4 kapal perang yang disiagakan TNI Ilustrasi KRI patroli di Natuna [TNI AL]
Tentara Nasional Indonesia bersiaga penuh di Perairan Natuna, hal ini dilakukan terkait mulai memanasnya tensi konflik di Laut China Selatan.
Kesiagaan penuh TNI terlihat dengan pengerahan sejumlah kapal perang. Sejauh ini sudah 4 kapal perang yang disiagakan TNI, mulai dari KRI KRI Bung Tomo 375, KRI Yos Sudarso 353, KRI Wiratno 379 dan KRI Bontang 907.
"Saat ini situasi meningkatnya tensi di Laut China Selatan ditandai dengan hadirnya kekuatan Angkatan Laut negara-negara yang berkepentingan menimbulkan kekhawatiran di negara-negara kawasan," kata Panglima Komando Armada I Laksamana Muda TNI Ahmadi Heri Purwono, Jumat 19 Juni 2020.
Menurut Pangkoarmada I, apa yang terjadi di Laut China Selatan berpotensi bergeser hingga ke selatan dan memasuki perairan Indonesia di Laut Natuna. Untuk mengantisipasi hal tersebut Koarmada I di Natuna meningkatkan patroli dengan KRI.
"Kepada seluruh prajurit yang sedang di daerah operasi supaya tetap meningkatkan profesionalisme dan jaga kesehatan. Prajurit Koarmada I tidak boleh salah bertindak, karena dampaknya mempengaruhi hubungan antar negara. Oleh karena itu seluruh prajurit wajib meningkatkan profesionalisme dan pengetahuannya," ucap Ahmad.
Untuk diketahui, Laut China Selatan memanas setelah terjadi pengerahan kapal perang secara besar-besaran yang dilakukan Amerika dan Australia.
Amerika mengklaim hal itu dilakukan untuk mengantisipasi gangguan keamanan di sekitar kilang Petronas terkait kemunculan kapal survei milik China di wilayah sengketa itu.
Australia Kirim 6 Kapal Perang Bantu AS
Kapal perang Angkatan Laut Australia (RAN), HMAS Stuart
Enam kapal perang Angkatan Laut Australia (RAN) dikerahkan ke Samudera Pasifik jelang latihan gabungan dengan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy). Misi lain keenam kapal ini tak lain adalah untuk menandingi kampanye militer Tentara Pembebasan Rakyat China di Laut China Selatan.
Menurut laporan Daily Mail yang dikutip VIVA Militer, Angkatan Laut Australia mengirim HMAS Anzac, HMAS Arunta, HMAS Ballarat, HMAS Canberra, HMAS Hobart, dan HMAS Stuart.
Rencananya, latihan gabungan dengan dengan Angkatan Laut AS akan digelar pada Agustus 2020. Latihan gabungan ini disebut sebagai latihan terbesar armada tempur maritim terbesar internasional. Seluruh armada laut baik Australia maupun AS akan memulai latihan gabungan dari Pangkalan Militer AS di Honolulu, Hawaii.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, angkat bicara terkait pengerahan enam kapal perang dan latihan gabungan dengan AS di Pasifik. Kapal perang Angkatan Laut Australia (RAN), HMAS Canberra
Terkait ketegangan dengan China, Morrison mengatakan bahwa Negeri Tirai Bambu takkan terkejut dengan latihan gabungan ini. Pasalnya, latihan gabungan armada laut Australia dengan AS adalah rutinitas yang sudah biasa dilakukan.
"Ini adalah kegiatan rutin kerjasama dan latihan yang biasa kami lakukan. Tidak ada yang luar biasa dalam hal itu. Saya tidak berpikir (latihan gabungan) itu membuat semua orang yang melihatnya akan terkejut," ujar Morrison.
Seperti yang diketahui, armada militer China kerap menunjukkan taringnya di wilayah Laut China Selatan. Pengerahan dua kapal induk Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN), Liaoning (16) dan Shandong (17), membuat AS dan Australia meradang.
Apalagi, China terbukti menggunakan kekuatan militernya untuk mengancam sejumlah negara di kawasan Indo-Pasifik.
Sejumlah insiden mulai dari penenggelaman kapal ikan berbendera vietnam, ancaman kapal perang China terhadap kapal perang Filipina, hingga klaim atas dua wilayah di Laut China Selatan, didalangi oleh China sejak awal tahun ini.
