Rabu, 08 Januari 2020

[Dunia] Balas Dendam Iran Dimulai

Pangkalan AS di Irak Dibombardir Sebuah rudal diluncurkan dari Iran dengan target Pangkalan Udara Ayun Al-Assad di Irak yang digunakan militer Amerika Serikat. Foto/Twitter @FarsNewsAgencyL]

Pangkalan Udara Ayun al-Assad di Irak barat yang digunakan militer Amerika Serikat (AS) dibombardir dengan puluhan roket dan rudal balistik, Rabu (8/1/2020). Kantor berita Iran, Fars, melaporkan serangan ini awal dari balas dendam Teheran atas kematian Jenderal Qassem Soleimani.

Sejumlah sumber militer Irak mengatakan banyak roket telah ditembakkan ke Pangkalan Udara Ayn al-Asad. Menurut laporan awal dari jurnalis Voice of America (VoA), Carla Babb, serangan roket masih berlangsung hingga saat ini.

"Pangkalan Al-Assad sedang dihantam sekarang dengan tembakan tidak langsung, putaran (tembakan) masih masuk, sekitar 30 (roket) sejauh ini," tulis Babb di Twitter mengutip sumber militer.

Kantor berita Fars dalam laporan singkat yang di-posting di media sosial menyebutkan rudal balistik Iran ditembakkan ke pangkalan AS.

"Awal dari balas dendam Iran, pembalasan (terhadap) AS," tulis media tersebut dengan menayangkan video peluncuran beberapa rudal ke pangkalan udara AS.

Sementara itu, sumber militer AS yang berbicara dalam kondisi anonim kepada Fox News mengatakan serangan rudal datang dari Iran. "Ini adalah rudal jelajah atau rudal balistik jarak dekat," katanya.

Para pejabat AS belum mengomentari perihal kemungkinan jumlah tentara Amerika yang terluka atau pun terbunuh dalam serangan pagi ini.

 Dua Pangkalan Militer AS di Irak Dirudal Iran 
Dua Pangkalan Militer AS di Irak Dirudal Iran, Pembalasan DimulaiGarda Revolusi Iran menembakkan rudal saat latihan perang di tenggara Teheran, 2006. [Foto/REUTERS/Fars News]

Iran mulai meluncurkan serangan rudal terhadap pasukan pimpinan Amerika Serikat (AS) di Irak pada Rabu (8/1) dini hari. Aksi itu hanya beberapa jam setelah pemakaman komandan Iran Qassem Soleimani yang tewas akibat serbuan drone AS. "Teheran menembakkan lebih dari 12 rudal balistik dari wilayah Iran terhadap dua pangkalan militer di Irak yang menampung personil pasukan koalisi AS," ungkap pernyataan militer AS mengonfirmasi serangan Iran tersebut.

Garda Revolusi Iran mengonfirmasi mereka menembakkan sejumlah roket sebagai pembalasan atas pembunuhan Soleimani pekan lalu.

"Kami bekerja pada penilaian kerusakan pertempuran awal," papar juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman yang menambahkan pangkalan yang ditargetkan adalah pangkalan udara al-Asad dan pangkalan di Erbil, Irak.

"Presiden AS Donald Trump telah mendapat laporan tentang serangan itu dan memantau situasi," ujar juru bicara Gedung Putih Stephanie Grisham.

Grisham menambahkan, "Kami mengetahui laporan serangan pada fasilitas AS di Irak. Presiden telah diberitahu dan memantau situasi dari dekat dan berkonsultasi dengan tim keamanan nasionalnya."

Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS Mark Esper menyatakan Washington harus mengantisipasi pembalasan dari Iran atas pembunuhan terhadap komandan Pasukan Quds tersebut.

"Saya pikir kita harus memperkirakan bahwa mereka akan membalas dengan beberapa cara dan bentuk," ujar Esper saat konferensi pers di Pentagon.

Esper menyatakan pembalasan itu dapat melalui kelompok aliansi Iran atau kaki tangannya. "Kami bersiap untuk setiap kemungkinan. Dan kemudian kami akan merespon dengan tepat pada apapun yang mereka lakukan," papar dia, dilansir Reuters.

Bursa saham di Asia merosot tajam seiring kabar serangan roket itu. Surga investor termasuk yen Jepang dan emas menguat. (sfn)

 Rudal-rudal Jarak Jauh Iran Incar 27 Pangkalan Militer AS 
Rudal-rudal Jarak Jauh Iran Incar 27 Pangkalan Militer ASBeberapa rudal Iran dipajang di depan layar yang menampilkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. [Foto/REUTERS]

Militer Teheran telah mengancam akan menyerang 27 pangkalan militer Amerika Serikat (AS) yang paling dekat dengan perbatasan Iran. Senjata yang akan digunakan untuk mengincar puluhan basis militer itu adalah rudal jarak menengah hingga rudal jarak jauh.

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran, Ali Shamkhani, mengatakan pangkalan-pangkalan Amerika yang akan jadi target misil-misil jarak jauh itu bagian dari 13 skenario balas dendam Teheran atas kematian komandan Pasukan Quds, Mayor Jenderal Qassem Soleimani.

