Guna
meningkatkan kemampuan Tri Daya Cakti Satuan Kavaleri TNI AD, tidak ada
cara lain kecuali melalui upaya modernisasi Alutsista yang memiliki
teknologi kelas dunia.
Meningkatkan Kemampuan Tri Daya Cakti
Oleh : Brigadir Jenderal TNI Purwadi Mukson, S.IP (Danpussenkav)
Sejalan dengan penggunaan Alutsista berteknologi tinggi, Pussenkav dalam mendukung kepentingan strategis pertahanan senantiasa berupaya mengikuti perkembangan kemajuan teknologi sistem senjata satuan Kavaleri negara-negara maju termasuk yang dimiliki oleh negara tetangga, serta berupaya menciptakan keseimbangan daya tempur relatif yang salah satunya dengan menyusun Rencana Strategis Membangun Postur Kavaleri TNI AD dan Pengembangan Organisasi menuju Minimum Esential Force (MEF) guna meningkatkan kemampuan Tri Daya Caktinya, sebagaimana yang disampaikan Presiden SBY dalam Keynote Speech dan acara seminar di Seskoad tanggal 19 September 2008 mengatakan “Kita harus mempunyai Arm Force yang cukup dan kita harus mempunyai prinsip Minimum Essential Force dalam anggaran kita”. Oleh karena itu, modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD merupakan kebutuhan mutlak dan mendesak untuk menambah kekuatan pokok minimalnya dengan tidak mengurangi kemampuan Tri Daya Cakti yang sudah melekat sejak dulu.
Sebagai
salah satu kecabangan pokok TNI AD, satuan Kavaleri memiliki tugas
pokok menyelenggarakan pertempuran darat dengan menggunakan kendaraan
tempur dan atau kuda militer sebagai peralatan utamanya yang bercirikan
Tri Daya Cakti (Tiga Kekuatan Ampuh) yaitu Daya Tembak (Fire Power), Daya Gerak (Mobility), dan Daya Kejut (Perpaduan daya tembak dan daya gerak).
Sejalan dengan penggunaan Alutsista berteknologi tinggi, Pussenkav dalam mendukung kepentingan strategis pertahanan senantiasa berupaya mengikuti perkembangan kemajuan teknologi sistem senjata satuan Kavaleri negara-negara maju termasuk yang dimiliki oleh negara tetangga, serta berupaya menciptakan keseimbangan daya tempur relatif yang salah satunya dengan menyusun Rencana Strategis Membangun Postur Kavaleri TNI AD dan Pengembangan Organisasi menuju Minimum Esential Force (MEF) guna meningkatkan kemampuan Tri Daya Caktinya, sebagaimana yang disampaikan Presiden SBY dalam Keynote Speech dan acara seminar di Seskoad tanggal 19 September 2008 mengatakan “Kita harus mempunyai Arm Force yang cukup dan kita harus mempunyai prinsip Minimum Essential Force dalam anggaran kita”. Oleh karena itu, modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD merupakan kebutuhan mutlak dan mendesak untuk menambah kekuatan pokok minimalnya dengan tidak mengurangi kemampuan Tri Daya Cakti yang sudah melekat sejak dulu.
Latar Belakang
Saat
ini kekuatan Ranpur Kavaleri TNI AD masih jauh dari yang diharapkan
dihadapkan pada tantangan tugas yang diemban satuan Kavaleri. Pada
umumnya Ranpur yang dimiliki satuan Kavaleri merupakan tipe tank ringan
(light tank). Bila dibandingkan dengan Ranpur yang dimiliki beberapa
negara di kawasan Asia tenggara sebagaimana peta kekuatan tersebut di
bawah ini, maka imbangan daya tempur relatif (kesetaraan) Satuan
Kavaleri TNI AD jauh di bawah rata-rata negara-negara di Asia Tenggara.
