Jasad Encang Kurnia dan Pura Sudarma tergeletak di tepi jalan.
Anak buah Dulmatin ini menyerang petugas menggunakan pistol jenis glock
milik Briptu Boas Woisiri, anggota Densus 88 yang tewas dalam
penyergapan kawanan teroris di Lamkabeu, Aceh Besar, beberapa waktu
lalu.(ap photo/heri juanda)
☆ Polisi - TNI Tangkap Delapan Teroris, Sita Enam Senjata Api
Operasi perburuan terhadap kelompok teroris di Aceh terus berlangsung. Dalam baku tembak di kawasan Leupung, Aceh Besar, pukul 10.30 WIB kemarin (12/3/2010), tim gabungan Polri dan TNI menewaskan dua orang yang diduga anggota kelompok teroris. Delapan orang lain ditangkap.
Operasi perburuan terhadap kelompok teroris di Aceh terus berlangsung. Dalam baku tembak di kawasan Leupung, Aceh Besar, pukul 10.30 WIB kemarin (12/3/2010), tim gabungan Polri dan TNI menewaskan dua orang yang diduga anggota kelompok teroris. Delapan orang lain ditangkap.
Dua korban yang tewas itu diidentifikasi sebagai Pura Sudarma alias Hanzolah, tinggal di Lampung; serta Abu Aiman alias Encang Kurnia, warga Nagrek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Delapan orang yang ditangkap adalah Badru, Yunus alias Ambon, Gema, Khaidir, Taufik, Hendra Ali, Ibnu Sina, dan Abu Baroe. Dengan demikian, dalam operasi selama beberapa hari ini, tim gabungan telah menangkap 31 di antara sekitar 50 anggota kawanan teroris kelompok Dulmatin. Lalu, empat yang lain ditembak mati.
Delapan orang yang tertangkap itu juga merupakan orang-orang penting dalam jaringan Dulmatin. Mereka menjadi instruktur dalam tadrib askari (pelatihan militer) di Aceh Besar. “Orang-orang ini bertahan lebih lama karena kemampuan survival dan militer mereka lebih hebat dari yang lain,” kata perwira menengah yang tak mau disebut namanya.
Dari informasi yang didapat Metro Aceh dan Rakyat Aceh (Jawa Pos Group) dari sumber di kepolisian diketahui, para teroris tersebut awalnya menumpang sebuah mobil minibus jenis L-300 dengan nopol BK 1116 GU yang dikemudikan oleh Zakiruddin. ’’Dari Lambaro CafĂ©, mereka hendak menuju kawasan pantai barat dengan ongkos Rp 1,5 juta,’’ katanya.
Namun, pergerakan mereka terendus oleh aparat keamanan. Saat itu, personel Polsek Leupung dan Brimob Polda Aceh yang dibantu anggota TNI dari Koramil Leupung dan Kodim 0101 Aceh Besar melakukan razia. Mereka memberhentikan minibus tersebut dan memeriksa barang bawaan. Saat itulah, tim gabungan menemukan sejumlah senjata dalam sebuah karung. Personel dari Densus 88 kemudian datang ke lokasi.
Ketika seorang petugas berteriak karena melihat senjata, dua penumpang yang duduk di samping sopir langsung lari ke arah rawa-rawa sambil melepaskan tembakan. Selanjutnya, terjadi kontak tembak selama 30 menit di Jalan Raya Banda Aceh–Meulaboh.
Insiden itu berhenti setelah Encang dan Pura roboh karena diterjang timah panas di bagian leher dan perut. Setelah menewaskan tersangka, aparat menyita sepucuk senapan jenis AK dan sebuah pistol jenis glock.
Secara keseluruhan, dalam razia tersebut, aparat menyita dua pucuk senapan AK, tiga pucuk senapan M-16, satu pistol glock, dua senter, uang tunai Rp 15 juta, dan sejumlah pakaian. Mobil beserta sopir dan kernet turut diamankan.
Sumber tersebut mengatakan bahwa pistol jenis glock yang digunakan oleh salah seorang teroris yang tewas adalah milik almarhum Briptu Boas Woisiri, anggota Densus 88 yang tewas dalam penyergapan kawanan teroris di Lamkabeu, Aceh Besar, beberapa waktu lalu.
Menurut sumber harian ini, yang menembak Briptu Boas Woisiri adalah Abu Aiman alias Encang Kurnia yang kemarin tewas ditembak aparat.
Kapolri Jendral Bambang Hendarso Danuri menjelaskan senjata yang digunakan almarhum Boas memang sudah ditemukan. “Glock milik Boas sudah kembali,” ujarnya di Mabes Polri kemarin .
Menurut Kapolri, serangkaian operasi lain sedang berjalan. “Minggu depan akan dijelaskan semuanya. Insya Allah,” katanya seraya tersenyum. Termasuk, penangkapan teroris di Solo dan beberapa orang yang lain di Jawa Barat.
☆ DIBANTU TNI
Kapolda Aceh Irjen Pol Adityawarman mendatangi Mapolsek Leupung dan langsung masuk ke dalam beberapa jam setelah insiden kontak tembak tersebut. Tidak berselang lama, Gubernur Irwandi Yusuf juga datang ke Mapolsek Leupung. Kapolda maupun gubernur tidak berkomentar sepatah kata pun saat ditanya wartawan.
Sekitar pukul 12.00 WIB, jenazah Encang Kurnia dan Pura Sudarma dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Aceh di kawasan Lamteumen, Banda Aceh, dengan dua ambulans polisi. Satu jam kemudian lima tersangka teroris dengan tangan terikat dan mata tertutup dimasukkan ke dalam mobil tahanan untuk dibawa ke Mapolda Aceh. Seorang tersangka teroris lain yang terluka juga dibawa ke RS Bhayangkara dengan ambulans biasa.
Sekira pukul 12.30 WIB, dua ambulans milik polisi tiba di RS Bhayangkara dan langsung menuju kamar mayat. Beberapa petugas menurunkan dua jenazah yang dibungkus kantong mayat berwarna oranye.
Dokter dan sejumlah petugas medis terlihat bersiap melakukan otopsi di kamar jenazah RS Bhayangkara. Di luar kamar jenazah, sejumlah polisi berjaga-jaga dengan senjata di pundak.
Sekitar pukul 14.45 WIB Kapolda Aceh Irjen Pol Adityawarman memberikan penjelasan soal insiden Leupung di Aula Machdum, Mapolda Aceh. ’’Razia anggota kami dengan dibantu TNI berhasil menyita sejumlah senjata dan barang bukti lain. Anggota kelompok teroris juga bisa dilumpuhkan,’’ katanya. Kapolda mengucapkan terima kasih atas informasi dan bantuan jajaran TNI dalam razia tersebut.
Tiga anggota TNI dari Koramil Leupung, Kodim 0101 Aceh Besar, ikut membantu anggota Polsek Leupung saat kontak tembak dalam razia di Jalan Raya Banda Aceh–Meulaboh.
Sebelumnya, sekitar pukul 08.00 WIB, anggota Intel Kodim 0101 menerima informasi soal sepuluh orang yang dicurigai naik mobil minibus L-300. Lalu, Dandim menginformasikan itu kepada Danramil Leupung. Selanjutnya, danramil menyampaikan informasi tersebut kepada Kapolsek Leupung. Kemudian, tim gabungan Polri dan TNI merazia kendaraan yang melintas di Leupung. (slm/imj/ian/jpnn/dwi).
Sumber :
- Kaltimpost
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.