KRI Klewang 625 |
Jakarta
– Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) meminta pemerintah
memperbanyak kapal-kapal cepat berpeluru kendali, termasuk KRI Klewang
untuk memperkuat pengamanan di wilayah perairan.
Namun,
kapal-kapal perang berukuran kecil tersebut harus ditopang dengan
sistem persenjataan yang canggih. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL)
Laksamana TNI Soeparno mengatakan, wilayah laut Indonesia yang sangat
luas memerlukan dukungan alat utama sistem senjata (alutsista) yang
banyak dan canggih. “Kita butuh banyak sekali kapal-kapal cepat seperti
Klewang,” ungkap Soeparno di Jakarta kemarin.
Namun,karena sekarang ini baru memiliki satu kapal kawal cepat rudal (KCR) dengan tiga lunas, penempatannya baru bisa dilakukan di Armada RI Wilayah Timur (Armatim).
Namun,karena sekarang ini baru memiliki satu kapal kawal cepat rudal (KCR) dengan tiga lunas, penempatannya baru bisa dilakukan di Armada RI Wilayah Timur (Armatim).
Dia
menyebut, KRI Klewang adalah kapal yang dari segi desain unik dengan
ada tiga lambung. Dengan tiga lambung itu, kapal ini memiliki stabilitas
yang tinggi saat menghadapi gelombang. Namun, biaya membuat kapal
tersebut juga mahal yakni mencapai Rp 114 miliar. Meski demikian,
Soeparno mengatakan, pengadaan kapal KCR akan terus dilakukan sehingga
jumlahnya lebih banyak lagi. Selain KRI Klewang, sebelumnya TNI AL juga
mendapat tambahan beberapa unit KCR yakni KRI Clurit dan KRI Kujang.
Guna
mendukung penambahan KCR, Kementerian Pertahanan telah bekerja sama
dengan pemerintah China untuk produksi peluru kendali (rudal) C-705.
Seluruh KRI akan dilengkapi dengan rudal berkemampuan jelajah hingga 140
kilometer itu. TNI AL juga sudah dua kali melakukan uji coba rudal ini.
Hasilnya
cukup memuaskan untuk dipilih sebagai senjata kapal KCR. Menurut Menhan
Purnomo Yusgiantoro, dengan produksi sendiri rudal, kemampuan
persenjataan akan meningkat cukup signifikan. ●fefy dwi haryanto
Indonesia Butuh Banyak Kapal Cepat Rudal
Jakarta -
Indonesia membutuhkan banyak kapal cepat rudal (KCR) untuk mengimbangi
wilayah laut yang begitu luas dan daratan yang tersebar. Keberadaan KCR
dinilai mampu mempermudah TNI maupun para pengelola keamanan di laut
untuk mengamankan wilayah maritim Indonesia. "Kita butuh banyak sekali
kapal-kapal cepat seperti KRI Klewang," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal)
Laksamana TNI Soeparno, di Jakarta, Minggu (16/9).
KRI
Klewang, tambah dia, merupakan KCR buatan asli Indonesia yang memiliki
bentuk unik. Kapal ini juga banyak dipuji sebagai kapal siluman yang
memiliki kecepatan tinggi dan mampu menembus ombak besar karena memiliki
tiga lambung. Tak heran jika biaya pembuatan satu pesawat ini mencapai
114 miliar rupiah.
Menurut dia, produk buatan PT Lundin
Industry Invest ini juga merupakan kapal yang berpeluru kendali dan
berguna untuk menjaga perbatasan dan potensi laut di Indonesia. Saat ini
TNI baru membeli satu KRI Klewang untuk ditempatkan di Armada RI
Kawasan Timur. Meski demikian, Soeparno menuturkan, pengadaan kapal KCR
akan terus dilakukan sehingga jumlahnya lebih banyak lagi. Selain KRI
Klewang, TNI AL juga mendapat tambahan beberapa unit KCR, yakni KRI
Clurit dan KRI Kujang. Total KCR yang saat ini dimiliki TNI AL tak
lebih dari 10 unit yang masing-masing berukuran 40 meter.
Idealnya 35 Unit
KRI Clurit 641 |
Kepala
Dinas Penerangan TNI AL Laksma Untung Suropati mengatakan, idealnya
Indonesia membutuhkan 35 unit KCR. "Perairan Indonesia cocok untuk
pengoperasian KCR, terutama di wilayah barat karena cukup dangkal,"
jelasnya. Guna mendukung penambahan KCR, Kementerian Pertahanan telah
bekerja sama dengan China untuk produksi peluru kendali (rudal) C-705.
Nantinya
seluruh KRI akan dilengkapi dengan rudal berkemampuan jelajah hingga
140 kilometer itu. TNI AL sudah dua kali melakukan uji coba rudal ini.
Hasilnya cukup memuaskan untuk dipilih sebagai senjata kapal KCR.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, dengan produksi
sendiri rudal, kemampuan persenjataan akan meningkat cukup signifikan.
"Kalau
bisa produksi dalam negeri. Kami akan memasang rudal-rudal itu di
daerah perbatasan untuk pengamanan," ujarnya. KCR ini berbahan dasar
komposit serat karbon yang tercatat lebih ringan, dan 20 kali lebih kuat
dari baja ini memiliki panjang keseluruhan (length overall) 62,53
meter, lenght on waterline 60,7 meter, water draft 1,17 meter, beam
overall 16 meter, bobot mati 53,1 ton.
Kapal ini
digerakkan oleh 4 unit mesin penggerak pokok ini, didesain sebagai kapal
siluman (stealth) canggih yang dapat melaju dengan kecepatan tinggi.
Kehebatan kapal ini mampu menembus ombak setinggi 6 meter.
Pada
acara peluncuran tersebut, Wakil Asisten Logistik Kasal, Laksma TNI
Sayid Anwar menyatakan, bahwa momentum peluncuran kapal perang KCR
pertama X3K Trimaran Class ini diharapkan akan menjadi titik awal
pembangunan kapal sejenis yang akan mampu meningkatkan kemampuan TNI AL,
sehingga menjadi salah satu kekuatan yang disegani. "Selain itu, juga
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan industri militer dalam negeri,"
tambahnya. [nsf/P-3]
Terbakarnya KRI Klewang harus dijadikan pelajaran agar tdk terulang lagi kebakaran KRI produksi dalam negeri. Penguasaan teknologi serat karbon harus lebih mumpuni shg dpt diketahui kelebihan dan kekurangannya. kehandalan persenjataan terutama sistem elektroniknya harus canggih shg dapat memenangkan setiap perang elektronik.
BalasHapus