Salam
Saudara....
Saya
baru terjumpa blog saudara dalam pencarian blog penulisan militer yang aktif
dari Indonesia. Saya kagum dengan perkembangan industri militer Indonesia
terutamanya produk hasilan dari dalam negara Indonesia. Begitu juga dengan
semangat nasionalisma rakyat Indonesia yang sangat kuat dan sentiasa berada
dibelakang pihak pemerintah dalam urusan penambahbaikan atau modenisasi
angkatan TNI.
Tetapi
ada beberapa perkara yang sedikit dikesalkan berkenaan penulisan saudara. Dari
senarai entri yang mendapat komentar hangat, kebanyakannya adalah berkenaan
Malaysia. Apa yang saya dapati adalah saudara sering menyebut sikap
arogansi(arrogant) pihak Malaysia dalam isu yang berkaitan kekuatan tentera.
Saya
ingin bertanya saudara, bisakah saudara perjelaskan sikap arogasi itu
berdasarkan apa? Penulisan blog? Komentator? Pencerobohan ruang udara/laut? Atau
mana-mana sumber yang jelas menyatakan Malaysia umumnya mendabik dada dan
memandang rendah kekuatan TNI.
Saudara,
di Malaysia amat sedikit blog atau laman forum yang membicarakan soal militer. Setakat
ini saya masih ragu dimana benarnya tuduhan saudara berkenaan arogansi negara
kami yang kecil ini. Tidak mustahil ada sedikit yang bersifat keanak-anakan, tapi
itu biasa.
Berbeda sekali dengan Indonesia dan komentar yang diberi sekiranya penulisan itu terkait isu Malaysia. Lihat saja penulisan saudara dalam entri Mengukur Nyali Malaysia. Kata saudara, isu penangkapan petugas KKP Indonesia dimegaphonekan media Malaysia. Beberapa lagi ayat saudara menyatakan Malaysia aggresif dan sentiasa mau tunjuk jago. Saya hairan sekali dengan kenyataan saudara. Pendekatan Malaysia berkenaan isu hubungan sesama tetangga amat pasif. Tindakan agresif berada ditempat terakhir sekali.
Sebagai contoh isu Lahad Datu. Malaysia sanggup berunding dengan tempoh masa panjang untuk mengelakkan pertumpahan darah walaupun pihak penceroboh bukanlah sebuah negara yang berdaulat dan memerlukan pematuhan garis panduan Geneva. lagi soal lanun Somalia di Teluk Aden. Bisa saja dibunuh sama PASKAL. Tapi semuanya ditangkap hidup dan dibicarakan di Mahkamah.
Berbeda sekali dengan Indonesia dan komentar yang diberi sekiranya penulisan itu terkait isu Malaysia. Lihat saja penulisan saudara dalam entri Mengukur Nyali Malaysia. Kata saudara, isu penangkapan petugas KKP Indonesia dimegaphonekan media Malaysia. Beberapa lagi ayat saudara menyatakan Malaysia aggresif dan sentiasa mau tunjuk jago. Saya hairan sekali dengan kenyataan saudara. Pendekatan Malaysia berkenaan isu hubungan sesama tetangga amat pasif. Tindakan agresif berada ditempat terakhir sekali.
Sebagai contoh isu Lahad Datu. Malaysia sanggup berunding dengan tempoh masa panjang untuk mengelakkan pertumpahan darah walaupun pihak penceroboh bukanlah sebuah negara yang berdaulat dan memerlukan pematuhan garis panduan Geneva. lagi soal lanun Somalia di Teluk Aden. Bisa saja dibunuh sama PASKAL. Tapi semuanya ditangkap hidup dan dibicarakan di Mahkamah.
Kerna
apa? Mereka juga orang ISLAM. Malang sekali peluang yang diberi kepada Sulu
tidak dimanfaatkan untuk kesejahteraan bersama.
Mereka memilih untuk mati atas desakan dan dorongan dari 'tangan ghaib'.
Benar,memang ada kelemahan dari segi risikan. Tapi saudara harus tahu,di Sabah
sangat banyak warga Filipin yang keluar masuk dengan dua kerakyatan.
