Di atas buritan KRI Frans Kaisiepo, beberapa engineer dari Pusat Teknologi Penerbangan (Pustekbang), Lembaga Penerbang-an dan Antariksa Nasional (Lapan), tampak sibuk mempersiapkan sebuah pesawat UAV kelas Tactical. Pesawat yang dikembangkan para peneliti Lapan tersebut dilibatkan dalam Latihan Gabungan (Latgab) TNI, di Laut Bawean, Situbondo, awal Mei lalu.
Misi pesawat Lapan Surveillance UAV (LSU) adalah mengintai atas objek yang menjadi sasaran tembak rudal Exocet.
Bagi TNI AL, misi tersebut sangat penting karena selama ini hasil penembakan belum termonitor dengan baik. TNI AL melihat potensi kemampuan LSU-02 mampu melakukan misi tersebut.
“UAV lepas landas dari buritan KRI Kaisiepo dan berhasil memonitor setiap tembakan rudal Exocet. Ini hal langka dan merupakan uji coba pertama di Indonesia.” kata Gunawan Setyo Prabowo, Kepala Pustekbang Lapan kepada Majalah Sains Indonesia, baru-baru ini.
Uji coba tersebut, kata Gunawan, terkait de-ngan perjanjian kerja sama antara Lapan dan TNI AL mengenai penggunaan teknologi untuk kepenting-an AL. Salah satunya adalah aplikasi UAV dalam operasi Latgab TNI 2013 ini. Dalam Latgab, pesawat LSU-02 diterbangkan setengah jam sebelum penembakan rudal Exocet.
Pesawat diarahkan ke sasaran tembak sejauh 20 NM atau sekitar 36 km. Sesampainya di lokasi, pesawat memonitor dengan cara loiter (berkeliaran) di atas sasaran dan merekam setiap tembakan Rudal Exocet. Setelah selesai bertugas, LSU-02 kembali ke posisi penjemputan di KRI Frans Kaisiepo, dengan koordinat dan waktu yang telah ditentukan.
Dalam Latgab ini, pesawat dengan panjang badan 200 cm (composite) dan bentang sayap (wing span) 250 cm ini mampu terbang sekitar 2 jam 45 menit, dengan kecepatan rata-rata 70 km/jam. Secara keseluruhan, jarak tempuh LSU untuk kembali ke sasaran diperkirakan sekitar 200 km.
Bagi Pustekbang, ini merupakan tahun kedua keterlibatan produk UAV dalam kegiatan Latgab, setelah sebelumnya di tahun 2012 juga melakukan hal yang sama. Kegiatan ini sekaligus dalam rangkaian uji optimalisasi performance LSU-02 bagi misi surveillance/reconnaissance dan misi lain dengan berbagai environment serta o-peration requirement yang dibutuhkan.
“Keberhasilan uji coba ini menunjukkan bahwa LSU-02, mempunyai potensi yang bagus, baik untuk kepentingan sipil maupun militer, dengan basis operasi darat maupun laut. Pustekbang terus meningkatkan kemampuan rancang bangun UAV sebagai salah satu produk teknologi unggulan,” kata Gunawan.
Secara keseluruhan, kata Gunawan, ada peningkatan kemampuan dan pengalaman engineer, yaitu kemampuan rancang bangun pesawat, pelaksanaan misi sesuai yang diinginkan, meskipun belum sempurna. Ini terbuka sebuah proses standarisasi dan optimasi kemampuan LSU-02 untuk kepentingan sipil dan militer yang tentu sangat berguna bagi Indonesia.
Misi pesawat Lapan Surveillance UAV (LSU) adalah mengintai atas objek yang menjadi sasaran tembak rudal Exocet.
Bagi TNI AL, misi tersebut sangat penting karena selama ini hasil penembakan belum termonitor dengan baik. TNI AL melihat potensi kemampuan LSU-02 mampu melakukan misi tersebut.
“UAV lepas landas dari buritan KRI Kaisiepo dan berhasil memonitor setiap tembakan rudal Exocet. Ini hal langka dan merupakan uji coba pertama di Indonesia.” kata Gunawan Setyo Prabowo, Kepala Pustekbang Lapan kepada Majalah Sains Indonesia, baru-baru ini.
Uji coba tersebut, kata Gunawan, terkait de-ngan perjanjian kerja sama antara Lapan dan TNI AL mengenai penggunaan teknologi untuk kepenting-an AL. Salah satunya adalah aplikasi UAV dalam operasi Latgab TNI 2013 ini. Dalam Latgab, pesawat LSU-02 diterbangkan setengah jam sebelum penembakan rudal Exocet.
Pesawat diarahkan ke sasaran tembak sejauh 20 NM atau sekitar 36 km. Sesampainya di lokasi, pesawat memonitor dengan cara loiter (berkeliaran) di atas sasaran dan merekam setiap tembakan Rudal Exocet. Setelah selesai bertugas, LSU-02 kembali ke posisi penjemputan di KRI Frans Kaisiepo, dengan koordinat dan waktu yang telah ditentukan.
Dalam Latgab ini, pesawat dengan panjang badan 200 cm (composite) dan bentang sayap (wing span) 250 cm ini mampu terbang sekitar 2 jam 45 menit, dengan kecepatan rata-rata 70 km/jam. Secara keseluruhan, jarak tempuh LSU untuk kembali ke sasaran diperkirakan sekitar 200 km.
Bagi Pustekbang, ini merupakan tahun kedua keterlibatan produk UAV dalam kegiatan Latgab, setelah sebelumnya di tahun 2012 juga melakukan hal yang sama. Kegiatan ini sekaligus dalam rangkaian uji optimalisasi performance LSU-02 bagi misi surveillance/reconnaissance dan misi lain dengan berbagai environment serta o-peration requirement yang dibutuhkan.
“Keberhasilan uji coba ini menunjukkan bahwa LSU-02, mempunyai potensi yang bagus, baik untuk kepentingan sipil maupun militer, dengan basis operasi darat maupun laut. Pustekbang terus meningkatkan kemampuan rancang bangun UAV sebagai salah satu produk teknologi unggulan,” kata Gunawan.
Secara keseluruhan, kata Gunawan, ada peningkatan kemampuan dan pengalaman engineer, yaitu kemampuan rancang bangun pesawat, pelaksanaan misi sesuai yang diinginkan, meskipun belum sempurna. Ini terbuka sebuah proses standarisasi dan optimasi kemampuan LSU-02 untuk kepentingan sipil dan militer yang tentu sangat berguna bagi Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.