Dari gambaran varian tersebut di atas, maka harus jujur diakui bahwa implementasi Doktrin Kavaleri TNI AD yang dijabarkan kedalam fungsi utama satuan Kavaleri TNI AD yaitu melaksanakan fungsi penggempur dan fungsi pengamanan belum mampu dilaksanakan secara optimal. Mengingat untuk mampu melaksanakan fungsi penggempur (doktrin tank lawan tank), maka spesifikasi Ranpur yang dibutuhkan adalah yang mampu menghancurkan tank lawan dengan senjata utamanya kanon kaliber besar > 105 mm yang hanya di miliki oleh ranpur kelas sedang dan berat, sementara Ranpur Kavaleri TNI AD saat ini hanya type tank ringan. Demikian pula untuk melaksanakan fungsi pengamanan, disamping dibutuhkan Ranpur kelas ringan untuk tugas-tugas pengamanan tetap dibutuhkan Ranpur kanon dari kelas sedang dengan kaliber 90 mm atau 105 mm.
Dengan demikian parameter kemampuan Tri Daya Cakti satuan Kavaleri baik sejak dulu dan untuk kedepan sangat dipengaruhi oleh kondisi Alutsista yang akan mengisi organisasi satuan kavaleri TNI AD sesuai fungsi utama sebagai fungsi penggempur dan sebagai fungsi pengamanan. Oleh karenanya ke-bijaksanaan modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD merupakan hal yang tepat dengan memenuhi kebutuhan TNI AD dengan Ranpur kelas berat, sehingga kemampuan Tri Daya Cakti satuan Kavaleri TNI AD menjadi setara dengan Ranpur Kavaleri negara-negara tetangga.
Dari gambaran varian tersebut di atas, maka harus jujur diakui bahwa implementasi Doktrin Kavaleri TNI AD yang dijabarkan kedalam fungsi utama satuan Kavaleri TNI AD yaitu melaksanakan fungsi penggempur dan fungsi pengamanan belum mampu dilaksanakan secara optimal. Mengingat untuk mampu melaksanakan fungsi penggempur (doktrin tank lawan tank), maka spesifikasi Ranpur yang dibutuhkan adalah yang mampu menghancurkan tank lawan dengan senjata utamanya kanon kaliber besar > 105 mm yang hanya di miliki oleh ranpur kelas sedang dan berat, sementara Ranpur Kavaleri TNI AD saat ini hanya type tank ringan. Demikian pula untuk melaksanakan fungsi pengamanan, disamping dibutuhkan Ranpur kelas ringan untuk tugas-tugas pengamanan tetap dibutuhkan Ranpur kanon dari kelas sedang dengan kaliber 90 mm atau 105 mm.
Imbangan daya tempur Satuan Kavaleri TNI AD dengan negara tetangga |
Dengan demikian parameter kemampuan Tri Daya Cakti satuan Kavaleri baik sejak dulu dan untuk kedepan sangat dipengaruhi oleh kondisi Alutsista yang akan mengisi organisasi satuan kavaleri TNI AD sesuai fungsi utama sebagai fungsi penggempur dan sebagai fungsi pengamanan. Oleh karenanya ke-bijaksanaan modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD merupakan hal yang tepat dengan memenuhi kebutuhan TNI AD dengan Ranpur kelas berat, sehingga kemampuan Tri Daya Cakti satuan Kavaleri TNI AD menjadi setara dengan Ranpur Kavaleri negara-negara tetangga.
Babak Baru Sistem Pertahanan Matra Darat
Pengadaan
Alutsista TNI AD merupakan babak baru sistem pertahanan matra darat di
Indonesia sejalan dengan perkembangan teknologi sistem persenjataan yang
dimiliki oleh negara-negara di dunia dengan didukung oleh kondisi
perekonomian Indonesia yang semakin baik. Pengadaan Alutsista TNI AD
termasuk tank kelas berat untuk satuan Kavaleri TNI AD bukan dimaksudkan
dalam konteks “balancing of power” tetapi untuk mendapatkan kesetaraan
dalam diplomasi militer.
Pertimbangan strategis lainnya bahwa dengan diakuisisinya Ranpur MBT, jelas akan meningkatkan kemampuan Satuan TNI AD dalam menjalankan doktrin “tank lawan tank” dimana dengan kanon kaliber 120 mm akan memiliki kemampuan daya gempur (fire power) yang sangat dahsyat didukung oleh kemampuan mobilitas yang sangat tinggi, sehingga menimbulkan aspek daya kejut yang dahsyat pula. Dapat mengembangkan taktik dan strategi baru baik untuk menyerang maupun bertahan serta mampu meningkatkan kemampuan daya tangkal (deterent effect). Disisi lain dengan dimilikinya Ranpur kelas MBT akan meningkatkan moral prajurit terutama apabila terjadi perang dan meningkatkan daya gentar bagi pihak lawan.