Komandan pasukan elite bagian dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran itu tewas diserang rudal Hellfire via drone MQ-9 Reaper Amerika di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat pekan lalu. Selain Soleimani, serangan udara Amerika itu juga menewaskan sejumlah milisi Irak pro-Iran.

Shamkhani mengatakan opsi yang paling terbatas dari 13 skenario balas dendam dipastikan akan menjadi "mimpi buruk bersejarah" bagi AS.

"27 pangkalan AS yang paling dekat dengan perbatasan Iran sudah dalam siaga tinggi; mereka tahu bahwa tanggapannya kemungkinan mencakup rudal jarak menengah dan jarak jauh," katanya, seperti dikutip kantor berita Tasnim, yang dilansir The Guardian, Rabu (8/1/2020).

 AS Juga Siap 

Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengonfirmasi bahwa pasukan Amerika di kawasan Timur Tengah siap menghadapi serangan balasan Iran. Kendati demikian, kata Esper, AS akan lebih memilih solusi diplomatik.

Kami siap menghadapi yang terburuk. Kami berharap bahwa kepala dingin di Teheran akan menang dan de-eskalasi situasi," kata Esper kepada CNN. "Kami tidak mencari (tindakan) untuk memulai perang dengan Iran tetapi kami siap untuk menyelesaikan satu," ujarnya.

"Apa yang ingin kami lihat adalah situasi semakin memburuk dan bagi Teheran agar duduk bersama kami dan memulai diskusi tentang cara yang lebih baik ke depan," ujarnya.

Sekutu-sekutu AS sudah mulai meninggalkan Baghdad, di mana sejumlah helikopter terbang masuk dan keluar dari distrik diplomatik benteng kota, yang dikenal sebagai Zona Hijau. Kanada, yang saat ini memimpin misi pelatihan NATO, mengatakan pihaknya menarik sekitar 500 tentaranya. Sebagian besar pasukan NATO yang ditarik dilaporkan menuju Kuwait.

"Kami sementara waktu menangguhkan pelatihan kami di lapangan, dan kami mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi orang-orang kami," kata seorang juru bicara NATO. "Ini termasuk reposisi sementara beberapa personel ke lokasi yang berbeda baik di dalam maupun di luar Irak."

Koalisi pimpinan AS untuk melawan Isis juga memposisikan ulang pasukannya untuk mengurangi kerentanan mereka terhadap serangan Iran. Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan bahwa personel yang tidak penting dipindahkan dari Baghdad ke Taji, sekitar 30 km ke utara.

Para pengamat menyatakan bahwa retorika militer yang meningkat di Teheran dapat membuat para pemimpin Iran memilih sedikit pilihan. Namun, opsi untuk melakukan serangan balik berpotensi besar, atau sebaliknya menderita malu yang luar biasa.

Peringatan siaga tinggi telah diberlakukan di beberapa pangkalan AS di Kuwait, Irak, Yordania dan Arab Saudi.

Pengganti Jenderal Soleimani, Mayor Jenderal Hossein Salami, memperingatkan bahwa Iran akan "membakar" tempat-tempat yang disukai orang Amerika. "Kami akan membalas dendam, balas dendam yang akan keras, kuat, tegas, tuntas dan akan membuat mereka menyesal," ujarnya.

 'Kami Akan Perang, Bro' 
Tentara-tentara AS Berangkat ke Timur Tengah: Kami Akan Perang, BroPasukan terjun payung AS yang ditugaskan ke Tim Tempur, Brigade 1 Divisi Lintas Udara ke-82, berjalan menuju pesawat yang menunggu sebelum berangkat ke Timur Tengah dari Fort Bragg, North Carolina, AS, 5 Januari 2020. [Foto/REUTERS/Bryan Woolston/File Fot]

Bagi banyak tentara, ini akan menjadi misi pertama mereka. Mereka mengemas amunisi dan senapan, melakukan panggilan pada menit-menit terakhir kepada orang-orang terkasih, lalu menyerahkan ponsel mereka. Beberapa dari mereka memberi darah.

Sebanyak 600 tentara yang sebagian besar berusia muda di Fort Bragg, North Carolina, Amerika Serikat (AS) menuju ke Timur Tengah. Mereka bagian dari kelompok sekitar 3.500 pasukan terjun payung AS yang diperintahkan tugas ke wilayah tersebut. Kuwait adalah pemberhentian pertama bagi mereka. Tujuan akhir mereka diklasifikasikan.

"Kami akan berperang, bro," sorak seorang tentara yang mengangkat dua jempol ke atas dan menyeringai di bawah rambut pirang yang dicukur cepak. Dia berdiri di antara lusinan tentara di luar sebuah blok batu bara yang menampung beberapa auditorium dengan bangku panjang dan meja.

Beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan pembunuhan komandan Pasukan Quds Iran, Jenderal Qassem Soleimani, muncul kekhawatiran akan pecahnya konflik baru di Timur Tengah. Para tentara pria dan wanita dari Divisi Lintas Udara ke-82 Angkatan Udara AS bergerak keluar dalam "penyebaran cepat" terbesar sejak gempa Haiti 2010.