Tentara Nasional Indonesia bersiaga penuh di Perairan Natuna, hal ini dilakukan terkait mulai memanasnya tensi konflik di Laut China Selatan.
Kesiagaan penuh TNI terlihat dengan pengerahan sejumlah kapal perang. Sejauh ini sudah 4 kapal perang yang disiagakan TNI, mulai dari KRI KRI Bung Tomo 375, KRI Yos Sudarso 353, KRI Wiratno 379 dan KRI Bontang 907.
"Saat ini situasi meningkatnya tensi di Laut China Selatan ditandai dengan hadirnya kekuatan Angkatan Laut negara-negara yang berkepentingan menimbulkan kekhawatiran di negara-negara kawasan," kata Panglima Komando Armada I Laksamana Muda TNI Ahmadi Heri Purwono, Jumat 19 Juni 2020.
Menurut Pangkoarmada I, apa yang terjadi di Laut China Selatan berpotensi bergeser hingga ke selatan dan memasuki perairan Indonesia di Laut Natuna. Untuk mengantisipasi hal tersebut Koarmada I di Natuna meningkatkan patroli dengan KRI.
"Kepada seluruh prajurit yang sedang di daerah operasi supaya tetap meningkatkan profesionalisme dan jaga kesehatan. Prajurit Koarmada I tidak boleh salah bertindak, karena dampaknya mempengaruhi hubungan antar negara. Oleh karena itu seluruh prajurit wajib meningkatkan profesionalisme dan pengetahuannya," ucap Ahmad.
Untuk diketahui, Laut China Selatan memanas setelah terjadi pengerahan kapal perang secara besar-besaran yang dilakukan Amerika dan Australia.
Amerika mengklaim hal itu dilakukan untuk mengantisipasi gangguan keamanan di sekitar kilang Petronas terkait kemunculan kapal survei milik China di wilayah sengketa itu.
Australia Kirim 6 Kapal Perang Bantu AS
Kapal perang Angkatan Laut Australia (RAN), HMAS Stuart
Enam kapal perang Angkatan Laut Australia (RAN) dikerahkan ke Samudera Pasifik jelang latihan gabungan dengan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy). Misi lain keenam kapal ini tak lain adalah untuk menandingi kampanye militer Tentara Pembebasan Rakyat China di Laut China Selatan.
Menurut laporan Daily Mail yang dikutip VIVA Militer, Angkatan Laut Australia mengirim HMAS Anzac, HMAS Arunta, HMAS Ballarat, HMAS Canberra, HMAS Hobart, dan HMAS Stuart.
Rencananya, latihan gabungan dengan dengan Angkatan Laut AS akan digelar pada Agustus 2020. Latihan gabungan ini disebut sebagai latihan terbesar armada tempur maritim terbesar internasional. Seluruh armada laut baik Australia maupun AS akan memulai latihan gabungan dari Pangkalan Militer AS di Honolulu, Hawaii.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, angkat bicara terkait pengerahan enam kapal perang dan latihan gabungan dengan AS di Pasifik. Kapal perang Angkatan Laut Australia (RAN), HMAS Canberra
Terkait ketegangan dengan China, Morrison mengatakan bahwa Negeri Tirai Bambu takkan terkejut dengan latihan gabungan ini. Pasalnya, latihan gabungan armada laut Australia dengan AS adalah rutinitas yang sudah biasa dilakukan.
"Ini adalah kegiatan rutin kerjasama dan latihan yang biasa kami lakukan. Tidak ada yang luar biasa dalam hal itu. Saya tidak berpikir (latihan gabungan) itu membuat semua orang yang melihatnya akan terkejut," ujar Morrison.
Seperti yang diketahui, armada militer China kerap menunjukkan taringnya di wilayah Laut China Selatan. Pengerahan dua kapal induk Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN), Liaoning (16) dan Shandong (17), membuat AS dan Australia meradang.
Apalagi, China terbukti menggunakan kekuatan militernya untuk mengancam sejumlah negara di kawasan Indo-Pasifik.
Sejumlah insiden mulai dari penenggelaman kapal ikan berbendera vietnam, ancaman kapal perang China terhadap kapal perang Filipina, hingga klaim atas dua wilayah di Laut China Selatan, didalangi oleh China sejak awal tahun ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.