MBT Leopard 2A6 yang direncanakan akan mengisi Satkav TNI AD kedepan |
Pertimbangan strategis lainnya bahwa dengan diakuisisinya Ranpur MBT, jelas akan meningkatkan kemampuan Satuan TNI AD dalam menjalankan doktrin “tank lawan tank” dimana dengan kanon kaliber 120 mm akan memiliki kemampuan daya gempur (fire power) yang sangat dahsyat didukung oleh kemampuan mobilitas yang sangat tinggi, sehingga menimbulkan aspek daya kejut yang dahsyat pula. Dapat mengembangkan taktik dan strategi baru baik untuk menyerang maupun bertahan serta mampu meningkatkan kemampuan daya tangkal (deterent effect). Disisi lain dengan dimilikinya Ranpur kelas MBT akan meningkatkan moral prajurit terutama apabila terjadi perang dan meningkatkan daya gentar bagi pihak lawan.
Pengadaan Tank Leopard bagi TNI AD
Untuk
melengkapi tulisan ini diinformasikan pentingnya Satuan Kavaleri TNI AD
memiliki Ranpur Kelas MBT (Main Battle Tank) yang merupakan bagian dari
modernisasi Alutsista TNI AD. Ranpur MBT yang mempunyai persenjataan
utama Kanon kaliber 120 - 125 mm, dilengkapi senjata pendukung Coaxial
12,7 mm serta dapat dilengkapi dengan Rudal ATGM (Anti Tank Laser Guided
Missile), sistem penembakan telah dilengkapi dengan LRF (Laser Range
Finder) yang dapat melihat siang dan malam (thermal system), dilengkapi
stabilizer sehingga mampu menembak dalam posisi bergerak (moving) serta
memiliki daya akurasi yang maksimal. Kemampuan lindung lapis baja mampu
menahan tembakan senjata kanon 40 mm yang tidak dimiliki oleh Ranpur
tank kelas medium maupun tank ringan.
Sebagai perbandingan Tank Leopard 2A6 dengan bobot 62,5 Ton tekanan jejaknya hanya 0.9941 kg/cm² (sekitar 14,1 Psi), sedangkan Toyota Kijang dengan bobot 1,650 Ton ternyata tekanan jejaknya 2.331 kg/cm² (sekitar 33,1 Psi).
Namun demikian bukan berarti MBT sekalipun sekelas Leopard 2A6 sama sekali tidak bisa terjebak dalam medan yang sukar. Kemungkinan tersebut tetap ada, tentunya sudah diperhitungkan meskipun dioperasionalkan oleh pengemudi Ranpur yang andal sekalipun. Guna mengatasi medan-medan sukar termasuk kemampuan jembatan yang disebabkan karena konstruksi yang meragukan, maka dilengkapi dengan Ranpur pendukung seperti Ranpur recovery (Armored Recovery Vehicle) dan Ranpur Jembatan/AVLB (Armoured Vehicle Launching Bridge).
Sehubungan
rencana Ke-menterian Pertahanan akan dilengkapinya Satuan Kavaleri TNI
AD dengan tank sekelas MBT (Tank Leopard), banyak pengamat militer
bahkan para senior dari Purnawirawan yang mengomentari bahwa penggunaan
Ranpur Kelas Berat merupakan kebijaksanaan yang keliru serta tidak cocok dengan
kondisi geografis di wilayah Indonesia, yang lebih cocok adalah tank
kelas ringan. Pendapat-pendapat tersebut kurang tepat, mengingat
beberapa negara tetangga yang kondisi geografisnya sama dengan Indonesia
saat ini juga menggunakan MBT apalagi prasarana infrastruktur Indonesia
saat ini jauh lebih baik dibandingkan sebelum tahun 80-an.
Dikarenakan Indonesia merupakan Negara Kepulauan, maka para senior kavaleri jauh sebelumnya telah membagi Type Ranpur menjadi 3 (tiga) kelas yaitu kelas ringan, sedang/medium dan berat.
