Jakarta ♼ Ekspedisi NKRI koridor Maluku dan Maluku Utara 2014 akan segera di gelar dengan mengambil tema Peduli dan Lestarikan Alam Indonesia, yang berlangsung selama 4,5 bulan dimulai dari tanggal 6 Februari hingga 26 Juni 2014.
Diikuti oleh sekitar 800 personil TNI-AD, dan melibatkan 240 orang mahasiswa dari 36 perguruan tinggi negeri dan swasta dari seluruh Indonesia.
Ekspedisi NKRI 2014 koridor Maluku ini merupakan ekspedisi keempat. Sebelumnya sudah dilakukan Ekspedisi Bukit Barisan (2011) di wilayah Sumatera, Ekspedisi Khatulistiwa (2012) di Kalimantan, dan Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi pada 2013.
Demikian disampaikan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayor Jenderal TNI Agus Sutomo saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Ekspedisi koridor Maluku dan Maluku Utara di Gedung Flamboyan Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Kamis (19/12/13).
“Ekspedisi kali ini selain melibatkan unsur TNI/Polri, kalangan kampus dan mahasiswa, para peneliti juga pihak kementerian atau lembaga serta masyarakat. Adapun kegiatan ekspedisi meliputi penjelajahan, penelitian bidang kehutanan, flora fauna, potensi bencana, sosial budaya dan komunikasi sosial,” ujar Agus.
Menurutnya, Ekspedisi dari tahun ke tahun tidak ada perubahan dan kegiatannya di bagi 3 yakni penjelajahan, penelitian dan komunikasi sosial (Komsos) penjelajahan di lakukan TNI-Polri untuk mengetahui secara riil hutan rimba seperti apa .
“Kita juga sekaligus melatih individu para prajurit naluri tempur untuk menyatu dengan alam dan temuan itu nanti didata diinformasikan ke peneliti, peneliti yang melanjutkan sesuai yang sudah di programkan,” katanya.
Agus menjelaskan, para peneliti bernuansa akademis melibatkan adik-adik mahasiswa perguruan tinggi negeri maupun swasta dan para pakar, ahli sama-sama turun kelapangan dan dikawal dengan TNI-Polri
“Untuk ekspedisi ke 3 temuan flora fauna sekitar 3000 ini masih di pelajari di LIPI apakah ini indemik baru atau langka maupun belum terdata sekarang dalam proses bahkan yang di Sumatera ada 7 flora fauna yang sudah dicatat dengan bahasa Indonesia.
Untuk Komunikasi Sosial ini yang menyentuh ada yang masih miskin , terpencil, pada ekspedisi ke 3 membuat jembatan gantung dengan standar internasional bahan bakunya diambil dari Swiss, pipanya dari Argentina dan belanjannya di Krakatau Steel dan ahlinya datang sendiri.
Lalu kita bangun sekolah, bedah rumah ada 10 unit, membangun perbaikan mushola, gereja-geraja, membuat MCK, sumber air bersih seperti kabupaten Pinobo di kelingi sungai yang sudah tercemar limbah,” jelasnya.
Delapan subkorwil, antara lain Subkorwil-1 Masohi di Kabupaten Maluku Tengah, Subkorwil-2 Tual di Kabupaten Maluku Tenggara, Subkorwil-3 Namlea di Kabupaten Buru, Subkorwil-4 Saumlaki di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Subkorwil-5 Ternate di kota
Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat, Subkorwil-6 Tidore di Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Tengah,Subkorwil-7 Tobelo di Kabupaten Morotai dan Subkorwil-8 Labuha di Kabupaten Halmahera Selatan.
Diikuti oleh sekitar 800 personil TNI-AD, dan melibatkan 240 orang mahasiswa dari 36 perguruan tinggi negeri dan swasta dari seluruh Indonesia.
Ekspedisi NKRI 2014 koridor Maluku ini merupakan ekspedisi keempat. Sebelumnya sudah dilakukan Ekspedisi Bukit Barisan (2011) di wilayah Sumatera, Ekspedisi Khatulistiwa (2012) di Kalimantan, dan Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi pada 2013.
Demikian disampaikan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayor Jenderal TNI Agus Sutomo saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Ekspedisi koridor Maluku dan Maluku Utara di Gedung Flamboyan Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Kamis (19/12/13).
“Ekspedisi kali ini selain melibatkan unsur TNI/Polri, kalangan kampus dan mahasiswa, para peneliti juga pihak kementerian atau lembaga serta masyarakat. Adapun kegiatan ekspedisi meliputi penjelajahan, penelitian bidang kehutanan, flora fauna, potensi bencana, sosial budaya dan komunikasi sosial,” ujar Agus.
Menurutnya, Ekspedisi dari tahun ke tahun tidak ada perubahan dan kegiatannya di bagi 3 yakni penjelajahan, penelitian dan komunikasi sosial (Komsos) penjelajahan di lakukan TNI-Polri untuk mengetahui secara riil hutan rimba seperti apa .
“Kita juga sekaligus melatih individu para prajurit naluri tempur untuk menyatu dengan alam dan temuan itu nanti didata diinformasikan ke peneliti, peneliti yang melanjutkan sesuai yang sudah di programkan,” katanya.
Agus menjelaskan, para peneliti bernuansa akademis melibatkan adik-adik mahasiswa perguruan tinggi negeri maupun swasta dan para pakar, ahli sama-sama turun kelapangan dan dikawal dengan TNI-Polri
“Untuk ekspedisi ke 3 temuan flora fauna sekitar 3000 ini masih di pelajari di LIPI apakah ini indemik baru atau langka maupun belum terdata sekarang dalam proses bahkan yang di Sumatera ada 7 flora fauna yang sudah dicatat dengan bahasa Indonesia.
Untuk Komunikasi Sosial ini yang menyentuh ada yang masih miskin , terpencil, pada ekspedisi ke 3 membuat jembatan gantung dengan standar internasional bahan bakunya diambil dari Swiss, pipanya dari Argentina dan belanjannya di Krakatau Steel dan ahlinya datang sendiri.
Lalu kita bangun sekolah, bedah rumah ada 10 unit, membangun perbaikan mushola, gereja-geraja, membuat MCK, sumber air bersih seperti kabupaten Pinobo di kelingi sungai yang sudah tercemar limbah,” jelasnya.
Delapan subkorwil, antara lain Subkorwil-1 Masohi di Kabupaten Maluku Tengah, Subkorwil-2 Tual di Kabupaten Maluku Tenggara, Subkorwil-3 Namlea di Kabupaten Buru, Subkorwil-4 Saumlaki di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Subkorwil-5 Ternate di kota
Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat, Subkorwil-6 Tidore di Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Tengah,Subkorwil-7 Tobelo di Kabupaten Morotai dan Subkorwil-8 Labuha di Kabupaten Halmahera Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.