RUU Industri Pertahanan Akan Pangkas Peran Agen
Jakarta
- Kementerian Pertahanan mengklaim jika disetujui dan disahkan menjadi
undang-undang, maka RUU Industri Pertahanan akan memangkas habis agen
dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) di Indonesia.
"Salah satu tujuannya memang untuk menghalangi agen yang merugikan
negara," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal
Hartind Asrin saat dihubungi oleh Tempo, Rabu, 19 September 2012.
Dia meminta masyarakat tidak langsung curiga dengan RUU ini. Sejumlah pihak misalnya mempersoalkan rencana pengalihan tanggungjawab pembinaan industri pertahanan, dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara menjadi ke Kementerian Pertahanan. Ada yang menganggap rencana itu akan membuka kembali peluang para purnawirawan TNI berbisnis. "Pengalihan itu hal yang wajar, orang militer lebih paham masalah-masalah militer," kata Hartind.
Hartind mengakui bahwa sejumlah pasal dalam RUU Industri Pertahanan masih perlu dibahas lebih lanjut. "Belum final, masih ada banyak masukan lain terkait hal itu," kata dia. RUU ini sendiri merupakan inisiatif DPR dan rencananya disahkan Desember 2012 depan.
Industri Pertahanan Memang Harus Dekat TNI
Jakarta
- Rencana pemerintah mengalihkan tanggung jawab pembinaan industri
pertahanan dari Kementerian BUMN ke Kementerian Pertahanan dinilai
positif. Dengan perubahan ini, maka industri pertahanan tidak dibebani
kewajiban untuk menghasilkan profit dan dividen semata.
"Industri pertahanan harus dikembalikan pada bisnis intinya, dan tidak
boleh dibebani lini produksi lain," kata Andi Widjajanto, pengamat
pertahanan Universitas Indonesia, Rabu, 19 September 2012. Apalagi,
katanya, pasar untuk industri macam ini amat spesifik.
Andi kemudian mencontohkan bisnis PT. Pindad yang terpaksa mengembangkan produksi mobil listrik sebagai upaya menambah profit. "Jadi untuk memastikan industri pertahanan ada di jalur yang benar, pelibatan TNI memang dibutuhkan," kata dia.
Andi tak mempermasalahkan jika pasca pengalihan ke Kementerian Pertahanan, banyak jabatan komisaris di industri pertahanan ditempati para purnawirawan TNI. "Itu praktek yang banyak terjadi di seluruh dunia," ujarnya. Selama bukan perwira aktif, Andi menilai hal itu lazim saja.
Wacana pengalihan industri pertahanan ke Kementerian Pertahanan muncul pada Rancangan Undang-Undang Industri Pertahanan yang sedang dibahas di DPR. Sejumlah kalangan menilai rencana itu bakal mengembalikan TNI pada kegiatan bisnis, sesuatu yang sudah dilarang oleh UU TNI. [SUBKHAN]
(Tempo.Co)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.