Pergantian KSAD Efek dari Manuver Politik Selama Pilpres? Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letjen Budiman (kiri) dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko sesaat setelah dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jumat (30/8/2013).
Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman direncanakan diganti dalam waktu dekat ini. Pergantian Budiman ini disinyalir akibat dari politik di tubuh TNI. Pergantian itu dinilai akan memiliki efek domino pergantian perwira lainnya.
"Pergantian mendadak Jenderal Budiman yang baru akan memasuki pensiun pada akhir September 2014 mendatang di tengah proses klimaks tahun politik menyisakan tanda tanya besar di masyarakat," sebut pakar politik dan pemerintahan Universitas Padjadjaran (Unpad), Muradi, dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (21/7/2014).
Muradi menduga pergantian ini adalah buntut dari perbedaan prinsip Panglima TNI Jenderal Moeldoko dengan KSAD Jenderal Budiman dalam melihat adanya anggota babinsa yang dianggap tidak netral dalam pemilu dan hal itu terbuka di masyarakat.
Adapun Muradi menceritakan, budaya pergantian dalam tubuh TNI selama ini biasanya dilakukan karena empat hal, yakni pertama, karena dianggap berhasil menjalankan tugas sehingga naik jabatan atau kepangkatan. Kedua, karena dianggap gagal dan diberhentikan di tengah jalan. Ketiga, karena alasan tour of duty sehingga pergantian adalah keniscayaan dan, yang keempat, karena alasan penyegaran dan kaderisasi.
"Pada kasus pergantian Budiman dapat dilihat pada dua alasan, yakni karena dianggap gagal dan alasan penyegaran. Kegagalan Budiman dianggap karena manuver tentang babinsa yang menggalang dukungan untuk salah satu calon. Budiman juga dianggap condong ke salah satu calon pasangan," kata Muradi.
Muradi mengakui, meski sulit membuktikan dugaan itu, tetapi sudah menjadi isu yang berkembang di internal TNI. Apalagi, lanjut Muradi, kedekatan Budiman pada pasangan calon tidak seirama dengan visi politik Panglima TNI dan juga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Diingatkan Muradi, alasan penguat terkait kaderisasi disebabkan Budiman merupakan salah satu perwira tinggi era 70-an yang tersisa di pucuk pimpinan TNI. "Sehingga penting untuk adanya penyegaran," papar Muradi.
Lebih jauh, Muradi menilai hampir tidak ditemukan efek negatif bagi pemerintahan Yudhoyono untuk menuntaskan kurang dari tiga bulan pemerintahannya, kecuali diuntungkan karena TNI diasumsikan solid.
Muradi menekankan, problem psikologis Panglima TNI pada Budiman adalah karena masalah senioritas yang derajat tertentu menghambat proses tali komando yang lebih efektif.
Meski begitu, Muradi mengingatkan, harus juga dicermati bahwa pergantian Budiman juga akan berefek domino dengan melakukan pergantian pada sejumlah posisi strategis yang diduduki oleh perwira yang dekat dengan Budiman dan atau yang memiliki visi politik berbeda dengan Panglima TNI dan Presiden Yudhoyono.
"Beberapa jabatan yang berpotensi diganti adalah Pangkostrad, kepala dinas penerangan TNI AD, serta sejumlah pangdam yang dianggap tidak mampu menjaga suara pemenangan capres yang disinyalir disokong oleh Presiden Yudhoyono," tutup Muradi.Tak Ada Korelasi Pergantian KSAD dan Pengumuman PilpresPanglima TNI Jenderal Moeldoko (dua dari kanan) beserta Kepala Staf Angkatan Laut Jenderal (TNI) Laksamana TNI Marsetio (kiri), Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal (TNI) Budiman (dua dari kiri), dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menghadiri apel siaga dalam rangka pengamanan Pilpres 2014 di Lapangan Markas Besar TNI Angkatan Darat, Jakarta, Selasa (22/7/2014).
Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan bahwa pergantian Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Budiman tidak berkaitan dengan rencana pengumuman hasil rekapitulasi suara Pemilu Presiden 2014 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (22/7/2014).