Adapun keraguan bahwa kontur tanah di Indonesia tidak mampu menahan beban Tank Leopard yang memiliki bobot tempur 62,5 Ton, bukanlah pendapat yang dapat dibenarkan. Mengingat bahwa tank bergerak menggunakan roda rantai (track) yang sudah didesain sedemikian rupa didukung oleh kemampuan mesin yang sudah diperhitungkan, sehingga tidaklah aneh apabila tank tetap mampu bergerak lincah sekalipun di medan berlumpur. Penghitungan tersebut dapat diukur dengan mengunakan Ilmu Fisika terkait perhitungan beban/tekanan jejak yang dikenal dengan istilah “ground pressure”.
Adapun keraguan bahwa kontur tanah di Indonesia tidak mampu menahan beban Tank Leopard yang memiliki bobot tempur 62,5 Ton, bukanlah pendapat yang dapat dibenarkan. Mengingat bahwa tank bergerak menggunakan roda rantai (track) yang sudah didesain sedemikian rupa didukung oleh kemampuan mesin yang sudah diperhitungkan, sehingga tidaklah aneh apabila tank tetap mampu bergerak lincah sekalipun di medan berlumpur. Penghitungan tersebut dapat diukur dengan mengunakan Ilmu Fisika terkait perhitungan beban/tekanan jejak yang dikenal dengan istilah “ground pressure”.
MBT Leopard 2A6 mampu melintasi tanah yang lembek dan berlumpur |
Sebagai perbandingan Tank Leopard 2A6 dengan bobot 62,5 Ton tekanan jejaknya hanya 0.9941 kg/cm² (sekitar 14,1 Psi), sedangkan Toyota Kijang dengan bobot 1,650 Ton ternyata tekanan jejaknya 2.331 kg/cm² (sekitar 33,1 Psi).
Namun demikian bukan berarti MBT sekalipun sekelas Leopard 2A6 sama sekali tidak bisa terjebak dalam medan yang sukar. Kemungkinan tersebut tetap ada, tentunya sudah diperhitungkan meskipun dioperasionalkan oleh pengemudi Ranpur yang andal sekalipun. Guna mengatasi medan-medan sukar termasuk kemampuan jembatan yang disebabkan karena konstruksi yang meragukan, maka dilengkapi dengan Ranpur pendukung seperti Ranpur recovery (Armored Recovery Vehicle) dan Ranpur Jembatan/AVLB (Armoured Vehicle Launching Bridge).
Mengapa Tank Leopard-2 menjadi pilihan Kavaleri TNI AD
Disamping track record yang telah teruji di medan perang (battle proven), Tank Leopard-2 buatan Jerman merupakan MBT yang paling banyak digunakan oleh negara-negara di dunia (18 negara). Hal lain yang menjadi dasar perhitungan disamping harganya murah adalah adanya jaminan dan kemudahan-kemudahan yang tidak mengikat. Dengan demikian penggunaan untuk jangka panjang tidak menjadi hambatan seperti jaminan suku cadang, proses ToT (Transfer of Tecnology) dalam rangka membantu BUMNIP maupun BUMNIS serta pelatihan-pelatihan.
Mengakhiri tulisan ini dapat disimpulkan bahwa guna meningkatkan kemampuan Tri Daya Cakti Satuan Kavaleri TNI AD adalah tidak ada cara lain yaitu melalui upaya modernisasi Alutsista yang memiliki teknologi kelas dunia. Pemilihan MBT Leopard-2A6 buatan Jerman merupakan pilihan yang tepat baik dalam rangka meningkatkan imbangan daya tempur relatif sekaligus mempercepat proses kemandirian industri strategis. Selamat datang MBT di jajaran Satuan Kavaleri TNI AD ”Jaya dimasa perang berguna dimasa damai”.
Mengakhiri tulisan ini dapat disimpulkan bahwa guna meningkatkan kemampuan Tri Daya Cakti Satuan Kavaleri TNI AD adalah tidak ada cara lain yaitu melalui upaya modernisasi Alutsista yang memiliki teknologi kelas dunia. Pemilihan MBT Leopard-2A6 buatan Jerman merupakan pilihan yang tepat baik dalam rangka meningkatkan imbangan daya tempur relatif sekaligus mempercepat proses kemandirian industri strategis. Selamat datang MBT di jajaran Satuan Kavaleri TNI AD ”Jaya dimasa perang berguna dimasa damai”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.