Dukung Pertahanan dan Keamanan Nasional UAV Alap-alap [BPPT]
Pusat Kelaikan Badan Sarana Pertahanan (Puslaik Baranahan) Kementerian Pertahanan meyerahkan Amandement Sertifikasi Tipe dan Sertifikat Kelaikudaraan Militer PUNA Alap-Alap PA-06D-100 yang dikembangkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), di Jakarta (28/01).
Kepala BPPT Hammam Riza dalam sambutannya mengatakan, BPPT melakukan perekayasaan pesawat udara nir awak (PUNA) jenis taktikal guna memenuhi kebutuhan nasional khususnya untuk di lingkungan TNI.
Tambah Hammam, dengan keberhasilan pendahulunya PUNA Wulung yang telah mendapat sertifikasi TC dari IMAA pada 2016, setelah dilakukan serangkaian pengembangan dan uji coba pada PUNA Alap-Alap PA-06D, maka pada 7 September 2018, BPPT mendaftarkan PUNA Alap-Alap untuk menjalani proses sertifikasi produk militer di Puslaik Baranahan Kementerian Pertahanan.
Standar yang digunakan kata Hammam adalah FAR23 amandement 64 tahun 2017 untuk menguji kelaikan aerodinamika dan struktur PUNA Alap-Alap, STANAG untuk sistem Ground Control System termasuk datalink serta CASR-21 untuk semua manual. Dengan digunakan standar internasional tersebut maka kualitas dari sertifikat TC yang dikeluarkan Puslaik Kementerian Pertahanan memenuhi standar internasional.
Pada 7 Desember 2018 PUNA Alap-Alap telah menerima Sertifikasi Tipe (Type Certificate) dan Sertifikat Kelaikudaraan Militer (Certificate of Airworthiness) untuk misi Pemetaan dengan endurance 5 jam dan ketinggian maksimum 12.000 feet.
UAV Alap-alap [BPPT]
Di 2019 sesudah mengalami modifikasi penggantian engine Alap-Alap dari 5HP ke 3HP. Kemudian BPPT, mengajukan amandement TC untuk dapat meningkatkan endurance-nya menjadi 6 jam. Capaian endurance selama 6 jam (dari sebelumnya 5 jam) diperlukan agar dapat diterima oleh persyaratan TNI AU. Disamping itu, penambahan 1 jam terbang (sekitar radius 30 km atau 60 km pp) cukup signifikan untuk memungkinkan posisi landasan yang lebih jauh dari lokasi target pemetaan, ujar Hammam.
Sebelumnya, PUNA Alap-Alap juga telah menjalani uji operasi misi pemetaan jalur kereta api cepat Cirebon-Brebes (61km) seluas 6500HA pada Juli 2017. PUNA Alap-Alap juga pernah digunakan untuk memetakan daerah yang berada di ketinggian 5.500 ft (dengan terbang di ketinggian 7.000 ft) untuk memantau (surveilan) kawasan Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) atas permintaan dari Ditjen Gak Kum KLHK pada tahun 2017.
Drone kelas Tactical yang dikembangkan BPPT menurutnya adalah sebagai kontribusi untuk diaplikasikan di sektor pertahanan dan keamanan maupun aplikasi lainnya. Dengan diterimanya sertifikat ini, PUNA Alap-Alap siap memenuhi kebutuhan spesifikasi Drone Taktikal Medium Endurance yang diperlukan pada operasi.
PUNA Alap-Alap selanjutnya siap untuk diindustrialisasikan oleh mitra industri dalam negeri dan kami berharap PUNA Alap-Alap dapat dimanfaatkan oleh TNI atau pihak lain yang berkepentingan, jelas Hammam.
Sementara, Arif Andriyanto Kepala Bidang Kelaikan Udara Kementerian Pertahanan menyampaikan, proses kelaikan mempunyai peranan penting dalam pertahanan negara dalam rangka mendukung pengembangan dan pembinaan kekuatan serta kemandirian.
UAV Alap-alap [BPPT]
Menurutnya, alat-alat pertahanan dan keamanan merupakan sebagai realitas kebijakan pemerintah dalam upaya untuk membangun dan memenuhi kekuatan pokok. Salah satu arah kebijakan adalah pembangunan postur TNI melalui modernisasi alutsista, peningkatan pemeliharaan, perawatan serta pemenuhan sarana dan prasarana.
Penyelengaaraan sertifikasi kelaikan udara merupakan tahapan penting bagi produk moda udara guna memastikan bahwa produk tersebut aman digunakan baik materialnya dan bagi personel yang mengoperasikan maupun bagi lingkungan, ujar Arif.
Arif menyebut, proses sertifikasi militer yang outputnya berupa amandemen serifikat bagi PUNA Alap-Alap PA-06D-100 dimulai pada 4 Agustus 2019 yang di latarbelakangi pengembangan BPPT untuk meningkatkan endurance yang awalnya lima jam menjadi enam jam dengan perubahan spesifikasi dan perubahan mesin yang baru.