"Tidak ada korelasinya, kadang-kadang yang mengartikan wartawan. Kalau kami semua hari baik tidak ada yang jelek, kebetulan akan pengumuman hasil pilpres. Bagi TNI, itu kegiatan berbeda, antara kegiatan pengumuman hasil pilpres yang berhubungan dengan politik dan penggantian KSAD yang merupakan kepentingan organisasi," kata Moeldoko seusai apel siaga dalam rangka pengamanan Pilpres 2014 di Markas Besar TNI AD, Selasa pagi.
Moeldoko menambahkan, alasan utama pergantian Budiman lantaran dalam waktu dekat Budiman akan segera memasuki masa pensiun dari anggota TNI. Untuk itu, perlu disiapkan pengganti untuk proses regenerasi kepemimpinan di TNI AD.
"Alasan pertama kepentingan organisasi, khususnya regenerasi, karena Bapak Budiman akan pensiun. Tidak ada yang spesial dan luar biasa," ujarnya.
Kabar tentang penggantian Budiman itu telah beredar pada Senin kemarin. Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayor Jenderal TNI Fuad Basya menyebutkan, tugas Budiman akan habis pada dua bulan lagi atau sekitar bulan September (baca: Panglima TNI Dipanggil Presiden Siapkan Pengganti KSAD).Panglima TNI Anggap Biasa Rencana Pergantian KSADPanglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku belum mengetahui kepastian pergantian Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) yang kini dijabat Jenderal TNI Budiman. Menurut Moeldoko, kemungkinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mengeluarkan surat keputusan pergantian KSAD hari ini.
"Mungkin hari ini akan keluar keputusan presiden," kata Moeldoko seusai apel siaga dalam rangka pengamanan Pilpres 2014 di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Selasa (22/7/2014).
Moeldoko menegaskan, tidak ada yang istimewa dalam proses pergantian jabatan di dalam tubuh TNI. Begitu pula, kata dia, dalam pergantian KSAD. Budiman semestinya baru pensiun pada September 2014.
"Kemarin Pak Parno pensiun dari KSAL setahun sebelumnya, lalu Pak Tedjo juga," katanya.
Ia memastikan bahwa pergantian Budiman tidak akan mengganggu perkembangan TNI AD ke depan. Pasalnya, TNI telah menyiapkan pengganti Budiman yang memiliki kemampuan baik. Nama-nama calon KSAD, kata Moeldoko, telah diserahkan kepada Presiden pada Senin (21/7/2014).
"TNI tersusun dalam rantai komando yang kuat. Jadi, kalau Panglima TNI dan kepala staf ganti setiap saat tidak masalah," ujarnya.
Ada tiga nama yang telah diajukan Moeldoko sebagai pengganti Budiman. Mereka adalah Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen Gatot Nurmatyo, Wakil KSAD Letjen M Munir, dan Sekjen Dewan Ketahanan Nasional Letjen Waris.KSAD: Saya Kesatria dan Bukan PengkhianatKasad Letjen Budiman
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman membantah isu bahwa rencana diberhentikan dirinya sebagai KSAD lantaran terindikasi terlibat politik praktis. Budiman memastikan dirinya tidak pernah terlibat politik, khususnya pada Pemilu Presiden 2014.
"Tidak sama sekali. Saya tidak pernah melakukan hal-hal itu. Saya adalah kesatria dan bukan tipe pengkhianat. Saya hanya berjalan di garis yang lurus dan benar, itu saja," ucap Budiman seusai apel siaga dalam rangka pengamanan Pilpres 2014 di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Selasa (22/7/2014).
Budiman enggan menjelaskan ihwal rencana pergantian KSAD yang terkesan mendadak. Budiman baru akan memasuki masa pensiun pada September 2014.
"Saya belum tahu apa-apa. Itu baru penyampaian berita oleh Panglima TNI dan belum ada surat apa-apa. Tidak tahulah pokoknya," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjukkan kemarahannya di hadapan 200 perwira tinggi TNI/Polri dalam pertemuan di Kementerian Pertahanan, Senin (2/6/2014). Presiden menyebut, ada jenderal aktif yang tidak netral menghadapi Pilpres 2014. Presiden berkali-kali menggelengkan kepalanya.
