AS Memulai Perang dengan Membunuh SoleimaniJenderal Qassem Soleimani, kepala Pasukan Quds IRGC Iran. [Foto/REUTERS] ☆
Duta Besar (Dubes) Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi mengatakan Amerika Serikat (AS) memulai perang militer melawan Republik Islam Iran dengan membunuh Jenderal Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.
"Tadi malam (kemarin pagi waktu Baghdad), mereka (Amerika Serikat) memulai perang militer dengan membunuh, dengan aksi teror terhadap salah satu jenderal utama kami. Jadi apa lagi yang bisa diharapkan dari Iran? Kami tidak bisa hanya diam saja. Kami harus bertindak dan kami akan bertindak," kata Ravanchi kepada CNN.
Menggemakan pernyataan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, diplomat Iran itu menjanjikan bahwa bahwa Amerika Serikat akan menghadapi pembalasan atas pembunuhan Jenderal Soleimani.
"Respons terhadap aksi militer adalah aksi militer. Oleh siapa? Kapan? Dimana? Itu buat masa depan untuk disaksikan," ujar Ravanchi yang dilansir Sabtu (4/1/2020).
Pada Jumat dini hari waktu Baghdad, Soleimani terbunuh oleh serangan udara pesawat nirawak AS di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak. Sekitar 11 orang lainnya, termasuk komandan milisi Syiah Irak Abu Mahdi al-Muhandis, juga tewas.
Presiden AS Donald Trump mengatakan Washington mengambil tindakan terhadap Soleimani untuk "menghentikan perang". Pentagon telah mengonfirmasi bahwa serangan mematikan itu atas perintah Presiden Trump.
Seorang penasihat Presiden Iran Hassan Rouhani, mengatakan Amerika Serikat sudah melewati "garis merah" dengan melakukan serangan itu.
Pembunuhan terhadap jenderal Iran itu semakin memanaskan ketegangan di Timur Tengah. Kedutaan Besar AS di Baghdad pada hari Jumat meminta warga AS untuk meninggalkan Irak sesegera mungkin.
Sementara itu, Dewan Keamanan Nasional Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya akan menanggapi kematian Soleimani "pada waktu dan tempat yang tepat".
4 Rudal Hellfire dan Tangan yang Putus
Gambar dari video serangan rudal Amerika Serikat yang menewaskan komandan Pasukan Quds IRGC Iran, Jenderal Qassem Soleimani, di Bandara Internasional Baghdad, Irak. Foto/Times of Israel
Jumat (3/1/2020) dini hari menjadi hari nahas bagi Jenderal Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.
Pada hari itulah, dia dan rombongannya mendarat di Bandara Internasional Baghdad, Irak, dan tak lama kemudian kovoi mobil mereka disambut dengan empat rudal AGM-114 Hellfire yang ditembakkan oleh drone MQ-9 Reaper Amerika Serikat (AS). Sang jenderal top Iran itu tewas dengan kondisi tubuh hancur dan teridentifikasi dari tangannya yang terputus.
Potongan tangan itu diketahui milik Soleimani karena ada cincin batu merah di jarinya. Foto-foto potongan tangan yang menyeramkan itu telah diunggah di media sosial oleh para pengguna media sosial. Sejumlah media, termasuk Times of Israel, pada Sabtu (4/1/2020) ikut merilis foto potongan tangan itu tanpa disensor. Rekan-rekan Soleimani yang juga tewas tak diketahui jasadnya.
Serangan horor itu bermula ketika Solemani mendarat di Bandara Internasional Baghdad dan disambut oleh seorang teman lama, komandan milisi Syiah Irak, Abu Mahdi al-Muhandis. Ketika sang jenderal mendarat di bandara, pesawat nirawak atau drone Amerika, MQ-9 Reaper, sudah berkeliaran bermil-mil di atas bandara.
Setelah turun dari pesawat, yang menurut pejabat keamanan Irak, tiba dari Suriah atau pun Lebanon, Soleimani dan Mohammed Ridha, seorang tokoh senior di pasukan paramiliter Hashy al-Shaabi, dibawa pergi dari bandara dengan dua mobil.
