⚓ Tertulis dalam program refurbishment kapal perang TNI AL Rencana pemasangan rudal Atmaca (Lembaga KERIS/DEFEND.ID) ⚓
Kilas balik ke awal November 2022, Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI telah merilis program refurbishment pada 41 unit kapal perang TNI AL. Program refurbishment nantinya akan mencakup jenis Fast Patrol Boat (FPB)-57 class, korvet Parchim class, korvet Fatahillah class, Kapal Cepat Rudal (KCR) class, korvet Sigma (Diponegoro) class dan korvet Bung Tomo class.
Dan belum lama ini ada kabar lanjutan, saat Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengunjungi PT PAL Indonesia pada 23 Januari 2024, terungkap sedikit ‘bocoran’ dari program refurbishment untuk kapal kombatan TNI AL, salah satunya yakni rencana pemasangan rudal jelajah anti kapal buatan Turki, Atmaca pada korvet Fatahillah class, KCR FPB-57 dan korvet Parchim class.
Program refurbishment untuk 41 unit kapal perang TNI AL akan dilakukan oleh PT PAL Indonesia dan PT Len Industri. Peran PT PAL sebagai lead integrator dan tidak sebatas menjadi kontraktor tunggal. Lebih jauh lagi, agar PT PAL dapat menggali potensi-potensi industri maritim yang ada di Indonesia. Karena itu PAL juga berperan sebagai koordinator bagi galangan-galangan kapal yang ada di Indonesia untuk bersama-sama mensukseskan program pemerintah ini.
Dalam pelaksanaannya, PT PAL Indonesia sebagai lead integrator galangan kapal nasional, akan memimpin dan bekerja sama dengan 9 (sembilan) galangan kapal di seluruh Indonesia atas persetujuan Kementerian Pertahanan RI.
Dengan skema multi years, proyek refurbishment terdiri dari ship conversion, dan direncanakan akan ada pemasangan rudal anti kapal – surface to surface missile (SSM) serta penambahan senjata yang terintegrasi dalam Combat Management System (CMS) maupun repowering guna mengembalikan fungsi asasi dan meningkatkan performa sebagai kapal kombatan utama. Selain itu bagi armada kapal perang sejenis KCR maupun PKR juga akan dilakukan upgrade sistem navigasi dan komunikasi.
Fatahillah class
Fatahillah class (Dispenal)
Dari materi presentasi Defend ID, terlihat bahwa rudal anti kapal Atmaca diproyeksikan untuk dipasang pada korvtet Fatahillah class. Sejak rudal anti kapal MM38 Exocet berstatus discontinued, ketiga korvet buatan Belanda ini praktis hanya menjalankan peran sebagai gun boat, alias korvet tanpa rudal anti kapal dan rudal hanud.
Dari aspek penempatan, rasanya tidak terlalu sulit untuk memasang peluncur Atmaca, mengingat di korvet Fatahillah class sudah ada dudukan untuk empat rudal (eks MM38).
Meski sudah beberapa kali dilakukan sejumlah modernisasi, namun dirunut dari usia, ketiga korvet Fatahillah Class – KRI Fatahillah 361, KRI Malahayati 362 dan KRI Nala 363 sudah tak bisa dibilang muda lagi, pasalnya ketiga korvet buatan Wilton Fijenoord, Schiedam, Belanda ini sudah diterima Indonesia sejak 1979.
Sebelum program refurbishment dikumandangkan oleh Kemhan, ketiga korvet Fatahillah Class memang tidak direncanakan untuk dipasangi rudal anti kapal lagi. Tak dipasanginya rudal anti kapal di korvet Fatahillah Class kemungkinan lebih kepada hal teknis, dimana tidak efektif dan efisien untuk memasang jenis rudal baru pada platform kapal yang sudah cukup tua dengan “bodi yang sudah lelah.”
Parchim class
Parchim class (Dispenal)
Pemasang rudal anti kapal pada korvet tua buatan Jerman Timur ini, mungkin bisa menciptakan efek deterens pada unit korvet yang kerap meronda ZEE ini.