Informasi tersebut, ungkap Presiden, bukanlah fitnah belaka lantaran dirinya sudah meminta agar informasi itu benar-benar dicek kebenarannya. Dari informasi itu, Presiden juga menyindir adanya jenderal aktif yang tidak lagi loyal kepada Presiden sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata.
"Bahkan, ditambahkan, tidak perlu mendengar Presiden kalian. Kan itu Presiden 'kapal karam', lebih baik cari presiden baru yang bersinar. Dalam negeri yang kita cintai, kata-kata ajakan seperti itu hanyalah sebuah godaan," ucap Presiden.Presiden SBY Sudah Tunjuk KSAD BaruPresiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama KSAD (ketika itu) Jendral Moeldoko
Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah mempertimbangkan nama calon Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang baru. Julian menyebut Presiden sudah menunjuk pengganti dari Jenderal Budiman.
"Presiden telah menyetujui usulan pemberhentian dari Panglima TNI dan menunjuk KSAD yang baru," kata Julian dalam pesan singkat yang diterima wartawan, Selasa (22/7/2014) siang.
Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI M Fuad Basya menyebut ada tiga nama calon KSAD. Mereka semua berasal dari jenderal bintang tiga.
"Ada tiga nama yang diajukan, yaitu Letjen Gatot Nurmatyo, Letjen M Munir, dan Letjen Waris," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI M Fuad Basya kepada wartawan, Senin malam.
Untuk diketahui, Letjen Gatot Nurmatyo saat ini tengah menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), sedangkan Letjen M Munir kini menjabat sebagai Wakil KSAD. "Letjen Waris menjabat sebagai Sekjen Dewan Ketahanan Nasional," ujarnya.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dipanggil menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Senin (21/7/2014) sore. Ketika itu, Presiden meminta Moeldoko segera memberikan nama-nama calon pengganti KSAD.
Pencopotan ini sempat mengundang spekulasi soal pernyataan SBY di hadapan perwira tinggi TNI soal adanya upaya menyeret jenderal aktif ke dunia politik pada Senin (2/6/2014).
Budiman sudah membantah jika ucapan Presiden itu diarahkan kepadanya. Ia menegaskan tidak pernah terlibat politik praktis.
Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman direncanakan diganti dalam waktu dekat ini. Pergantian Budiman ini disinyalir akibat dari politik di tubuh TNI. Pergantian itu dinilai akan memiliki efek domino pergantian perwira lainnya.
"Pergantian mendadak Jenderal Budiman yang baru akan memasuki pensiun pada akhir September 2014 mendatang di tengah proses klimaks tahun politik menyisakan tanda tanya besar di masyarakat," sebut pakar politik dan pemerintahan Universitas Padjadjaran (Unpad), Muradi, dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (21/7/2014).
Muradi menduga pergantian ini adalah buntut dari perbedaan prinsip Panglima TNI Jenderal Moeldoko dengan KSAD Jenderal Budiman dalam melihat adanya anggota babinsa yang dianggap tidak netral dalam pemilu dan hal itu terbuka di masyarakat.
Adapun Muradi menceritakan, budaya pergantian dalam tubuh TNI selama ini biasanya dilakukan karena empat hal, yakni pertama, karena dianggap berhasil menjalankan tugas sehingga naik jabatan atau kepangkatan. Kedua, karena dianggap gagal dan diberhentikan di tengah jalan. Ketiga, karena alasan tour of duty sehingga pergantian adalah keniscayaan dan, yang keempat, karena alasan penyegaran dan kaderisasi.
"Pada kasus pergantian Budiman dapat dilihat pada dua alasan, yakni karena dianggap gagal dan alasan penyegaran. Kegagalan Budiman dianggap karena manuver tentang babinsa yang menggalang dukungan untuk salah satu calon. Budiman juga dianggap condong ke salah satu calon pasangan," kata Muradi.
Muradi mengakui, meski sulit membuktikan dugaan itu, tetapi sudah menjadi isu yang berkembang di internal TNI. Apalagi, lanjut Muradi, kedekatan Budiman pada pasangan calon tidak seirama dengan visi politik Panglima TNI dan juga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Diingatkan Muradi, alasan penguat terkait kaderisasi disebabkan Budiman merupakan salah satu perwira tinggi era 70-an yang tersisa di pucuk pimpinan TNI. "Sehingga penting untuk adanya penyegaran," papar Muradi.