Seorang periwa Angkatan Darat AS, Mayor Jenderal James Mingus mengitari pasukan pria dan wanita berseragam kamuflase saat mereka bersiap untuk meninggalkan pangkalan di dekat Fayetteville pada hari Minggu. Dia berjabat tangan dengan pasukan, berharap mereka beruntung.

Seorang tentara dari Ashboro, Virginia, mengatakan dia tidak terkejut ketika perintah datang.

"Saya hanya menonton berita, melihat bagaimana keadaan di sana," kata tentara 27 tahun tersebut. Dia salah satu dari beberapa tentara yang diizinkan melayani wawancara Reuters dengan syarat nama mereka tidak disebutkan. "Lalu saya mendapat pesan teks dari sersan saya yang mengatakan 'jangan pergi ke mana pun'. Dan itu dia," ujarnya, yang dilansir Selasa (7/1/2020).

Risiko menghantui benak para prajurit muda, meskipun banyak yang mengemasi kapel pangkalan setelah sarapan telur, wafel, oatmeal, sosis, dan 1.000 donat.

Para prajurit yang lebih tua, berusia 30-an tahun dan 40-an tahun, tampak lebih muram. Mereka memiliki pengalaman melihat kawan-kawan pulang dari pengerahan di masa lalu dengan kondisi berjalan dengan satu kaki atau berada dalam peti mati yang dibungkus dengan bendera.

"Ini misinya, man," kata Brian Knight, pensiunan veteran Angkatan Darat yang telah berada di lima penempatan tempur ke Timur Tengah. Dia adalah direktur saat ini dari sebuah cabang dari badan amal dukungan militer United Service Organization.

"Mereka menjawab panggilan 911 Amerika," kata Knight. "Mereka ingin pergi. Presiden menyerukan (Divisi) ke-82," ujarnya.

Ada banyak pergulatan ketika pasukan melemparkan ransel seberat 75 pound (34 kg) mereka ke truk pengangkut. Bungkusan itu menyimpan semuanya, mulai dari rompi berlapis baja, kaus kaki ekstra, dan pakaian dalam, hingga 210 butir amunisi untuk senapan M-4 mereka.

Seorang sersan mendorong kerumunan dan berteriak untuk siapa pun dengan darah tipe-O, yang dapat ditransfusikan ke pasien mana pun.

"Petugas medis membutuhkan Anda sekarang. Bergeraklah," katanya, sebelum beberapa pasukan berjalan pergi untuk memberi masing-masing kurang dari satu liter darah mereka.

Sementara itu, anggota unit—dianggap paling mobile di Angkatan Darat AS—digunakan untuk penyebaran cepat terlihat berbeda. Dia adalah Letnan Kolonel Mike Burns, seorang juru bicara Angkatan Darat AS.

"Orang-orang bersemangat untuk pergi, tetapi tidak ada dari kita yang tahu berapa lama mereka akan pergi," kata Burns. "Itu bagian tersulit."

Tentara diperintahkan untuk tidak membawa ponsel, video game portabel atau perangkat lain yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga di rumah, karena kekhawatiran bahwa detail gerakan mereka dapat bocor.

"Kami brigade infanteri," kata Burns. “Misi utama kami adalah pertempuran darat. Ini benar-benar nyata," katanya.

Seorang sersan mulai memanggil nama belakang, memeriksanya dari daftar setelah "heres" dan "yups" dan "yos".

Untuk setiap prajurit, ada tujuh anggota awak pendukung yang dikirim—juru masak, penerbang, mekanik, petugas medis, pendeta, dan manajer transportasi dan suplai. Semua, kecuali para pendeta, akan membawa senjata untuk berperang.

Seorang sersan senior berusia 34 tahun mengatakan, ”Angkatan Darat adalah pasukan yang semuanya sukarelawan. Kami ingin melakukan ini. Anda membayar pajak Anda dan kami bisa melakukan ini."

"Realitas pengerahan (tentara) tidak akan masuk sampai pasukan berjalan keluar dari pintu itu," ujarnya, menunjuk ke pintu keluar ke landasan di mana pesawat angkut C-4 dan C-7 serta dua jet komersial menunggu.

Panggilan berugas untuknya datang ketika dia sedang cuti di kota asalnya di Daytona Beach, Florida, membawa kedua putrinya yang masih kecil untuk mengunjungi kerabat dan pergi ke Walt Disney World.

"Kami baru saja sampai di sana dan saya mendapat panggilan untuk berbalik dan kembali ke markas," katanya. “Istri saya tahu latihannya. Saya harus pergi. Kami melaju kembali," paparnya.

Dengan satu perintah, ratusan tentara melompat berdiri. Mereka berbaris satu file dan berbaris keluar membawa senjata dan peralatan dan helm mereka, melewati seorang penjaga kehormatan sukarela yang memegang bendera tinggi-tinggi. (mas)

  ⚓️ Sindonews 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...