Ketika kendaraan menuju jalan akses bandara, drone Amerika melepaskan empat rudal AGM-114 Hellfire. Senjata yang secara harfiah bernama misil "Api Neraka" ini melenyapkan dua mobil dan orang-orang di dalamnya.
Rekaman video pengintaian yang ditayangkan di televisi Irak menunjukkan momen serangan, di mana ledakan besar terlihat ketika salah satu mobil dihantam misil AGM-114 Hellfire.
Menurut stasiun televisi pemerintah Iran, sepuluh orang tewas dalam ledakan itu, termasuk lima anggota IRGC Iran dan menantu Soleimani.
Seorang pejabat Hashy al-Shaabi mengatakan mereka tidak dapat menemukan jasad Muhandis.
Tidak akan sulit bagi AS untuk melacak Soleimani, yang sejak 1997 telah memimpin Pasukan Quds, cabang IRGC untuk operasi di luar negeri.
Tokoh Publik
Meskipun sudah lama kemunculannya selalu samar-samar, profil publik jenderal top Iran ini telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Dia pernah mengunjungi para milisi pro-Iran di Suriah dan sosoknya dianggap sebagai pahlawan nasional.
Dia tidak menyembunyikan diri atau tinggal di gua. Sebaliknya, dia secara rutin melakukan perjalanan secara terbuka di sekitar wilayah Timur Tengah. Bahkan, wajahnya terlihat penuh oleh sorotan media.
Tiga bulan lalu, dia memberikan wawancara untuk stasiun televisi Iran untuk pertama kalinya. Dalam wawancara itu, dia mengklaim bahwa pesawat Israel menargetkannya dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut selama Perang Lebanon II tahun 2006.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Jumat bahwa Soleimani adalah sosok yang bertanggung jawab atas pembunuhan dan melukai ribuan orang Amerika dan banyak lagi di wilayah Timur Tengah. "Dan berencana untuk membunuh lebih banyak lagi," katanya.
Soleimani memiliki pengaruh yang sangat besar di Irak, di mana pada bulan November AFP mengutip sumber-sumber setempat yang mengatakan bahwa ia telah memimpin pertemuan di Baghdad dan Najaf untuk menggalang para politisi Irak di tengah-tengah protes massa anti-pemerintah. Protes massa itu menentang pengaruh Iran di negara itu.
Banyak Warga AS Bakal Terbunuh usai Kematian Soleimani
Mantan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur CIA Mike Morell meramalkan bahwa kematian komandan Pasukan Quds Iran, Jenderal Qassem Soleimani, akan menelan "harga mahal". Dia memprediksi rezim Teheran akan balas dendam dan banyak warga sipil Amerika Serikat (AS) akan terbunuh.
Morell berspekulasi bahwa Iran tidak akan menyerang pasukan Amerika, tetapi sebaliknya akan melepaskan proksi-proksinya di wilayah Timur Tengah. "Akan ada orang-orang Amerika yang mati—warga sipil Amerika yang tewas sebagai akibat dari ini, mungkin selama beberapa hari ke depan—di tempat di mana Iran memiliki proksi," katanya kepada CBS yang dikutip Sabtu (4/1/2020).
"Irak adalah tempat yang paling mungkin, tetapi juga Lebanon, Bahrain, tempat-tempat lain di Timur Tengah," paparnya.
Morell pernah menjabat sebagai analis intelijen selama bertahun-tahun dan memainkan peran penting dalam administrasi dua presiden sebelumnya, yakni George W. Bush dan Barack Obama. Di bawah Obama, Morell menjabat sebagai wakil direktur CIA dan dua kali sebagai Plt Direktur CIA.
Seperti diberitakan sebelumnya, Jenderal Soleimani dan enam orang lainnya termasuk komandan milisi Syiah Irak tewas dalam serangan udara AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat dini hari.
Setelah serangan mematikan itu, Departemen Luar Negeri Amerika mendesak para warga AS untuk segera meninggalkan Irak. Desakan muncul setelah Pemimpin Teringgi Iran Ayatollah Ali Khamenei berjanji untuk melakukan "pembalasan yang keras" atas serangan itu. Janji balas dendam juga disampaikan Presiden Hassan Rouhani.