Lebih jauh, Muradi menilai hampir tidak ditemukan efek negatif bagi pemerintahan Yudhoyono untuk menuntaskan kurang dari tiga bulan pemerintahannya, kecuali diuntungkan karena TNI diasumsikan solid.
Muradi menekankan, problem psikologis Panglima TNI pada Budiman adalah karena masalah senioritas yang derajat tertentu menghambat proses tali komando yang lebih efektif.
Meski begitu, Muradi mengingatkan, harus juga dicermati bahwa pergantian Budiman juga akan berefek domino dengan melakukan pergantian pada sejumlah posisi strategis yang diduduki oleh perwira yang dekat dengan Budiman dan atau yang memiliki visi politik berbeda dengan Panglima TNI dan Presiden Yudhoyono.
"Beberapa jabatan yang berpotensi diganti adalah Pangkostrad, kepala dinas penerangan TNI AD, serta sejumlah pangdam yang dianggap tidak mampu menjaga suara pemenangan capres yang disinyalir disokong oleh Presiden Yudhoyono," tutup Muradi.Tak Ada Korelasi Pergantian KSAD dan Pengumuman PilpresPanglima TNI Jenderal Moeldoko (dua dari kanan) beserta Kepala Staf Angkatan Laut Jenderal (TNI) Laksamana TNI Marsetio (kiri), Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal (TNI) Budiman (dua dari kiri), dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menghadiri apel siaga dalam rangka pengamanan Pilpres 2014 di Lapangan Markas Besar TNI Angkatan Darat, Jakarta, Selasa (22/7/2014).
Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan bahwa pergantian Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Budiman tidak berkaitan dengan rencana pengumuman hasil rekapitulasi suara Pemilu Presiden 2014 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (22/7/2014).
"Tidak ada korelasinya, kadang-kadang yang mengartikan wartawan. Kalau kami semua hari baik tidak ada yang jelek, kebetulan akan pengumuman hasil pilpres. Bagi TNI, itu kegiatan berbeda, antara kegiatan pengumuman hasil pilpres yang berhubungan dengan politik dan penggantian KSAD yang merupakan kepentingan organisasi," kata Moeldoko seusai apel siaga dalam rangka pengamanan Pilpres 2014 di Markas Besar TNI AD, Selasa pagi.
Moeldoko menambahkan, alasan utama pergantian Budiman lantaran dalam waktu dekat Budiman akan segera memasuki masa pensiun dari anggota TNI. Untuk itu, perlu disiapkan pengganti untuk proses regenerasi kepemimpinan di TNI AD.
"Alasan pertama kepentingan organisasi, khususnya regenerasi, karena Bapak Budiman akan pensiun. Tidak ada yang spesial dan luar biasa," ujarnya.
Kabar tentang penggantian Budiman itu telah beredar pada Senin kemarin. Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayor Jenderal TNI Fuad Basya menyebutkan, tugas Budiman akan habis pada dua bulan lagi atau sekitar bulan September (baca: Panglima TNI Dipanggil Presiden Siapkan Pengganti KSAD).Panglima TNI Anggap Biasa Rencana Pergantian KSADPanglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku belum mengetahui kepastian pergantian Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) yang kini dijabat Jenderal TNI Budiman. Menurut Moeldoko, kemungkinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mengeluarkan surat keputusan pergantian KSAD hari ini.
"Mungkin hari ini akan keluar keputusan presiden," kata Moeldoko seusai apel siaga dalam rangka pengamanan Pilpres 2014 di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Selasa (22/7/2014).
Moeldoko menegaskan, tidak ada yang istimewa dalam proses pergantian jabatan di dalam tubuh TNI. Begitu pula, kata dia, dalam pergantian KSAD. Budiman semestinya baru pensiun pada September 2014.
"Kemarin Pak Parno pensiun dari KSAL setahun sebelumnya, lalu Pak Tedjo juga," katanya.
