✈ Pesawat pertama rencananya diselesaikan pada bulan ke-24 ✈ N219 [PTDI]
Torehan kontrak baru senilai sekitar US$ 1 miliar pada tahun ini menjadi modal bagi PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI untuk bangkit. Kepala Divisi Pemasaran PTDI Ibnu Bintarto mengatakan pesawat N219, terutama dalam model amfibi, sedang gencar ditawarkan kepada pelaku pasar aviasi.
Sejak Juni 2023, kata dia, pemakaian N219 ikut dipromosikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). “Sudah ada peluncuran model bisnis pemanfaatan N219 untuk pemerintah daerah. Pilot project program itu dimulai di Kepulauan Riau,” katanya kepada Tempo, kemarin, 19 Desember 2023.
Anjuran pemakaian N219 untuk pemda, menurut Ibnu, akan memicu pemesanan N219 yang lebih besar ke depannya. Hingga bulan ini, perusahaan sudah mendapat pesanan enam unit N219 untuk kebutuhan TNI Angkatan Darat.
Dengan kapasitas saat ini, pengerjaan dan pengiriman pesawat akan dapat dilakukan secara bertahap selama 44 bulan sejak pengukuhan kontrak. Pesawat pertama rencananya diselesaikan pada bulan ke-24. Selanjutnya, PTDI akan mengirim satu unit lagi setiap empat bulan.
Sembari merampungkan sertifikasi uji tipe N219 yang tuntas pada akhir 2022, PTDI menerima banyak pernyataan minat dari konsumen domestik dan asing. Pesanan N219 juga datang dari Kementerian Perhubungan untuk program jembatan udara. Manajemen PTDI pun akan bakal menggarap empat unit N219 pesanan Pemerintah Provinsi Aceh pada tahap produksi pertama. Dari kalangan swasta, ada PT Karya Logistik Indotama yang sebelumnya juga memesan lima unit.
Dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 44,69 persen, Ibnu meneruskan, harga per unit N219 ditaksir mencapai US$ 6,8 juta atau setara dengan Rp 105,2 miliar. Selain untuk bahan baku dan mesin utama, harga ini sudah termasuk paket pelatihan pilot dan teknis serta pengembangan basis.
Ada juga paket bantuan teknis berkala yang lokasinya akan disepakati bersama pembeli. Perseroan menawarkan garansi selama setahun—setara dengan durasi penerbangan awal selama 600 jam. Di luar kontrak pembelian, PTDI juga akan menjalin perjanjian ketersediaan material komponen N219 hingga 20 tahun sejak pembelian. Hal ini lazim dilakukan manufaktur pesawat untuk memastikan ketersediaan material produk selama periode tertentu.
Menurut Ibnu, perakitan mesin bisa dikerjakan oleh pabrikan PTDI di Bandung. Namun beberapa komponen vital, seperti mesin, baling-baling, dan perangkat avionic, harus diimpor dari pabrikan asing yang sudah diakui oleh pasar dunia. Dia sebelumnya menyatakan bahwa harga N219 masih berpotensi naik akibat kenaikan harga barang dan jasa. “Butuh dukungan juga dari perbankan nasional untuk membuat jaminan pembayaran melalui letter of credit.”
Mendapat PMN Rp 543 Miliar PT DI juga mendapatkan kontrak 6 NC-212i untuk Filipina (Miguel Cennon)
Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan menyebutkan penyertaan modal negara (PMN) 2023 untuk entitasnya akan dipakai untuk penguatan kapasitas produksi. Dana segar untuk PTDI mengalir lewat induk holding Defense ID, yaitu PT Len Industri (Persero). Induk gabungan badan usaha milik negara bidang alat pertahanan ini dikucuri PMN sebesar Rp 1,75 triliun pada tahun ini. Sebanyak Rp 543 miliar dari jumlah itu disalurkan ke PTDI.
“Dengan PMN, kami bisa membangun 12 unit N219 per tahun, dari yang awalnya hanya bisa 4 unit,” tutur dia, kemarin. Modal negara itu juga bakal dipakai PTDI untuk peningkatan kapasitas produksi pesawat CN235 serta revitalisasi fasilitas pendukung.
Kepala Bappenas Suharso Monoarfa sebelumnya mendorong pengembangan versi amfibi N219 untuk dipakai di daerah. Menurut dia, produk anyar PTDI akan ikut mengangkat lini industri penyokong manufaktur pesawat. "Mudah-mudahan N219 bisa menjadi produk unggulan setelah saya datang ke Amerika dan meyakinkan otoritas terkait bahwa ini bisa diproduksi," ujar Suharso di Jakarta pada 20 November lalu.
Peneliti BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menyarankan PTDI mengejar transaksi dari pelanggan yang bisa memastikan kesiapan uang muka. Proses penagihan pun harus dirancang secara terinci agar tidak menimbulkan kendala dalam termin pembayaran. “Untuk menanggulangi proyek yang kebutuhan modalnya besar, PTDI bisa mengajak mitra investor,” kata dia. Sebelumnya, PTDI diketahui menggandeng Turkish Aerospace Industries untuk peningkatan teknologi N219, termasuk untuk pemasaran di luar negeri, setelah tahap produksi massal.