"Negara besar Iran akan membalas dendam atas kejahatan keji ini," tulis Rouhani di Twitter.
Presiden AS Donald Trump yang memerintahkan serangan AS telah membela keputusannya. "Jenderal Qassem Soleimani telah membunuh atau melukai ribuan orang Amerika selama periode waktu yang lama, dan berencana untuk membunuh lebih banyak lagi," kata Trump.
"Dia secara langsung dan tidak langsung bertanggung jawab atas kematian jutaan orang," katanya.
Morell mengakui bahwa dunia menjadi lebih baik tanpa Soleimani, tetapi pembunuhan itu mengindikasikan bahwa keputusan Trump menciptakan perubahan dramatis dalam hubungan internasional.
"Ya, bagus dia pergi (Soleimani tewas), tetapi harganya sangat mahal," kata Morell kepada CBS. Dia menambahkan bahwa Iran kemungkinan akan melakukan serangan teroris yang membunuh seorang pejabat senior Amerika.
"Iran dan Hizbullah Lebanon—sekutu utama mereka—memiliki rencana darurat pada buku-buku untuk serangan teroris semacam itu. Jadi serangan teroris semacam itu dapat segera terjadi," ujarnya.
Morell juga meramalkan bahwa kematian Soleimani akan memberanikan kelompok garis keras Iran dan mengakhiri harapan untuk menjaga Irak dari senjata Iran.
Sekitar 5.200 tentara Amerika Serikat berbasis di Irak untuk melatih pasukan Irak dan membantu dalam memerangi militan kelompok ISIS. Kedutaan besar AS juga mengeluarkan peringatan keamanan untuk warga Amerika di Lebanon, Bahrain, Kuwait, dan Nigeria.
Amerika Serikat mengirim hampir 3.000 pasukan Angkatan Darat ke Timur Tengah sebagai bala bantuan setelah pembunuhan Jenderal Soleimani. Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo membela serangan itu dengan menyebutnya sebagai tindakan yang "sepenuhnya sah". Menurutnya, Soleimani menimbulkan ancaman segera terhadap AS dan kepentingannya di kawasan Timur Tengah.
"Ada serangan yang akan terjadi," kata Pompeo kepada Fox News. "Orkestra, motivator utama serangan itu, adalah Qassem Soleimani."
Gedung Putih tidak memberi tahu anggota parlemen sebelum serangan. Menteri Pertahanan Mark Esper baru memberi tahu Ketua DPR Nancy Pelosi tentang serangan itu tak lama sebelum Pentagon mengonfirmasi serangan itu.
Afghanistan Khawatir Ketegangan Meningkat
Afghanistan menyatakan keprihatinan atas kemungkinan peningkatan kekerasan di wilayah tersebut pasca serangan udara yang menewaskan Komandan Pasukan IRGC Iran, Letnan Jenderal Qassem Soleimani di sekitar bandara Baghdad. Karenanya, Afghanistan meminta Iran dan Amerika Serikat untuk mencegah meningkatnya eskalasi konflik.
"Hari ini, selama pembicaraan dengan Sekretaris Negara AS, saya sekali lagi menekankan bahwa tanah Afghanistan tidak boleh digunakan untuk melawan negara ketiga atau dalam konflik regional," tweet Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani pada Jumat (3/1) malam, setelah panggilan telepon dengan Mike Pompeo.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Kepala Eksekutif Afghanistan, Abdullah Abdullah mengatakan, ia berharap bahwa tak akan muncul dampak negatif terhadap Afghanistan pasca tewasnya Jenderal Soleimani. “Peristiwa baru-baru ini tidak akan berdampak negatif pada kerja sama antara teman-teman dan sekutu kita di Afghanistan," katanya.
Mantan presiden Afganistan Hamid Karzai juga mengungkapkan pendapatnya lewat Twitter. Ia menyerukan ketenangan di antara kedua negara. "Iran dan Afghanistan, meskipun kehadiran militer AS di Afghanistan, telah mempertahankan hubungan ramah dan persaudaraan," tulis Karzai pada hari Sabtu.