Berkenaan
pembelian aset, setiap negara bisa saja membeli apa saja yang mampu dibayar. Jadi
apa masalahnya? Kenapa harus sering saja menulis Malaysia ini arogan,melecehkan
tetangga dan sebagainya. Barangkali saudara suka melihat penulisan saudara
dikomentar begitu banyak oleh warga RI yang hatinya terbakar gara-gara
penulisan saudara?
Di
peringkat rakyat RI, segalanya panas jika melibatkan tentera. Harus saudara
tahu, hubungan ATM dan TNI sangat baik dan bertuah sekali kedua-dua pemerintah
tidak mudah melompat dengan isu-isu remeh.
Mahu mengakui atau tidak, kita serumpun. Seperti kata Saudara juga, negara
serumpun tapi sering 'panas'. Di tulisan lain, saudara katakan tidak serumpun
sama sekali.
Ingat
saudara, negara kita sama-sama ISLAM. Banyak sekali pihak yang mahu kita
perang, biar sama-sama lumpuh. Tapi mahukah begitu hanya kerana soal
nasionalisma? Adakah bakal dinilai soal nasionalisma itu di hari kiamat nanti?
Saudara,
saya juga berasal dari Indonesia iaitu Kalimantan. Separuh diri saya adalah
Indonesia. Begitu juga dengan ramai lagi warga Malaysia yang berasal dari
Indonesia. Tetapi kami tidak mudah diprovokasi soal remeh kekuatan tentara
jiran. Mau beli apa? Ya udah, beli aja. Sama sekali tidak ganggu urusan harian
kami.
Akhir
kata, saya mohon saudara tidak menulis dengan menggambarkan jiran saudara ini
suka memprovokasi. Fahami provokasi itu datang dari mana, barangkali dalam diri
saudara sendiri. Saya tahu, segala yang ditulis adalah pendapat peribadi
saudara, tetapi saudara lihat impaknya terhadap pembaca tulisan saudara. Siapa
yang sebenarnya "megaphone'.
Sekian,
pendapat peribadi saya, mewakili kebanyakan warga malaysia yang bertolak ansur
dan menghormati jiran tetangga.
31 Mei
2013
Major Raidenovich <faizalrsd@gmail.com>
|
******
Jagvane / 12 Juni 2013
Catatan:
Thanks atas imelnya, di posting di blog ini sebagai penghormatan atas nilai-nilai yang disampaikan.
|
● Analisis
ada asap pasti ada api...
BalasHapusApa yang terjadi dilapangan tidak sama dgn teori yang disampaikan dibelakang meja.
BalasHapusTidak perlu jauh2 cari contoh.kejadian di ambalat tahun 2004 kemarin sebagai bukti.para pemimpin militer bisa berkata tidak ada tindakan provokatif.tapi apa yg terjadi dilapangan lain kejadiannya.saya sendiri menyaksikan kejadian pada 2004.waktu itu saya berada dinunukan.d
sabar sabarr brooo...!! orang malaysia atau melayu keturunan jawa kuno juga ,kadang apa kata mereka ada positif nya ,kok baru sekarang mereka berkata ? dahuloo sebaliknya diam dan cendrung provokatif (,ambalat) ambalat selesai 100% milik indonesia ! " pesan negeri sebelah patut kita renungkan antara positif and negatif . bicara jujur ada positifnya malaysia tidak pernah jadi universitas para pembrontak dari indonesia , yg ke2 kita harus fokus ke melbene yg selama ini jadi kompor saudara2 kita di papua .
BalasHapusini bicara diplomasion antar negara kita sudah dua langkah harus terselesaikan " walau sejujurnya malaysia rindu butuh akan pertolongan negara raksasa indonesia ( sulu) !!! bakal panjang tampa campur tangan nkri !!! yaaa bola di kita sekarang hehe....
Hendria 13 Juni 2013
BalasHapusSemua sudah ada bukktinya bahwa Malaysia meremehkan rakyat indonesia, contoh ; para TKI di perlakukan secara tidak manusiawi, merebut pulau sipadan dan ligitan yang sudah diakui dunia internasional, suka menghina/mencela lewat artikel-artikel pembaca. kalo saudara ingin dibilang serumpun hargailah tetengga sebelah (NKRI). Thanks..
Yang jelas semua rakyat indonesia adlah memiliki semangat nasionalisme yg tinggi,jadi siapapun yang mencoba-coba mengusik ketentraman kami akan berhadapan dengan dengan masyarakat kami.kami adlah bangsa yang besar dan tidak akan pernah takut pada siapapun apalagi cuma dengan negara yg secuil.sejarah kami sudah membuktikannya.kemerdekaan kami adalah hasil perjuangan kami sendiri bukan hadiah dari negara manapun.camkan!!!!