Torehan kontrak baru senilai sekitar US$ 1 miliar pada tahun ini menjadi modal bagi PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI untuk bangkit. Kepala Divisi Pemasaran PTDI Ibnu Bintarto mengatakan pesawat N219, terutama dalam model amfibi, sedang gencar ditawarkan kepada pelaku pasar aviasi.
Sejak Juni 2023, kata dia, pemakaian N219 ikut dipromosikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). “Sudah ada peluncuran model bisnis pemanfaatan N219 untuk pemerintah daerah. Pilot project program itu dimulai di Kepulauan Riau,” katanya kepada Tempo, kemarin, 19 Desember 2023.
Anjuran pemakaian N219 untuk pemda, menurut Ibnu, akan memicu pemesanan N219 yang lebih besar ke depannya. Hingga bulan ini, perusahaan sudah mendapat pesanan enam unit N219 untuk kebutuhan TNI Angkatan Darat.
Dengan kapasitas saat ini, pengerjaan dan pengiriman pesawat akan dapat dilakukan secara bertahap selama 44 bulan sejak pengukuhan kontrak. Pesawat pertama rencananya diselesaikan pada bulan ke-24. Selanjutnya, PTDI akan mengirim satu unit lagi setiap empat bulan.
Sembari merampungkan sertifikasi uji tipe N219 yang tuntas pada akhir 2022, PTDI menerima banyak pernyataan minat dari konsumen domestik dan asing. Pesanan N219 juga datang dari Kementerian Perhubungan untuk program jembatan udara. Manajemen PTDI pun akan bakal menggarap empat unit N219 pesanan Pemerintah Provinsi Aceh pada tahap produksi pertama. Dari kalangan swasta, ada PT Karya Logistik Indotama yang sebelumnya juga memesan lima unit.
Dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 44,69 persen, Ibnu meneruskan, harga per unit N219 ditaksir mencapai US$ 6,8 juta atau setara dengan Rp 105,2 miliar. Selain untuk bahan baku dan mesin utama, harga ini sudah termasuk paket pelatihan pilot dan teknis serta pengembangan basis.
Ada juga paket bantuan teknis berkala yang lokasinya akan disepakati bersama pembeli. Perseroan menawarkan garansi selama setahun—setara dengan durasi penerbangan awal selama 600 jam. Di luar kontrak pembelian, PTDI juga akan menjalin perjanjian ketersediaan material komponen N219 hingga 20 tahun sejak pembelian. Hal ini lazim dilakukan manufaktur pesawat untuk memastikan ketersediaan material produk selama periode tertentu.
Menurut Ibnu, perakitan mesin bisa dikerjakan oleh pabrikan PTDI di Bandung. Namun beberapa komponen vital, seperti mesin, baling-baling, dan perangkat avionic, harus diimpor dari pabrikan asing yang sudah diakui oleh pasar dunia. Dia sebelumnya menyatakan bahwa harga N219 masih berpotensi naik akibat kenaikan harga barang dan jasa. “Butuh dukungan juga dari perbankan nasional untuk membuat jaminan pembayaran melalui letter of credit.”
Mendapat PMN Rp 543 Miliar PT DI juga mendapatkan kontrak 6 NC-212i untuk Filipina (Miguel Cennon)
Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan menyebutkan penyertaan modal negara (PMN) 2023 untuk entitasnya akan dipakai untuk penguatan kapasitas produksi. Dana segar untuk PTDI mengalir lewat induk holding Defense ID, yaitu PT Len Industri (Persero). Induk gabungan badan usaha milik negara bidang alat pertahanan ini dikucuri PMN sebesar Rp 1,75 triliun pada tahun ini. Sebanyak Rp 543 miliar dari jumlah itu disalurkan ke PTDI.
“Dengan PMN, kami bisa membangun 12 unit N219 per tahun, dari yang awalnya hanya bisa 4 unit,” tutur dia, kemarin. Modal negara itu juga bakal dipakai PTDI untuk peningkatan kapasitas produksi pesawat CN235 serta revitalisasi fasilitas pendukung.
Kepala Bappenas Suharso Monoarfa sebelumnya mendorong pengembangan versi amfibi N219 untuk dipakai di daerah. Menurut dia, produk anyar PTDI akan ikut mengangkat lini industri penyokong manufaktur pesawat. "Mudah-mudahan N219 bisa menjadi produk unggulan setelah saya datang ke Amerika dan meyakinkan otoritas terkait bahwa ini bisa diproduksi," ujar Suharso di Jakarta pada 20 November lalu.
Peneliti BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menyarankan PTDI mengejar transaksi dari pelanggan yang bisa memastikan kesiapan uang muka. Proses penagihan pun harus dirancang secara terinci agar tidak menimbulkan kendala dalam termin pembayaran. “Untuk menanggulangi proyek yang kebutuhan modalnya besar, PTDI bisa mengajak mitra investor,” kata dia. Sebelumnya, PTDI diketahui menggandeng Turkish Aerospace Industries untuk peningkatan teknologi N219, termasuk untuk pemasaran di luar negeri, setelah tahap produksi massal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.