"Dalam menghadapi tantangan saat ini, kami berharap Iran akan melanjutkan pendekatan yang bijak dan bersahabat terhadap Afghanistan," lanjutnya. Washington adalah sekutu strategis Afghanistan, dengan AS memiliki kehadiran militer di negara itu selama hampir dua dekade. Sementara Iran telah bertahun-tahun menampung jutaan pengungsi Afghanistan.
Iran akan Seret AS ke Pengadilan Internasional
Jenazah Jenderal Soleimani dikelilingi warga Irak. [FOTO/Reuters]
Juru Bicara Kehakiman Iran, Gholamhossein Esmayeeli mengatakan, negaranya akan mengajukan gugatan terhadap Amerika Serikat (AS) di Pengadilan Internasional mengenai pembunuhan yang ditargetkan terhadap Komandan Pasukan IRGC, Letnan Jenderal Qassem Soleimani.
"Tindakan brutal ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan semua aturan internasional. Martir Soleimani adalah tamu resmi pejabat pemerintah Irak sebagai pejabat tinggi (Iran), dan negara asing telah melakukan kejahatan ini di Irak," kata Esmayeeli, Sabtu (4/1), seperti dikutip dari FARS.
"Tindakan kriminal pemerintah AS untuk martir Jenderal Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis dan rombongan mereka adalah tindakan teroris dari sudut pandang hukum dan contoh nyata terorisme negara," tambahnya.
Esmayeeli menggarisbawahi bahwa pengadilan, bersama dengan Kementerian Luar Negeri dan markas besar Hak Asasi Manusia akan mengajukan pengaduan terhadap AS di Pengadilan Internasional.
Soleimani menjadi martir dalam serangan pembunuhan yang ditargetkan oleh pesawat tak berawak AS di Bandara Internasional Baghdad pada Jumat (3/1) pagi. Soleimani telah mati syahid oleh pesawat AS, setelah upaya seumur hidup, kata IRGC.
Serangan udara itu juga membunuh Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) Irak, atau Hashad al-Shaabi. Kelompok media PMF mengatakan keduanya tewas dalam serangan udara Amerika yang menargetkan kendaraan mereka di jalan menuju bandara.
Seorang pejabat PMF mengatakan tujuh orang mati syahid oleh rudal yang ditembakkan oleh pesawat tanpa awak AS di Bandara Internasional Baghdad.
Serangan Roket Hantam Markas Pasukan AS di Baghdad
Serangan roket menghantam markas perumahan pasukan Amerika Serikat (AS) di Baghdad, Irak, Sabtu (4/1). Serangan ini terjadi satu hari setelah serangan udara AS yang menewaskan Komandan Pasukan IRGC, Letnan Jenderal Qassem Soleimani di sekitar bandara Baghdad.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, beberapa roket jatuh di dalam Zona Hijau Baghdad yang dijaga ketat, lingkungan Jadriya, dan pangkalan udara Balad yang menampung pasukan AS. Dua putaran mortir menghantam Zona Hijau dan dua roket menghantam pangkalan yang dihuni personel militer AS.
Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan akibat serangan roket ini. Zona Hijau adalah kantong keamanan tinggi, di mana kedutaan besar AS berada.
Koresponden Al Jazeera, Osama Bin Javaid melaporkan, tidak ada proyektil yang mendarat di dalam kedutaan AS. "Menurut pasukan keamanan Irak, proyektil mendarat di area perayaan di dalam Zona Hijau," katanya.
Sepasang roket Katyusha juga menghantam pangkalan udara Balad di utara Baghdad, tempat pasukan Amerika berpangkalan, kata sumber keamanan dan militer Irak. Sumber-sumber keamanan melaporkan sirene yang menggelegar dan mengatakan pesawat pengintai dikirim di atas pangkalan untuk menemukan sumber roket.
Kedutaan AS di Baghdad, serta 5.200 tentara Amerika yang ditempatkan di seluruh negeri, menghadapi serentetan serangan roket dalam beberapa bulan terakhir, yang ditudingkan Washington kepada Iran dan sekutunya di Irak.
Bulan lalu, satu serangan menewaskan seorang kontraktor AS yang bekerja di Irak utara, yang memicu serangan udara AS yang menewaskan 25 pejuang pro Iran. Ketegangan memuncak pada hari Jumat, ketika AS menyerang konvoi Jenderal Soleimani setelah ia keluar dari bandara Baghdad. (esn)
Duta Besar (Dubes) Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi mengatakan Amerika Serikat (AS) memulai perang militer melawan Republik Islam Iran dengan membunuh Jenderal Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.
