Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto (Foto: TRIBUNNEWS/FX ISMANTO)
Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, membantah membiarkan para pelaku penembakan di Papua.
"Tidak mudah menangkap pelaku-pelaku kejahatan di sana (Papua)," ujar Djoko kepada wartawan, usai menggelar jumpa pers di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Kamis (23/8/2012).
Menurut Djoko, hal yang menghambat sulitnya menangkap oknum, lantaran medan di Papua penuh hutan dan kontur tanah yang terjal.
Djoko melanjutkan, sampai saat ini pelaku penembakan yang mampu diringkus aparat keamanan baru empat orang, yakni penembak misterius yang pernah melakukan aksinya di Jayapura.
"Di Wamena ada empat orang yang ditangkap dan sudah diadili. Yang terakhir di Papua belum ditemukan oknumnya," tutur Djoko.
Hingga kini, papar Djoko, pihaknya masih mengejar serangkaian aksi penembak misterius yang terjadi berulang kali di Papua.
Pihaknya juga tidak akan gegabah menanggapi pengakuan seseorang bernama Leo Yeimo, Humas Tentara Nasional OPM yang mengklaim kelompoknya sebagai pelaku penembakan terhadap Brigadir Yohan Kisiwaito, pada Selasa pekan lalu. (*)
Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, membantah membiarkan para pelaku penembakan di Papua.
"Tidak mudah menangkap pelaku-pelaku kejahatan di sana (Papua)," ujar Djoko kepada wartawan, usai menggelar jumpa pers di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Kamis (23/8/2012).
Menurut Djoko, hal yang menghambat sulitnya menangkap oknum, lantaran medan di Papua penuh hutan dan kontur tanah yang terjal.
Djoko melanjutkan, sampai saat ini pelaku penembakan yang mampu diringkus aparat keamanan baru empat orang, yakni penembak misterius yang pernah melakukan aksinya di Jayapura.
"Di Wamena ada empat orang yang ditangkap dan sudah diadili. Yang terakhir di Papua belum ditemukan oknumnya," tutur Djoko.
Hingga kini, papar Djoko, pihaknya masih mengejar serangkaian aksi penembak misterius yang terjadi berulang kali di Papua.
Pihaknya juga tidak akan gegabah menanggapi pengakuan seseorang bernama Leo Yeimo, Humas Tentara Nasional OPM yang mengklaim kelompoknya sebagai pelaku penembakan terhadap Brigadir Yohan Kisiwaito, pada Selasa pekan lalu. (*)
(Tribunnews)
Aparat diminta lakukan tindakan preventif di Papua
Jakarta - Aparat keamanan diminta untuk bisa melakukan tindakan preventif dalam mengatasi aksi kerusuhan di Papua, termasuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
"Alangkah baiknya bila kewaspadaan itu merupakan tindakan preventif," kata anggota Komisi I DPR RI, Nuning Kertopati kepada ANTARA News, Jakarta, Kamis.
Untuk melakukan tindakan preventif tersebut, kata dia, diperlukan kerjasama yang baik antara TNI, Kepolisian dan Badan Inteligen Negara (BIN) serta menjalin komunikasi dengan masyarakat.
"TNI, Kepolisian dan BIN harus membangun iklim kerja yang terintegrasi dan saling bahu membahu secara kondusif dan saling menghormati tugas dan fungsi masing-masing," kata Nuning, anggota DPR dari Fraksi Hanura itu.
Selain itu, kata dia, bila tidak ada kerjasama antar institusi tersebut, akan mudah dimanfaatkan oleh pihak lain sehingga masalah akan terus ada.
"Jika antar lembaga tak selaras maka mudah sekali intervensi pihak lain untuk mengacaukan situasi dan kondisi yang ada," ujar dia.
Terkait adanya orang tak dikenal yang melakukan aksi penembakan terhadap warga sipil dan aparat, Nuning mengatakan, aksi itu tentu akan mengancam masyarakat Papua.
"Sebenarnya dikenal atau tak dikenal tetap hal ini merupakan ancaman bagi rakyat Papua. Oleh karena itu, semua pihak harus waspada," pungkas Nuning.
Sekelompok orang tak dikenal di Paniai, Papua melakukan penembakan terhadap aparat kepolisian dan warga sipil pada Selasa lalu. Akibatnya, seorang anggota Polisi, Brigadir Polisi Yohan Kadimatau tewas.(zul)
"Alangkah baiknya bila kewaspadaan itu merupakan tindakan preventif," kata anggota Komisi I DPR RI, Nuning Kertopati kepada ANTARA News, Jakarta, Kamis.
Untuk melakukan tindakan preventif tersebut, kata dia, diperlukan kerjasama yang baik antara TNI, Kepolisian dan Badan Inteligen Negara (BIN) serta menjalin komunikasi dengan masyarakat.
"TNI, Kepolisian dan BIN harus membangun iklim kerja yang terintegrasi dan saling bahu membahu secara kondusif dan saling menghormati tugas dan fungsi masing-masing," kata Nuning, anggota DPR dari Fraksi Hanura itu.
Selain itu, kata dia, bila tidak ada kerjasama antar institusi tersebut, akan mudah dimanfaatkan oleh pihak lain sehingga masalah akan terus ada.
"Jika antar lembaga tak selaras maka mudah sekali intervensi pihak lain untuk mengacaukan situasi dan kondisi yang ada," ujar dia.
Terkait adanya orang tak dikenal yang melakukan aksi penembakan terhadap warga sipil dan aparat, Nuning mengatakan, aksi itu tentu akan mengancam masyarakat Papua.
"Sebenarnya dikenal atau tak dikenal tetap hal ini merupakan ancaman bagi rakyat Papua. Oleh karena itu, semua pihak harus waspada," pungkas Nuning.
Sekelompok orang tak dikenal di Paniai, Papua melakukan penembakan terhadap aparat kepolisian dan warga sipil pada Selasa lalu. Akibatnya, seorang anggota Polisi, Brigadir Polisi Yohan Kadimatau tewas.(zul)
(Antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.