Ia memastikan bahwa pergantian Budiman tidak akan mengganggu perkembangan TNI AD ke depan. Pasalnya, TNI telah menyiapkan pengganti Budiman yang memiliki kemampuan baik. Nama-nama calon KSAD, kata Moeldoko, telah diserahkan kepada Presiden pada Senin (21/7/2014).
"TNI tersusun dalam rantai komando yang kuat. Jadi, kalau Panglima TNI dan kepala staf ganti setiap saat tidak masalah," ujarnya.
Ada tiga nama yang telah diajukan Moeldoko sebagai pengganti Budiman. Mereka adalah Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen Gatot Nurmatyo, Wakil KSAD Letjen M Munir, dan Sekjen Dewan Ketahanan Nasional Letjen Waris.KSAD: Saya Kesatria dan Bukan PengkhianatKasad Letjen Budiman
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman membantah isu bahwa rencana diberhentikan dirinya sebagai KSAD lantaran terindikasi terlibat politik praktis. Budiman memastikan dirinya tidak pernah terlibat politik, khususnya pada Pemilu Presiden 2014.
"Tidak sama sekali. Saya tidak pernah melakukan hal-hal itu. Saya adalah kesatria dan bukan tipe pengkhianat. Saya hanya berjalan di garis yang lurus dan benar, itu saja," ucap Budiman seusai apel siaga dalam rangka pengamanan Pilpres 2014 di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Selasa (22/7/2014).
Budiman enggan menjelaskan ihwal rencana pergantian KSAD yang terkesan mendadak. Budiman baru akan memasuki masa pensiun pada September 2014.
"Saya belum tahu apa-apa. Itu baru penyampaian berita oleh Panglima TNI dan belum ada surat apa-apa. Tidak tahulah pokoknya," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjukkan kemarahannya di hadapan 200 perwira tinggi TNI/Polri dalam pertemuan di Kementerian Pertahanan, Senin (2/6/2014). Presiden menyebut, ada jenderal aktif yang tidak netral menghadapi Pilpres 2014. Presiden berkali-kali menggelengkan kepalanya.
Informasi tersebut, ungkap Presiden, bukanlah fitnah belaka lantaran dirinya sudah meminta agar informasi itu benar-benar dicek kebenarannya. Dari informasi itu, Presiden juga menyindir adanya jenderal aktif yang tidak lagi loyal kepada Presiden sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata.
"Bahkan, ditambahkan, tidak perlu mendengar Presiden kalian. Kan itu Presiden 'kapal karam', lebih baik cari presiden baru yang bersinar. Dalam negeri yang kita cintai, kata-kata ajakan seperti itu hanyalah sebuah godaan," ucap Presiden.Presiden SBY Sudah Tunjuk KSAD BaruPresiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama KSAD (ketika itu) Jendral Moeldoko
Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah mempertimbangkan nama calon Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang baru. Julian menyebut Presiden sudah menunjuk pengganti dari Jenderal Budiman.
"Presiden telah menyetujui usulan pemberhentian dari Panglima TNI dan menunjuk KSAD yang baru," kata Julian dalam pesan singkat yang diterima wartawan, Selasa (22/7/2014) siang.
Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI M Fuad Basya menyebut ada tiga nama calon KSAD. Mereka semua berasal dari jenderal bintang tiga.
"Ada tiga nama yang diajukan, yaitu Letjen Gatot Nurmatyo, Letjen M Munir, dan Letjen Waris," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI M Fuad Basya kepada wartawan, Senin malam.
Untuk diketahui, Letjen Gatot Nurmatyo saat ini tengah menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), sedangkan Letjen M Munir kini menjabat sebagai Wakil KSAD. "Letjen Waris menjabat sebagai Sekjen Dewan Ketahanan Nasional," ujarnya.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dipanggil menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Senin (21/7/2014) sore. Ketika itu, Presiden meminta Moeldoko segera memberikan nama-nama calon pengganti KSAD.
Pencopotan ini sempat mengundang spekulasi soal pernyataan SBY di hadapan perwira tinggi TNI soal adanya upaya menyeret jenderal aktif ke dunia politik pada Senin (2/6/2014).
Budiman sudah membantah jika ucapan Presiden itu diarahkan kepadanya. Ia menegaskan tidak pernah terlibat politik praktis.
★ Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.