"Tadi malam (kemarin pagi waktu Baghdad), mereka (Amerika Serikat) memulai perang militer dengan membunuh, dengan aksi teror terhadap salah satu jenderal utama kami. Jadi apa lagi yang bisa diharapkan dari Iran? Kami tidak bisa hanya diam saja. Kami harus bertindak dan kami akan bertindak," kata Ravanchi kepada CNN.
Menggemakan pernyataan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, diplomat Iran itu menjanjikan bahwa bahwa Amerika Serikat akan menghadapi pembalasan atas pembunuhan Jenderal Soleimani.
"Respons terhadap aksi militer adalah aksi militer. Oleh siapa? Kapan? Dimana? Itu buat masa depan untuk disaksikan," ujar Ravanchi yang dilansir Sabtu (4/1/2020).
Pada Jumat dini hari waktu Baghdad, Soleimani terbunuh oleh serangan udara pesawat nirawak AS di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak. Sekitar 11 orang lainnya, termasuk komandan milisi Syiah Irak Abu Mahdi al-Muhandis, juga tewas.
Presiden AS Donald Trump mengatakan Washington mengambil tindakan terhadap Soleimani untuk "menghentikan perang". Pentagon telah mengonfirmasi bahwa serangan mematikan itu atas perintah Presiden Trump.
Seorang penasihat Presiden Iran Hassan Rouhani, mengatakan Amerika Serikat sudah melewati "garis merah" dengan melakukan serangan itu.
Pembunuhan terhadap jenderal Iran itu semakin memanaskan ketegangan di Timur Tengah. Kedutaan Besar AS di Baghdad pada hari Jumat meminta warga AS untuk meninggalkan Irak sesegera mungkin.
Sementara itu, Dewan Keamanan Nasional Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya akan menanggapi kematian Soleimani "pada waktu dan tempat yang tepat".
4 Rudal Hellfire dan Tangan yang Putus
Gambar dari video serangan rudal Amerika Serikat yang menewaskan komandan Pasukan Quds IRGC Iran, Jenderal Qassem Soleimani, di Bandara Internasional Baghdad, Irak. Foto/Times of Israel
Jumat (3/1/2020) dini hari menjadi hari nahas bagi Jenderal Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.
Pada hari itulah, dia dan rombongannya mendarat di Bandara Internasional Baghdad, Irak, dan tak lama kemudian kovoi mobil mereka disambut dengan empat rudal AGM-114 Hellfire yang ditembakkan oleh drone MQ-9 Reaper Amerika Serikat (AS). Sang jenderal top Iran itu tewas dengan kondisi tubuh hancur dan teridentifikasi dari tangannya yang terputus.
Potongan tangan itu diketahui milik Soleimani karena ada cincin batu merah di jarinya. Foto-foto potongan tangan yang menyeramkan itu telah diunggah di media sosial oleh para pengguna media sosial. Sejumlah media, termasuk Times of Israel, pada Sabtu (4/1/2020) ikut merilis foto potongan tangan itu tanpa disensor. Rekan-rekan Soleimani yang juga tewas tak diketahui jasadnya.
Serangan horor itu bermula ketika Solemani mendarat di Bandara Internasional Baghdad dan disambut oleh seorang teman lama, komandan milisi Syiah Irak, Abu Mahdi al-Muhandis. Ketika sang jenderal mendarat di bandara, pesawat nirawak atau drone Amerika, MQ-9 Reaper, sudah berkeliaran bermil-mil di atas bandara.
Setelah turun dari pesawat, yang menurut pejabat keamanan Irak, tiba dari Suriah atau pun Lebanon, Soleimani dan Mohammed Ridha, seorang tokoh senior di pasukan paramiliter Hashy al-Shaabi, dibawa pergi dari bandara dengan dua mobil.
Ketika kendaraan menuju jalan akses bandara, drone Amerika melepaskan empat rudal AGM-114 Hellfire. Senjata yang secara harfiah bernama misil "Api Neraka" ini melenyapkan dua mobil dan orang-orang di dalamnya.