Namun yang menjadi pertanyaan, korvet ini sedari awal tidak dirancang untuk membawa rudal anti kapal.
Alhasil bila Atmaca jadi dipasang di korvet Parchim class, maka harus ada space senjata yang dikorbankan. Melihat dari desain, maka dugaan yang akan dilepas adalah meriam laras ganda AK-725 kaliber 57 mm pada buritan.
FPB-57
FPB-57 class (Dispenal)
Terlepas dari perbedaan dimensi dan teknis, KCR dari platform FPB-57 sudah relatif siap untuk menerima rudal anti kapal Atmaca, pasalnya jenis kapal perang ini saat ini telah mengadopsi rudal anti kapal C-802 atau C-705 buatan Cina.
Rudal Atmaca
Atmaca yang berarti Elang, merupakan rudal anti kapal yang dikembangkan dalam lingkup proyek MILGEM, yaitu program pengembangan kapal perang nasional Turki (korvet Ada Class). Dirunut sari silsilahnya, Roketsan resmi mendapatkan kontrak penelitian dan pengembangan fase pertama pada tahun 2009, dan baru tahun 2012, proyek pengembangan Atmaca dipacu secara penuh di bawah naungan Kementerian Pertahanan.
Atmaca disebut sebagai rudal anti kapal yang melesat pada level kecepatan subsonic Mach 0.85 dan terbang pada ketinggian sea skimming. Disokong microturbo engine Safran TR40, Atmaca punya jarak tembak hingga 200 km. Bobot rudal ini mencapai 800 kg, sudah termasuk dengan berat hulu ledak 250 kg high-explosive penetrating.
Atmaca punya panjang 5,2 meter, diameter 350 mm dan lebar wingspan 1,4 meter. Bagaimana dengan sistem pemandunya? Rudal lansiran Negeri Ottoman ini mengandalkan kombinasi untuk berupa inertial navigation system, GPS (Global Positioning System), barometric altimeter/radar altimeter dengan terminal guidance melalui active radio frequency (RF) seeker. (Bayu Pamungkas)
Kilas balik ke awal November 2022, Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI telah merilis program refurbishment pada 41 unit kapal perang TNI AL. Program refurbishment nantinya akan mencakup jenis Fast Patrol Boat (FPB)-57 class, korvet Parchim class, korvet Fatahillah class, Kapal Cepat Rudal (KCR) class, korvet Sigma (Diponegoro) class dan korvet Bung Tomo class.
Dan belum lama ini ada kabar lanjutan, saat Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengunjungi PT PAL Indonesia pada 23 Januari 2024, terungkap sedikit ‘bocoran’ dari program refurbishment untuk kapal kombatan TNI AL, salah satunya yakni rencana pemasangan rudal jelajah anti kapal buatan Turki, Atmaca pada korvet Fatahillah class, KCR FPB-57 dan korvet Parchim class.
Program refurbishment untuk 41 unit kapal perang TNI AL akan dilakukan oleh PT PAL Indonesia dan PT Len Industri. Peran PT PAL sebagai lead integrator dan tidak sebatas menjadi kontraktor tunggal. Lebih jauh lagi, agar PT PAL dapat menggali potensi-potensi industri maritim yang ada di Indonesia. Karena itu PAL juga berperan sebagai koordinator bagi galangan-galangan kapal yang ada di Indonesia untuk bersama-sama mensukseskan program pemerintah ini.
Dalam pelaksanaannya, PT PAL Indonesia sebagai lead integrator galangan kapal nasional, akan memimpin dan bekerja sama dengan 9 (sembilan) galangan kapal di seluruh Indonesia atas persetujuan Kementerian Pertahanan RI.
Dengan skema multi years, proyek refurbishment terdiri dari ship conversion, dan direncanakan akan ada pemasangan rudal anti kapal – surface to surface missile (SSM) serta penambahan senjata yang terintegrasi dalam Combat Management System (CMS) maupun repowering guna mengembalikan fungsi asasi dan meningkatkan performa sebagai kapal kombatan utama. Selain itu bagi armada kapal perang sejenis KCR maupun PKR juga akan dilakukan upgrade sistem navigasi dan komunikasi.