Perubahan ini dikatakan sebagai perubahan besar dan sesuai dengan kelayakan yang berlaku telah disetujui untuk penerbitan amandement Sertifikat Tipe termasuk penerbitan sertifikat kelayakan militer baru pada 24 Februari 2020 dengan varian baru yang disebut PUNA PA-06D-100, jelasnya. (Humas/HMP)
Pusat Kelaikan Badan Sarana Pertahanan (Puslaik Baranahan) Kementerian Pertahanan meyerahkan Amandement Sertifikasi Tipe dan Sertifikat Kelaikudaraan Militer PUNA Alap-Alap PA-06D-100 yang dikembangkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), di Jakarta (28/01).
Kepala BPPT Hammam Riza dalam sambutannya mengatakan, BPPT melakukan perekayasaan pesawat udara nir awak (PUNA) jenis taktikal guna memenuhi kebutuhan nasional khususnya untuk di lingkungan TNI.
Tambah Hammam, dengan keberhasilan pendahulunya PUNA Wulung yang telah mendapat sertifikasi TC dari IMAA pada 2016, setelah dilakukan serangkaian pengembangan dan uji coba pada PUNA Alap-Alap PA-06D, maka pada 7 September 2018, BPPT mendaftarkan PUNA Alap-Alap untuk menjalani proses sertifikasi produk militer di Puslaik Baranahan Kementerian Pertahanan.
Standar yang digunakan kata Hammam adalah FAR23 amandement 64 tahun 2017 untuk menguji kelaikan aerodinamika dan struktur PUNA Alap-Alap, STANAG untuk sistem Ground Control System termasuk datalink serta CASR-21 untuk semua manual. Dengan digunakan standar internasional tersebut maka kualitas dari sertifikat TC yang dikeluarkan Puslaik Kementerian Pertahanan memenuhi standar internasional.
Pada 7 Desember 2018 PUNA Alap-Alap telah menerima Sertifikasi Tipe (Type Certificate) dan Sertifikat Kelaikudaraan Militer (Certificate of Airworthiness) untuk misi Pemetaan dengan endurance 5 jam dan ketinggian maksimum 12.000 feet.
UAV Alap-alap [BPPT]
Di 2019 sesudah mengalami modifikasi penggantian engine Alap-Alap dari 5HP ke 3HP. Kemudian BPPT, mengajukan amandement TC untuk dapat meningkatkan endurance-nya menjadi 6 jam. Capaian endurance selama 6 jam (dari sebelumnya 5 jam) diperlukan agar dapat diterima oleh persyaratan TNI AU. Disamping itu, penambahan 1 jam terbang (sekitar radius 30 km atau 60 km pp) cukup signifikan untuk memungkinkan posisi landasan yang lebih jauh dari lokasi target pemetaan, ujar Hammam.
Sebelumnya, PUNA Alap-Alap juga telah menjalani uji operasi misi pemetaan jalur kereta api cepat Cirebon-Brebes (61km) seluas 6500HA pada Juli 2017. PUNA Alap-Alap juga pernah digunakan untuk memetakan daerah yang berada di ketinggian 5.500 ft (dengan terbang di ketinggian 7.000 ft) untuk memantau (surveilan) kawasan Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) atas permintaan dari Ditjen Gak Kum KLHK pada tahun 2017.
Drone kelas Tactical yang dikembangkan BPPT menurutnya adalah sebagai kontribusi untuk diaplikasikan di sektor pertahanan dan keamanan maupun aplikasi lainnya. Dengan diterimanya sertifikat ini, PUNA Alap-Alap siap memenuhi kebutuhan spesifikasi Drone Taktikal Medium Endurance yang diperlukan pada operasi.
PUNA Alap-Alap selanjutnya siap untuk diindustrialisasikan oleh mitra industri dalam negeri dan kami berharap PUNA Alap-Alap dapat dimanfaatkan oleh TNI atau pihak lain yang berkepentingan, jelas Hammam.
Sementara, Arif Andriyanto Kepala Bidang Kelaikan Udara Kementerian Pertahanan menyampaikan, proses kelaikan mempunyai peranan penting dalam pertahanan negara dalam rangka mendukung pengembangan dan pembinaan kekuatan serta kemandirian.
UAV Alap-alap [BPPT]
Menurutnya, alat-alat pertahanan dan keamanan merupakan sebagai realitas kebijakan pemerintah dalam upaya untuk membangun dan memenuhi kekuatan pokok. Salah satu arah kebijakan adalah pembangunan postur TNI melalui modernisasi alutsista, peningkatan pemeliharaan, perawatan serta pemenuhan sarana dan prasarana.
Penyelengaaraan sertifikasi kelaikan udara merupakan tahapan penting bagi produk moda udara guna memastikan bahwa produk tersebut aman digunakan baik materialnya dan bagi personel yang mengoperasikan maupun bagi lingkungan, ujar Arif.
Arif menyebut, proses sertifikasi militer yang outputnya berupa amandemen serifikat bagi PUNA Alap-Alap PA-06D-100 dimulai pada 4 Agustus 2019 yang di latarbelakangi pengembangan BPPT untuk meningkatkan endurance yang awalnya lima jam menjadi enam jam dengan perubahan spesifikasi dan perubahan mesin yang baru.
Perubahan ini dikatakan sebagai perubahan besar dan sesuai dengan kelayakan yang berlaku telah disetujui untuk penerbitan amandement Sertifikat Tipe termasuk penerbitan sertifikat kelayakan militer baru pada 24 Februari 2020 dengan varian baru yang disebut PUNA PA-06D-100, jelasnya. (Humas/HMP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.