Rekaman video pengintaian yang ditayangkan di televisi Irak menunjukkan momen serangan, di mana ledakan besar terlihat ketika salah satu mobil dihantam misil AGM-114 Hellfire.
Menurut stasiun televisi pemerintah Iran, sepuluh orang tewas dalam ledakan itu, termasuk lima anggota IRGC Iran dan menantu Soleimani.
Seorang pejabat Hashy al-Shaabi mengatakan mereka tidak dapat menemukan jasad Muhandis.
Tidak akan sulit bagi AS untuk melacak Soleimani, yang sejak 1997 telah memimpin Pasukan Quds, cabang IRGC untuk operasi di luar negeri.
Tokoh Publik
Meskipun sudah lama kemunculannya selalu samar-samar, profil publik jenderal top Iran ini telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Dia pernah mengunjungi para milisi pro-Iran di Suriah dan sosoknya dianggap sebagai pahlawan nasional.
Dia tidak menyembunyikan diri atau tinggal di gua. Sebaliknya, dia secara rutin melakukan perjalanan secara terbuka di sekitar wilayah Timur Tengah. Bahkan, wajahnya terlihat penuh oleh sorotan media.
Tiga bulan lalu, dia memberikan wawancara untuk stasiun televisi Iran untuk pertama kalinya. Dalam wawancara itu, dia mengklaim bahwa pesawat Israel menargetkannya dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut selama Perang Lebanon II tahun 2006.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Jumat bahwa Soleimani adalah sosok yang bertanggung jawab atas pembunuhan dan melukai ribuan orang Amerika dan banyak lagi di wilayah Timur Tengah. "Dan berencana untuk membunuh lebih banyak lagi," katanya.
Soleimani memiliki pengaruh yang sangat besar di Irak, di mana pada bulan November AFP mengutip sumber-sumber setempat yang mengatakan bahwa ia telah memimpin pertemuan di Baghdad dan Najaf untuk menggalang para politisi Irak di tengah-tengah protes massa anti-pemerintah. Protes massa itu menentang pengaruh Iran di negara itu.
Banyak Warga AS Bakal Terbunuh usai Kematian Soleimani
Mantan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur CIA Mike Morell meramalkan bahwa kematian komandan Pasukan Quds Iran, Jenderal Qassem Soleimani, akan menelan "harga mahal". Dia memprediksi rezim Teheran akan balas dendam dan banyak warga sipil Amerika Serikat (AS) akan terbunuh.
Morell berspekulasi bahwa Iran tidak akan menyerang pasukan Amerika, tetapi sebaliknya akan melepaskan proksi-proksinya di wilayah Timur Tengah. "Akan ada orang-orang Amerika yang mati—warga sipil Amerika yang tewas sebagai akibat dari ini, mungkin selama beberapa hari ke depan—di tempat di mana Iran memiliki proksi," katanya kepada CBS yang dikutip Sabtu (4/1/2020).
"Irak adalah tempat yang paling mungkin, tetapi juga Lebanon, Bahrain, tempat-tempat lain di Timur Tengah," paparnya.
Morell pernah menjabat sebagai analis intelijen selama bertahun-tahun dan memainkan peran penting dalam administrasi dua presiden sebelumnya, yakni George W. Bush dan Barack Obama. Di bawah Obama, Morell menjabat sebagai wakil direktur CIA dan dua kali sebagai Plt Direktur CIA.
Seperti diberitakan sebelumnya, Jenderal Soleimani dan enam orang lainnya termasuk komandan milisi Syiah Irak tewas dalam serangan udara AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat dini hari.
Setelah serangan mematikan itu, Departemen Luar Negeri Amerika mendesak para warga AS untuk segera meninggalkan Irak. Desakan muncul setelah Pemimpin Teringgi Iran Ayatollah Ali Khamenei berjanji untuk melakukan "pembalasan yang keras" atas serangan itu. Janji balas dendam juga disampaikan Presiden Hassan Rouhani.
"Negara besar Iran akan membalas dendam atas kejahatan keji ini," tulis Rouhani di Twitter.
