(milatherosa) |
Bandung - Sebuah pesawat Bravo milik Federasi Aerosport Indonesia (FASI)
jatuh saat beraksi dalam acara Bandung Air Show, sekitar pukul 11.30
WIB di Bandara Husein Sastranegara, Minggu (29/9/2012).
Menurut saksi mata, Kevin (17) saat itu pesawat sedang atraksi manuver
terbalik. Namun posisi pesawat dalam keadaan terbang rendah.
"Pesawat jenis bravo tadi atraksinya terbalik, namun terbangnya rendah
sehingga saat mau ke posisi sempurna tidak sempat ke atas," ujar Kevin
kepada detikbandung saat ditemui di lokasi kejadian.
Pesawat tersebut jatuh di Komplek Husein Sastranegara, namun beruntung
pesawat Bravo tersebut tidak jatuh tepat di area pelaksanaan Bandung Air
Show 2012.
Hingga saat ini belum diketahui tepatnya pesawat tersebut jatuh. Di lokasi kejadian sempat terlihat kepulan asap.(avi/avi)
Jatuh, Pesawat Bravo AS 202 Dinyatakan Layak Terbang
Pilot fasih membawa pesawat Bravo 202.
Ilustrasi Pesawat Bravo 202 |
Pesawat AS Bravo 202 dengan nomor Lambung LM300 yang diproduksi oleh
Swiss tahun 1969, masih layak terbang. Pesawat jenis ini, Siang tadi 29
September 2012, jatuh dalam perhelatan Bandung Air Show (BAS) 2012 dan
menewaskan pilot serta kopilot.
"Sebelum melakukan atraksi, kami briefing
untuk memastikan kondisi cuaca, serta kondisi terakhir pesawat," kata
Komandan Pangkalan Udara Husein Sastranegara, Bandung, Kolonel Pnb Umar
Sugeng Haryono. Dari hasil briefing itu, kata dia, semua pesawat yang mengikuti BAS 2012, termasuk pesawat Bravo 202, dinyatakan layak terbang.
Dia
menambahkan, pesawat ini buatan Swiss ini, sengaja dihibahkan dari TNI
AU ke Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) karena dinilai pesawat itu
masih layak terbang. "Setahu saya pesawat Bravo ini belum pernah rusak,"
kata Umar.
Dalam kecelakaan tersebut, Marsekal Pertama Purn
Noorman T Lubis dan Letkol Purn Toni Hartono tewas setelah pesawat yang
mereka naiki jatuh. Menurut, Danlanud, Noorman sudah fasih menerbangkan
Bravo 202. "Pesawat ini memang pegangannya Almarhum," pungkas Umar.
Saat
bermanuver, pesawat total loss dan menghantam gedung persatuan istri
TNI AU di komplek Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) AU.
Bahan
bakar yang dibawa pesawat tersebut menyebabkan gedung yang ditimpanya
terbakar. Sedangkan pesawat hanya terbakar di bagian depannya. Dua awak
pesawat dinyatakan tewas di lokasi kejadian, setelah berhasil dievakuasi
petugas gabungan SAR dan TNI AU.
Noorman, Dokter yang Tak Mau Lepas dari Pesawat
Noorman Lubis tewas ketika pesawat yang dia piloti jatuh.
Selain jadi pilot handal hingga di usianya memasuki 70 tahun, Noorman T
Lubis juga adalah seorang dokter mata. Noorman menjadi salah satu korban
tewas dalam kecelakaan pesawat Bravo 202 di Bandung Air Show 2012,
Sabtu siang 29 September 2012.
Noorman yang terakhir berpangkat
Marsekal Pertama Purnawirawan menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran pada tahun 1978-1981. Kecintaannya pada dunia
kedokteran ini diwujudkan dengan membuka Bandung Eye Center.
Tapi,
di sisi lain Noorman memiliki passion lain, dunia penerbangan. "Saya
ingat pesan beliau. Katanya, dia tidak pernah mau lepas dari pegangannya
itu, yakni menerbangkan pesawat," terang adik ipar Noorman, Sony
Hansadak di rumah duka Jalan Flores nomor 4 Bandung.
Keluarga,
kata dia, tidak bisa menghalangi hobi Noorman yang satu itu. Bahkan,
Noorman punya pesawat latih pribadi sebagai koleksi. Pesawat inilah yang
yang menjadi pelampiasannya untuk terbang di masa pensiun dari TNI AU.
Pengalaman
mengenai sosok Noorman juga diungkapkan oleh Komandan Lanud Husein
Sastranegara Kolonel PNB Umar Sugeng Haryono. Menurut Sugeng, Noorman
merupakan sosok pemberani. Sejak di TNI AU, dia sudah menerbangkan
pesawat Bravo buatan Swiss sejak tahun 1971 saat dimiliki TNI AU.
"Jam terbang sudah ribuan jam, beliau sudah sangat handal. Ini takdir Illahi," kata Danlanud yang juga adik lighting Noorman.
Jabatan
terakhir semasa bertugas di TNI AU, dia pernah menjabat Kepala Dinas
Kesehatan (Kadinkes) TNI AU yang juga bermarkas di Bandung.
Tanpa
sepengetahuan sang Istri, Noorman memiloti Bravo 202 untuk bermanuver
di langit Bandung Air Show, Sabtu siang, bersama kopilot Letkol
Purnawirawan Toni Hartono. Nahas, pesawat yang mereka naiki jatuh dan
terbakar.
Co-pilot Bravo 202 Penerbang Pesawat Tempur
Korban mahir dalam menerbangkan beberapa pesawat tempur seperti pesawat jenis Hawk 200, MK 53 dan Sky Hawk A4.
Letkol Penerbang TNI AU (Purn) Toni Nugroho (37), korban jatuhnya pesawat aerobatik di Bandung Air Show 2012, diketahui sebagai pilot TNI AU yang mahir dalam menerbangkan berbagai pesawat tempur.
"Jadi beliau itu adalah seorang flying fighter, penerbang tempur," kata Direktur Bandung Pilot Academic (BPA) M Nasrun Natsir, di Bandung, hari ini.
Ditemui usai mengunjungi korban di Ruang Forensik RSUP Hasan Sadikin Bandung, Nasrun mengatakan, korban sebagai salah satu yang terbaik yang dimiliki Indonesia dan diketahui mahir dalam menerbangkan beberapa pesawat tempur seperti pesawat jenis Hawk 200, MK 53 dan Sky Hawk A4.
"Beliau itu (Toni) merupakan Ikatan Dinas Pertama (IDP) angkatan VI tahun 1989 kemudian pernah bertugas di Lanud Makasar dan Lanud Iswahyudi Pekanbaru," tutur Nasrun.
Ditambahkan Nasrun, co-pilot pesawat Bravo 202 itu juga sudah hampir setahun ini aktif mengajar di Bandung Pilot Academic dan Jogja flying School.
Tahun lalu, lanjut dia, Letkol Penerbang Toni mengajukan permohonan pengunduran diri dari TNI Angkatan Udara.
Untuk diketahui, pesawat yang jatuh jenis Bravo Side By Side 202. Pesawat buatan Swiss milik Federasi Aerosport Indonesia ini jatuh masih di sekitar Lanud Husen Sastranegara menghantam sebuah gedung. Saat ini bangkai pesawat sudah ditarik ke kawasan Dirgantara Indonesia (DI).
RIP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.