Jazeera pada Rabu (24/5).
Sementara itu, menurut Menteri Luar Negeri Filipina, Alan Peter Cayetano, Duterte memutuskan untuk mempersingkat kunjungannya ke Rusia. "Presiden merasa ia dibutuhkan di Manila sesegera mungkin," kata Alan.
Terkait dengan pertempuran yang berlangsung kemarin, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan, dua tentara dan satu petugas polisi tewas dalam baku tembak di kota Marawi, 816 km selatan Manila. 12 orang tentara lainnya terluka akibat pertempuran ini.
Lorenzana menuturkan, pertempuran terjadi setelah kelompok milisi melakukan serangan terhadap basis tentara di Marawi. Selain menyerang basis tentara, penyerang juga membakar sebuah gereja Katolik, penjara kota, dan dua sekolah, serta menduduki jalan-jalan utama dan dua jembatan menuju kota.
"Orang-orang bersenjata juga menduduki balai kota, sebuah rumah sakit yang dikelola pemerintah, dan merupakan bagian dari sebuah universitas. Seluruh kota Marawi gelap gulita, tidak ada cahaya dan ada sniper di seluruh sudut kota," tukasnya. (esn)
RI Berharap Status Darurat Militer Filipina Tak Pengaruhi Sandera WNI
Direktur Perlindungan Warga Negara dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal berharap darurat militer yang berlaku di Mindanao tidak mempengaruhi sandera WNI di sana. Setidaknya ada tujuh orang yang masih menjadi sandera kelompok milisi di Filipina Selatan.
"Kondisi di Mindanao secara umum normal. Pertempuran terkonsentrasi di sekitar Marawi. Marawi bukan daerah konsentrasi WNI. Daurat militer hanya diberlakukan di Mindanao saja. Sejak beberapa bulan lalu KJRI Davao sudah mengeluarkan seruan kepada WNI di Filipina Selatan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap situasi keamanan. Seruan tersebut belum dicabut," kata Iqbal
"Sejauh ini tujuh sandera dalam keadaan baik. Komunikasi dan upaya pembebasan terus berlangsung. Harapan kita status darurat militer di Mindanao ini tidak mempengaruhi kondisi para sandera WNI," sambungnya melalui pesan singkat kepada wartawan pada Rabu (24/5).
Sebelumnya diwartakan, juru bicara kepresidenan Ernesto Abella, darurat militer itu akan berlangsung selama 60 hari ke depan. Pengumuman ini datang setelah adanya pertempuran besar-besaran antara tentara Filipina dan kelompok milisi Abu Sayyaf, kemarin.
"Presiden Duterte telah mengumumkan darurat militer untuk seluruh pulau Mindanao. Hal ini dimungkinkan atas dasar adanya pemberontakan," kata Abela dalam sebuah pernyataan. (esn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.