Presiden AS Donald Trump yang memerintahkan serangan AS telah membela keputusannya. "Jenderal Qassem Soleimani telah membunuh atau melukai ribuan orang Amerika selama periode waktu yang lama, dan berencana untuk membunuh lebih banyak lagi," kata Trump.
"Dia secara langsung dan tidak langsung bertanggung jawab atas kematian jutaan orang," katanya.
Morell mengakui bahwa dunia menjadi lebih baik tanpa Soleimani, tetapi pembunuhan itu mengindikasikan bahwa keputusan Trump menciptakan perubahan dramatis dalam hubungan internasional.
"Ya, bagus dia pergi (Soleimani tewas), tetapi harganya sangat mahal," kata Morell kepada CBS. Dia menambahkan bahwa Iran kemungkinan akan melakukan serangan teroris yang membunuh seorang pejabat senior Amerika.
"Iran dan Hizbullah Lebanon—sekutu utama mereka—memiliki rencana darurat pada buku-buku untuk serangan teroris semacam itu. Jadi serangan teroris semacam itu dapat segera terjadi," ujarnya.
Morell juga meramalkan bahwa kematian Soleimani akan memberanikan kelompok garis keras Iran dan mengakhiri harapan untuk menjaga Irak dari senjata Iran.
Sekitar 5.200 tentara Amerika Serikat berbasis di Irak untuk melatih pasukan Irak dan membantu dalam memerangi militan kelompok ISIS. Kedutaan besar AS juga mengeluarkan peringatan keamanan untuk warga Amerika di Lebanon, Bahrain, Kuwait, dan Nigeria.
Amerika Serikat mengirim hampir 3.000 pasukan Angkatan Darat ke Timur Tengah sebagai bala bantuan setelah pembunuhan Jenderal Soleimani. Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo membela serangan itu dengan menyebutnya sebagai tindakan yang "sepenuhnya sah". Menurutnya, Soleimani menimbulkan ancaman segera terhadap AS dan kepentingannya di kawasan Timur Tengah.
"Ada serangan yang akan terjadi," kata Pompeo kepada Fox News. "Orkestra, motivator utama serangan itu, adalah Qassem Soleimani."
Gedung Putih tidak memberi tahu anggota parlemen sebelum serangan. Menteri Pertahanan Mark Esper baru memberi tahu Ketua DPR Nancy Pelosi tentang serangan itu tak lama sebelum Pentagon mengonfirmasi serangan itu.
Afghanistan Khawatir Ketegangan Meningkat
Afghanistan menyatakan keprihatinan atas kemungkinan peningkatan kekerasan di wilayah tersebut pasca serangan udara yang menewaskan Komandan Pasukan IRGC Iran, Letnan Jenderal Qassem Soleimani di sekitar bandara Baghdad. Karenanya, Afghanistan meminta Iran dan Amerika Serikat untuk mencegah meningkatnya eskalasi konflik.
"Hari ini, selama pembicaraan dengan Sekretaris Negara AS, saya sekali lagi menekankan bahwa tanah Afghanistan tidak boleh digunakan untuk melawan negara ketiga atau dalam konflik regional," tweet Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani pada Jumat (3/1) malam, setelah panggilan telepon dengan Mike Pompeo.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Kepala Eksekutif Afghanistan, Abdullah Abdullah mengatakan, ia berharap bahwa tak akan muncul dampak negatif terhadap Afghanistan pasca tewasnya Jenderal Soleimani. “Peristiwa baru-baru ini tidak akan berdampak negatif pada kerja sama antara teman-teman dan sekutu kita di Afghanistan," katanya.
Mantan presiden Afganistan Hamid Karzai juga mengungkapkan pendapatnya lewat Twitter. Ia menyerukan ketenangan di antara kedua negara. "Iran dan Afghanistan, meskipun kehadiran militer AS di Afghanistan, telah mempertahankan hubungan ramah dan persaudaraan," tulis Karzai pada hari Sabtu.
"Dalam menghadapi tantangan saat ini, kami berharap Iran akan melanjutkan pendekatan yang bijak dan bersahabat terhadap Afghanistan," lanjutnya. Washington adalah sekutu strategis Afghanistan, dengan AS memiliki kehadiran militer di negara itu selama hampir dua dekade. Sementara Iran telah bertahun-tahun menampung jutaan pengungsi Afghanistan.