BalasHapusada kisah ada cerita,ada kasih ada kedamaian namun yg ada hanya bara yang kau kobarkan di hati kami putra pertiwi indonesia,mau bukti arogansi malaysia pak cik,buka dan simak berita klaim negara anda akan budaya tradisi bangsa kami dan ketika mantan wapres kami di hujat pun apakah itu bukan provokasi namanya so mau lagi bukti saudara serumpun itu kata anda lalu goverment anda not,ambalat,sipadan ligitan,tki kami disana yang notabene penggerak roda pembangunan negeri anda so,mau lagi and lagi mas bro
BalasHapusTulisan diatas benar adanya blog militer indonesia pun gak salah2 amat yg salah yg banyak comment memperpanas situasi, yakin masih banyak anak alay penggemar game perang yg comment diblog2 militer drpd orang dewasa mereka pikir perang itu seru, liat syria, palestina kenyataan perang bukan hanya menang kalah antar alutsista sekali berkobar takkan berhenti sipil pun lbh sering jadi korban, mari jaga perdamaian dunia sesuai uud 45 dan pancasila, bravo TNI!
BalasHapusYg lalu biarlah berlalu gak usah diingat .dendam jadikan saja sebagai pembelajaran tuk maju dimasa hadapan yg penting sekarang saling menjaga sopan santun sesama manusia apalagi sesama jiran...
BalasHapusMelihat dan membaca email dr tanah seberang, nampak sekali beliau seperti "katak dalam tempurung"dan "semut diseberang lautan nampak tapi gajah dipelupuk mata tidak nampak". ini wajar melihat kondisi pers disana yang dikontrol oleh rezim penguasa dari masa ke masa, sehingga terjadi pembodohan bagi rakyatnya sendiri. yang rakyatnya tau hanya kebaikan dan kelebihan pemerintahnya saja tetapi apa yg telah dilakukan pemerintahnya terhadap Indonesia rakyatnya tidak tau (atau pura pura tidak tahu). Dan anda mengaku Islam dan mengaku keturunan bangsa indonesia tapi anda terlihat "abu abu". kami tidak termakan bujukan saudara meskipun kami mayoritas Islam. sesama umat Islam dilarang saling mengganggu, tapi kenapa pemerintah anda selalu mengganggu kami??? jadi jangan gunakan agama sebagai pelunak hati kami. dan saya heran dengan orang orang keturunan Indonesia di malaysia tetapi lebih membela malaysia?apa karena perut kalian telah penuh oleh ringgit? sehingga melupakan rupiah nenek moyangnya? sangat disayangkan hilangnya jiwa nasionalis para warga keturunan Bangsa Indonesia yang menetap di negara asing dan melupakan harga diri para leluhurnya.
BalasHapusSatu hal lagi, kami tidak suka dengan istilah serumpun karena kami bukan bangsa melayu tetapi kami paham dengan istilah serumpun. yaitu istilah yang dipakai oleh orang malaysia untuk mengelabui kami. dan mengambil pulau2 serta kebudayaan bangsa kami. kami hanya punya Bhinneka Tunggal Ika. serumpun hanya untuk satu golongan satu suku bangsa. apa anda tahu arti makna serumpun?serumpun itu adalah bila suatu benda atau makhluk hidup dengan jenis yang sama tinggal atau hidup ditempat yang sama dan dilingkungan yang sama dengan aturan yang sama. melayu dimalaysia hanya serumpun dengan melayu malaysia, melayu indonesia hanya serumpun dengan melayu indonesia, karena berbeda tempat dan negara serta hukum2 yang berlaku pada keduanya. jadi anda baru bisa dan boleh bilang kita serumpun apabila melayu malaysia telah bergabung dengan NKRI, atau negara malaysia melebur dan bersatu dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. inilah pendapat pribadi saya..salam persaudaraan.
rakyat Sulu meminta tanahnya kembali (sabah) yang disewa malaysia dibilang penceroboh... , malaysia diplomasi ular python.... pelan tapi menelan hidup-hidup.... bangkai babi-pun juga dimakan...
BalasHapus