Deretan pesawat tempur jenis F-16 milik Angkatan Udara Turki. (Istimewa)
Satu kelompok sempalan militer Turki -- yang terbesar kedua di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) setelah Amerika Serikat -- menyita perhatian dunia Jumat lalu dengan melakukan upaya kudeta.
Aksi tersebut mengagetkan para pengamat Turki, yang yakin bahwa Presiden Recep Tayyip Erdogan dari partai Islamis Partai Keadilan dan Pembangunan telah menjinakkan militer yang berpandangan sekuler.
Pejabat sementara Panglima Militer Jenderal Umit Dundar kemudian mengumumkan pada hari Sabtu (16/7) bahwa upaya kudeta itu telah digagalkan.
Militer Turki memiliki 510.600 tentara, turun dari 800.000 di 1985, dan dianggap sebagai salah satu yang paling terlatih di dunia.
Dalam beberapa tahun terakhir tentara Turki lebih banyak menghabiskan energi untuk memerangi separatisme oleh Partai Pekerja Kurdi (PKK) di wilayah tenggara dan melakukan serangan udara di markas-markas PKK di perbatasan wilayah utara Irak.
Ratusan tentara Turki telah terbunuh dalam pertempuran itu, yang meletus sejak gencatan senjata yang cuma berumur 2,5 tahun dilanggar pada pertengahan 2015.
Tahun lalu Turki juga memutuskan bergabung dengan koalisi pimpinan Amerika Serikat untuk menggempur kelompok Islamic State di Suriah dari udara.
Berdasarkan data 2016 yang dirilis oleh International Institute for Strategic Studies (IISS), Turki memiliki 402.000 personel Angkatan Darat, 48.600 personel Angkatan Laut dan 60.000 personel Angkatan Udara.
Selain itu masih ada 100.000 anggota gendarmerie, atau polisi militer, yang berada di bawah komando Kementerian Dalam Negeri, bukan Kementerian Pertahanan, menurut data 2015.
Turki juga memiliki hampir 400.000 tentara cadangan di ketiga angkatan.
Angkatan Laut Turki memiliki 13 kapal selam, 18 fregat dan enam corvettes, sementara Angkatan Udara diperkuat lebih dari 200 jet tempur F-16, yang terbesar kedua setelah AS.
"Angkatan Udara (Turki) dipersenjatai dengan baik dan sangat terlatih," bunyi laporan IISS.
Organisasi intelijen Jane's menyebutkan bahwa Angkatan Darat Turki juga berkembang pesat sejak awal dekade 1990an, dengan mobilitas tinggi dan daya gempur yang makin meningkat.
Satu kelompok sempalan militer Turki -- yang terbesar kedua di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) setelah Amerika Serikat -- menyita perhatian dunia Jumat lalu dengan melakukan upaya kudeta.
Aksi tersebut mengagetkan para pengamat Turki, yang yakin bahwa Presiden Recep Tayyip Erdogan dari partai Islamis Partai Keadilan dan Pembangunan telah menjinakkan militer yang berpandangan sekuler.
Pejabat sementara Panglima Militer Jenderal Umit Dundar kemudian mengumumkan pada hari Sabtu (16/7) bahwa upaya kudeta itu telah digagalkan.
Militer Turki memiliki 510.600 tentara, turun dari 800.000 di 1985, dan dianggap sebagai salah satu yang paling terlatih di dunia.
Dalam beberapa tahun terakhir tentara Turki lebih banyak menghabiskan energi untuk memerangi separatisme oleh Partai Pekerja Kurdi (PKK) di wilayah tenggara dan melakukan serangan udara di markas-markas PKK di perbatasan wilayah utara Irak.
Ratusan tentara Turki telah terbunuh dalam pertempuran itu, yang meletus sejak gencatan senjata yang cuma berumur 2,5 tahun dilanggar pada pertengahan 2015.
Tahun lalu Turki juga memutuskan bergabung dengan koalisi pimpinan Amerika Serikat untuk menggempur kelompok Islamic State di Suriah dari udara.
Berdasarkan data 2016 yang dirilis oleh International Institute for Strategic Studies (IISS), Turki memiliki 402.000 personel Angkatan Darat, 48.600 personel Angkatan Laut dan 60.000 personel Angkatan Udara.
Selain itu masih ada 100.000 anggota gendarmerie, atau polisi militer, yang berada di bawah komando Kementerian Dalam Negeri, bukan Kementerian Pertahanan, menurut data 2015.
Turki juga memiliki hampir 400.000 tentara cadangan di ketiga angkatan.
Angkatan Laut Turki memiliki 13 kapal selam, 18 fregat dan enam corvettes, sementara Angkatan Udara diperkuat lebih dari 200 jet tempur F-16, yang terbesar kedua setelah AS.
"Angkatan Udara (Turki) dipersenjatai dengan baik dan sangat terlatih," bunyi laporan IISS.
Organisasi intelijen Jane's menyebutkan bahwa Angkatan Darat Turki juga berkembang pesat sejak awal dekade 1990an, dengan mobilitas tinggi dan daya gempur yang makin meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.