Iran akan Seret AS ke Pengadilan Internasional
Jenazah Jenderal Soleimani dikelilingi warga Irak. [FOTO/Reuters]
Juru Bicara Kehakiman Iran, Gholamhossein Esmayeeli mengatakan, negaranya akan mengajukan gugatan terhadap Amerika Serikat (AS) di Pengadilan Internasional mengenai pembunuhan yang ditargetkan terhadap Komandan Pasukan IRGC, Letnan Jenderal Qassem Soleimani.
"Tindakan brutal ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan semua aturan internasional. Martir Soleimani adalah tamu resmi pejabat pemerintah Irak sebagai pejabat tinggi (Iran), dan negara asing telah melakukan kejahatan ini di Irak," kata Esmayeeli, Sabtu (4/1), seperti dikutip dari FARS.
"Tindakan kriminal pemerintah AS untuk martir Jenderal Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis dan rombongan mereka adalah tindakan teroris dari sudut pandang hukum dan contoh nyata terorisme negara," tambahnya.
Esmayeeli menggarisbawahi bahwa pengadilan, bersama dengan Kementerian Luar Negeri dan markas besar Hak Asasi Manusia akan mengajukan pengaduan terhadap AS di Pengadilan Internasional.
Soleimani menjadi martir dalam serangan pembunuhan yang ditargetkan oleh pesawat tak berawak AS di Bandara Internasional Baghdad pada Jumat (3/1) pagi. Soleimani telah mati syahid oleh pesawat AS, setelah upaya seumur hidup, kata IRGC.
Serangan udara itu juga membunuh Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) Irak, atau Hashad al-Shaabi. Kelompok media PMF mengatakan keduanya tewas dalam serangan udara Amerika yang menargetkan kendaraan mereka di jalan menuju bandara.
Seorang pejabat PMF mengatakan tujuh orang mati syahid oleh rudal yang ditembakkan oleh pesawat tanpa awak AS di Bandara Internasional Baghdad.
Serangan Roket Hantam Markas Pasukan AS di Baghdad
Serangan roket menghantam markas perumahan pasukan Amerika Serikat (AS) di Baghdad, Irak, Sabtu (4/1). Serangan ini terjadi satu hari setelah serangan udara AS yang menewaskan Komandan Pasukan IRGC, Letnan Jenderal Qassem Soleimani di sekitar bandara Baghdad.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, beberapa roket jatuh di dalam Zona Hijau Baghdad yang dijaga ketat, lingkungan Jadriya, dan pangkalan udara Balad yang menampung pasukan AS. Dua putaran mortir menghantam Zona Hijau dan dua roket menghantam pangkalan yang dihuni personel militer AS.
Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan akibat serangan roket ini. Zona Hijau adalah kantong keamanan tinggi, di mana kedutaan besar AS berada.
Koresponden Al Jazeera, Osama Bin Javaid melaporkan, tidak ada proyektil yang mendarat di dalam kedutaan AS. "Menurut pasukan keamanan Irak, proyektil mendarat di area perayaan di dalam Zona Hijau," katanya.
Sepasang roket Katyusha juga menghantam pangkalan udara Balad di utara Baghdad, tempat pasukan Amerika berpangkalan, kata sumber keamanan dan militer Irak. Sumber-sumber keamanan melaporkan sirene yang menggelegar dan mengatakan pesawat pengintai dikirim di atas pangkalan untuk menemukan sumber roket.
Kedutaan AS di Baghdad, serta 5.200 tentara Amerika yang ditempatkan di seluruh negeri, menghadapi serentetan serangan roket dalam beberapa bulan terakhir, yang ditudingkan Washington kepada Iran dan sekutunya di Irak.
Bulan lalu, satu serangan menewaskan seorang kontraktor AS yang bekerja di Irak utara, yang memicu serangan udara AS yang menewaskan 25 pejuang pro Iran. Ketegangan memuncak pada hari Jumat, ketika AS menyerang konvoi Jenderal Soleimani setelah ia keluar dari bandara Baghdad. (esn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.