Fatahillah class
Fatahillah class (Dispenal)
Dari materi presentasi Defend ID, terlihat bahwa rudal anti kapal Atmaca diproyeksikan untuk dipasang pada korvtet Fatahillah class. Sejak rudal anti kapal MM38 Exocet berstatus discontinued, ketiga korvet buatan Belanda ini praktis hanya menjalankan peran sebagai gun boat, alias korvet tanpa rudal anti kapal dan rudal hanud.
Dari aspek penempatan, rasanya tidak terlalu sulit untuk memasang peluncur Atmaca, mengingat di korvet Fatahillah class sudah ada dudukan untuk empat rudal (eks MM38).
Meski sudah beberapa kali dilakukan sejumlah modernisasi, namun dirunut dari usia, ketiga korvet Fatahillah Class – KRI Fatahillah 361, KRI Malahayati 362 dan KRI Nala 363 sudah tak bisa dibilang muda lagi, pasalnya ketiga korvet buatan Wilton Fijenoord, Schiedam, Belanda ini sudah diterima Indonesia sejak 1979.
Sebelum program refurbishment dikumandangkan oleh Kemhan, ketiga korvet Fatahillah Class memang tidak direncanakan untuk dipasangi rudal anti kapal lagi. Tak dipasanginya rudal anti kapal di korvet Fatahillah Class kemungkinan lebih kepada hal teknis, dimana tidak efektif dan efisien untuk memasang jenis rudal baru pada platform kapal yang sudah cukup tua dengan “bodi yang sudah lelah.”
Parchim class
Parchim class (Dispenal)
Pemasang rudal anti kapal pada korvet tua buatan Jerman Timur ini, mungkin bisa menciptakan efek deterens pada unit korvet yang kerap meronda ZEE ini.
Namun yang menjadi pertanyaan, korvet ini sedari awal tidak dirancang untuk membawa rudal anti kapal.
Alhasil bila Atmaca jadi dipasang di korvet Parchim class, maka harus ada space senjata yang dikorbankan. Melihat dari desain, maka dugaan yang akan dilepas adalah meriam laras ganda AK-725 kaliber 57 mm pada buritan.
FPB-57
FPB-57 class (Dispenal)
Terlepas dari perbedaan dimensi dan teknis, KCR dari platform FPB-57 sudah relatif siap untuk menerima rudal anti kapal Atmaca, pasalnya jenis kapal perang ini saat ini telah mengadopsi rudal anti kapal C-802 atau C-705 buatan Cina.
Rudal Atmaca
Atmaca yang berarti Elang, merupakan rudal anti kapal yang dikembangkan dalam lingkup proyek MILGEM, yaitu program pengembangan kapal perang nasional Turki (korvet Ada Class). Dirunut sari silsilahnya, Roketsan resmi mendapatkan kontrak penelitian dan pengembangan fase pertama pada tahun 2009, dan baru tahun 2012, proyek pengembangan Atmaca dipacu secara penuh di bawah naungan Kementerian Pertahanan.
Atmaca disebut sebagai rudal anti kapal yang melesat pada level kecepatan subsonic Mach 0.85 dan terbang pada ketinggian sea skimming. Disokong microturbo engine Safran TR40, Atmaca punya jarak tembak hingga 200 km. Bobot rudal ini mencapai 800 kg, sudah termasuk dengan berat hulu ledak 250 kg high-explosive penetrating.
Atmaca punya panjang 5,2 meter, diameter 350 mm dan lebar wingspan 1,4 meter. Bagaimana dengan sistem pemandunya? Rudal lansiran Negeri Ottoman ini mengandalkan kombinasi untuk berupa inertial navigation system, GPS (Global Positioning System), barometric altimeter/radar altimeter dengan terminal guidance melalui active radio frequency (RF) seeker. (Bayu Pamungkas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.